Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis menolak naik mobil dan kereta kencana untuk ziarah ke makam Sunan Gunung Jati. Azis memilih berjalan kaki sekitar 5 kilometer bersama warga.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
Ziarah ke makam Sunan Gunung Jati, pemimpin Cirebon abad ke-15, menjadi agenda rutin kepala daerah saat ulang tahun Kota Cirebon, Jawa Barat. Namun, kali ini, Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis tidak ingin naik mobil dengan pengawal seperti tahun-tahun sebelumnya.
Di bawah terik matahari dan panasnya aspal siang itu, Jumat (29/7/2022), pria berusia 56 tahun ini memilih berjalan kaki sekitar 5 kilometer dari Balai Kota Cirebon ke makam Sunan Gunung Jati. Ribuan orang juga memadati kirab dalam rangkaian Hari Jadi ke-653 Kota Cirebon pada Sabtu (30/7) atau Tahun Baru Islam 1444 Hijriah itu.
Sebenarnya, panitia menyiapkan replika kereta Singa Barong untuk Azis. Abdi dalem dari Keraton Kasepuhan pun siap menarik kereta itu. Aroma kemenyan juga menguar di kereta yang aslinya dirancang oleh Panembahan Losari pada 1549 itu. Kereta itu kerap dipakai saat kirab.
Akan tetapi, Azis menolak duduk di singgasana kereta. Padahal, beberapa pejabat duduk santai di atas kereta sambil melambaikan tangan kepada warga. ”Saya ingin merasakan kembali peristiwa zaman dulu, di mana para penggawa kerajaan berziarah berjalan kaki,” ujarnya.
Dengan berjalan kaki, mantan ketua DPRD Kota Cirebon ini juga lebih dekat dengan masyarakat. Azis yang mengenakan pakaian adat berwarna hitam pun merasa sejajar dengan warga, bukan di atasnya. Ia menyapa dan memenuhi sejumlah permintaan swafoto warganya.
”Alhamdulillah, jalan kaki terus. Cuma satu kali berhenti karena mau ke kamar kecil. Kalau banyak berhenti dan duduk, lututnya sakit,” ucap Azis diiringi senyum. Sesampainya di makam Sunan Gunung Jati, Azis langsung berwudhu, shalat Ashar, dan berdoa bersama sejumlah ulama.
Ia berharap ziarah itu mengingatkan semua pihak untuk terus meneladani ajaran Sunan Gunung Jati. Salah satunya, ingsun titip tajug lan fakir miskin. Terjemahan bebasnya, saya titipkan tajug (masjid/mushala) dan fakir miskin. ”Ini pelajaran untuk membangun kota kita,” ucap Azis.