Sarina Wiegman, Pengubah Sejarah Sepak Bola Putri Inggris
Perempuan pelatih Belanda Sarina Wiegman mengubah sejarah tim putri Inggris. Dia membawa Singa Betina juara Piala Eropa 2022, gelar mayor pertama tim putri dan perdana Inggris seusai tim putranya juara Piala Dunia 1966.
Popularitas maupun prestasi tim nasional putri Inggris bertolak belakang dengan tim putranya yang selalu menjadi unggulan dalam kejuaraan sepak bola utama. Namun, perempuan pelatih asal Belanda Sarina Wiegman mengubah sejarah tim putri Inggris. Pelatih berusia 52 tahun itu membawa tim berjuluk ”Singa Betina” ini mengangkat trofi Piala Eropa Putri 2022, gelar mayor pertama tim putri sekaligus perdana bagi sepak bola Negeri Ratu Elizabeth seusai tim putranya juara Piala Dunia 1966.
”Saya pikir kami sudah menjadi inspirasi bagi negara ini. Anda tahu saat Anda menang turnamen besar, itu benar-benar membuat perbedaan dan itu akan membuat saya sangat bangga. Namun, saya tidak berpikir lebih jauh dari itu. Sebagian besar waktu Anda tidak menyadari dampaknya hingga mungkin 15 tahun kemudian,” ujar Wiegman dilansir Express.co.uk, Minggu (31/7/2022).
Wiegman memimpin tim putri Inggris ketika mengandaskan raksasa sepak bola putri Eropa, Jerman, dengan skor tipis 2-1 dalam final Piala Eropa 2022 di Stadion Wembley, London, Inggris, Minggu. Dua gol Inggris dilesatkan dua penyerang pengganti, yakni Ella Toone di menit ke-62 dan Chloe Kelly di menit ke-110. Sementara satu-satunya gol Jerman diciptakan gelandang Lina Magull di menit ke-79.
Kemenangan itu menjadi pesta bukan hanya untuk pendukung Inggris yang mayoritas dari sekitar 87.000 penonton di Stadion Wembley, yang turut menjadi rekor penonton final Piala Eropa putri maupun putra stadion tersebut. Kemenangan itu memberi suka ria di hati dan pikiran semua masyarakat Inggris.
Prestasi itu membuat nyanyian football is coming home terdengar seantero Inggris. Trofi Piala Eropa Putri 2022 menjadi pelipur lara setelah warga Inggris menangis karena tim putranya takluk adu penalti 2-3 (1-1) dari Italia dalam final Piala Eropa 2020 di Stadion Wembley tahun lalu.
Apalagi itu menjadi gelar pertama untuk sepak bola Inggris dalam 56 tahun terakhir atau setelah tim putra Inggris mengangkat Piala Dunia 1966 di Inggris. Keluarga kerajaan, Pangeran William, ikut larut dalam kebahagiaan di sela menyerahkan trofi Piala Eropa Putri 2022 kepada kapten tim putri Inggris Leah Williamson.
William mengikuti jejak neneknya, Ratu Elizabeth II, sebagai bangsawan terakhir yang melakukan tugas menyerahkan trofi sepak bola utama saat tim putra negaranya juara Piala Dunia 1966 di Stadion Wembley. Berdasarkan laporan People.com, atas nama keluarga kerajaan, Ratu Elizabeth II mengirim pesan selamat terhangat kepada tim putri Inggris.
”Anda semua telah memberikan contoh yang akan menjadi inspirasi bagi anak perempuan dan perempuan hari ini, serta untuk generasi mendatang. Harapan saya adalah Anda akan bangga dengan dampak yang Anda miliki pada olahraga Anda,” tulis Ratu Elizabeth II.
Pendobrak stigma
Wiegman lahir di Den Haag, Belanda, 26 Oktober 1969. Sejak kecil, dia sangat mencintai sepak bola. Akan tetapi, ketika itu, sepak bola putri belum berkembang dan ada wadah khusus. Dirinya pun sempat bermain di jalanan bersama anak-anak lelaki sebelum bergabung dengan klub lokal yang semua pemainnya laki-laki.
Bahkan, Wiegman dan mendiang saudari kembarnya harus memotong pendek rambut mereka untuk menyesuaikan perawakan pemain lelaki. Sebab, tim campuran jender dilarang kala itu.
”Terkadang, saat orang tahu saya perempuan, mereka membuat masalah. Di lain waktu, kami mendapatkan reaksi yang bagus. Tapi, sebagian besar reaksinya menyulitkan,” kata Wiegman tulisnya di The Coaches Voice dikutip Walesonline.co.uk, Senin (1/8/2022).
Namun, hal itu tidak menyurutkan tekad Wiegman. Bakat besar mengantarkannya bermain di klub putri Belanda, KFC ‘71 yang menjadi batu loncatan ikut seleksi tim putri Belanda pada usia 16 tahun. Kelak, dia menjadi orang Belanda pertama yang mencatat 100 laga bersama tim Belanda putri maupun putra, tepatnya 104 laga dan tiga gol untuk tim putri selama 1987-2001.
Akan tetapi, Wiegman sempat mengalami pasang-surut motivasi karena dukungan negaranya kepada sepak bola putri yang setengah hati kala itu. Beruntung, takdir menuntunnya berkelana ke Amerika Serikat (AS) pada 1989 untuk meneruskan pendidikan di University of North Carolina dan bergabung dengan tim putri universitasnya, North Carolina Tar Heels.
Keputusan Wiegman hijrah ke AS tak lepas dari masukan pelatih rangkap North Carolina Tar Heels dan tim putri AS medio 1986-1994 Anson Dorrance. Wiegman dan Dorrance bertemu pertama kali di China di sela turnamen cikal bakal Piala Dunia Putri pada 1988.
Karier di AS menjadi titik balik Wiegman yang sempat frustrasi menemukan kembali motivasi untuk sepak bola putri. ”Di Belanda (kala itu), kami (perempuan) selalu berjuang untuk tempat kami, kami seperti tidak diterima. Saya ingin lebih dan saya tahu bahwa di AS segalanya lebih baik,” tutur Wiegman dilansir Walesonline.co.uk.
Wiegman yang semasa aktif berposisi bek dan gelandang itu pensiun sebagai pemain profesional di klub putri Belanda, Ter Leede, pada 2003. Segenap pengalamannya ketika menjadi pemain menjadi bekal berharganya dalam melanjutkan karier, terutama di bidang kepelatihan.
Baca juga: Leah Williamson, Wajah Kejayaan Baru di Wembley
Sentuhan midas
Kiprah Wiegman sebagai pelatih tak dimungkiri jauh lebih mengilat. Seusai fokus dengan profesi guru olahraga, dia turun gunung menjadi pelatih asisten pelatih Ter Leede per 24 Januari 2006. Kurang lebih setahun berselang atau setelah membantu Ter Leede memenangi kasta kedua Liga Amatir Belanda Putri dan Piala Belanda Putri di musim 2006/2007, dirinya dipercaya menjadi pelatih tim putri ADO Den Haag di Liga Profesional Belanda Putri yang baru dibentuk 20 Maret 2007.
Bersama ADO Den Haag, Wiegman mulai menunjukkan magis sentuhan midasnya dengan mempersembahkan gelar liga 2011/2012 dan Piala Belanda 2011/2012 serta 2012/2013 dari tujuh musim kontrak. Berkat itu, dia ditunjuk menjadi asisten pelatih tim putri senior Belanda dan koordinator tim putri U-19.
Di tengah tugasnya, Wiegman tak berhenti meningkatkan kapasitas dengan mengikuti kursus kepelatihan Federasi Sepak Bola Belanda (KNVB) medio 2015 dan menjadi perempuan Belanda ketiga yang melakukannya setelah Vera Pauw dan Hesterine de Reus. Lalu, pada 31 Juli 2016, dia mendapatkan lisensi kepelatihan Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) Pro.
Wiegman sempat dipercaya sebagai asisten pelatih tim putra Jong Sparta Rotterdam di kasta ketiga Liga Profesional Belanda per 3 Oktober 2016. Dia pun menjadi perempuan pelatih pertama yang bekerja di organisasi sepak bola profesional Belanda.
Baru tiga bulan berselang atau pada 23 Desember 2016, Wiegman didapuk menjadi pelatih kepala permanen tim putri Belanda menggantikan Van der Laan. Sebelumnya, medio 2015, dia sempat menjadi pelatih kepala sementara tim putri Belanda menggantikan Roger Reijners.
Wiegman memulai tugas hanya enam bulan sebelum Piala Eropa Putri 2017 di Belanda. Dia membenahi mental para pemain yang menuai hasil kurang memuaskan dalam sejumlah laga persahabatan. Dirinya terus meningkatkan kepercayaan diri pemain dan mengubah gaya bermain menjadi lebih menyerang.
Terkadang, saat orang tahu saya perempuan, mereka membuat masalah. Di lain waktu, kami mendapatkan reaksi yang bagus. Tapi, sebagian besar reaksinya menyulitkan.
Hasilnya, tim putri Belanda keluar sebagai juara Piala Eropa Putri 2017 sekaligus trofi mayor pertama bagi tim putri ”Negeri Kincir Angin” tersebut. Bahkan, itu prestasi terbesar kedua untuk sepak bola Belanda seusai tim putranya menjuarai Piala Eropa 1988 di Jerman Barat.
Wiegman membawa tim putri Belanda terbang tinggi ke jajaran elite dunia saat mereka menembus final Piala Dunia Putri 2019 di Perancis. Walau takluk 0-2 dari AS yang memang tim putri tersukses di dunia, Belanda yang baru pertama kali mencapai partai puncak Piala Dunia mendapatkan perhatian lebih dan apresiasi. Wiegman mendapatkan penghargaan tertinggi dari sepak bola Belanda, antara lain dibuat patung dirinya.
Melepas kemapanan
Kendati demikian, pada Agustus 2020, Wiegman justru melepas kemapanannya di Belanda dengan memilih meneruskan karier menjadi pelatih tim putri Inggris mulai 1 September 2021. Dia menggantikan Phil Neville dan dikontrak empat tahun untuk persiapan Piala Eropa Putri 2022, Piala Dunia Putri 2023 di Australia dan Selandia Baru, serta Piala Eropa 2025.
Keputusan Wiegman cukup mengejutkan. Sebab, dia memilih tim putri Inggris yang tidak punya reputasi dalam sepak putri Eropa, apalagi dunia. Namun, dia tampaknya tertarik dengan tantangan seperti yang dilakukannya dengan Belanda sebelum era 2017, yang senasib Inggris.
Sama seperti di Belanda, Wiegman membenahi tim dari hal mendasar, yakni mental. Dia membangun lingkungan yang tidak tertekan dengan ekspektasi tinggi dalam turnamen-turnamen besar seperti Piala Eropa. Baginya, bersenang-senang atau menikmati kejuaraan adalah faktor penting yang menentukan perjalanan tim.
”Mengapa pemain mulai bermain sepak bola ketika berusia tujuh tahun? Itu karena mereka menyukai permainan. Ya, ini semua tentang menang, tetapi Anda tampil lebih baik saat Anda bisa menjadi diri sendiri dan ketika Anda berada di lingkungan yang aman, nyaman, dan tidak menghakimi,” ucap Wiegman dikutip The Guardian, Sabtu (2/7/2022).
Pelan tapi pasti, Wiegman memberikan sentuhan midasnya kepada Inggris. Baru tiga bulan, Inggris disulap menjadi tim amat menakutkan. Betapa tidak, dalam kualifikasi Piala Dunia Putri 2023 akhir 2021, mereka mencatat empat kemenangan mencolok, yakni 8-0 atas Makedonia Utara, 10-0 atas Luksemburg, 10-0 atas Latvia, dan 20-0 atas Latvia.
Skor 20-0 atas Latvia menjadi berita utama di seluruh dunia pada 30 November 2021. Sebab, itu rekor kemenangan terbesar yang dicetak tim putri Inggris dan untuk pertama kalinya empat pemain putri Inggris masing-masing mencetak tiga gol dalam satu laga yang sama.
Awal 2022, Inggris melanjutkan grafik positif dengan menjuarai turnamen minor, Piala Arnold Clark 2022 di Inggris. Salah satu kunci keberhasilan itu adalah kemenangan 3-1 atas Jerman dalam laga ketiga atau terakhir. Kemenangan atas Jerman yang notabene tim putri tersukses di Eropa itu bukan kebetulan.
Setidaknya, mereka terus mengukir kemenangan demi kemenangan dalam lima bulan kemudian sampai akhirnya menang lagi atas Jerman, yakni 2-1 di final Piala Eropa Putri 2022. Itu menahbiskan Wiegman menjadi pelatih pertama yang memimpin dua tim berbeda untuk menjuarai Piala Eropa dua edisi berturut.
Tak terkalahkan
Secara keseluruhan, di bawah Wiegman, Inggris tidak pernah kalah dalam 20 laga dengan rincian 18 kali menang dan dua seri. Bahkan, Inggris menuai 12 kemenangan beruntun, yakni dari 3-1 atas Jerman pada 23 Februari 2022 hingga 2-1 atas Jerman pada 31 Juli 2022. Total, mereka membukukan 106 gol dan cuma kebobolan lima gol.
Gelandang tim putri Inggris Keira Walsh dilansir The Guardian menyampaikan, selain meminimalisasi tekanan, Wiegman mampu menciptakan suasana harmonis dan hubungan yang kuat di antara para pemain. Wiegman ingin para pemain memberikan yang terbaik untuk tim, bukan individu.
”Saat Wiegman menghadapi pers, dia selalu mengalihkan pembicaraan tentang penampilan individu. Dia tersenyum ketika ditanya mengapa mengalihkan perhatikan kepada penampilan tim. Sebab, dalam olahraga tim seperti sepak bola, semuanya dimulai dengan kerja tim, terhubung, dan saling mengenal,” ungkapnya.
Arjan Veurink, asisten pelatih Wiegman di tim putri Belanda (2017-2021) dan Inggris (mulai 2021), mengutarakan, sejak di ADO Den Haag, Wiegman sudah menunjukkan DNA bermain yang menitikberatkan kepada kolektivitas tim. ”Dia selalu menginginkan pemain benar-benar berjuang satu sama lain. Kekuatan mental, semangat, dan motivasi, itu semua yang coba dia bawa ke setiap timnya,” terang Veurink.
Pelatih tim putra Belanda Louis van Gaal juga mengakui keunggulan Wiegman. ”Saya sangat menghormati Sarina (Wiegman) karena tidak mudah menangani tim putri. Untuk tim pria, semuanya diatur. Di sini (tim wanita), ini jauh lebih sulit,” tegas Van Gaal beberapa tahun silam dikutip Football.London, Rabu (6/7/2022).
Sarina Petronella Wiegman/Sarina Wiegman-Glotzbach
Lahir: Den Haag, Belanda 26 Oktober 1969
Karier klub:
- KFC ’71 (1987-1988)
- North Carolina Tar Heels (1989)
- Ter Leede (1994-2003)
Karier timnas:
- Belanda (1987-2001)
Karier pelatih:
- Belanda (pelatih kepala permanen 2017-2021)
- Inggris (2021-sekarang)
Prestasi melatih:
- Juara Piala Eropa Putri 2022 (bersama Inggris)
- Juara Piala Arnold Clark 2022 (bersama Inggris)
- Juara Piala Eropa Putri 2017 (bersama Belanda)
- Runner-up Piala Dunia Putri 2019 (bersama Belanda)
- Pelatih Putri Terbaik FIFA 2017 dan 2020
- Pelatih Putri Terbaik IFFHS 2020