Lewat sastra, Mezra Pellondou mengembangkan masyarakat di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ia mendirikan komunitas Umah Kreatif Inspirasi Mezra dan Taman Baca Bunda Mezra.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·5 menit baca
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA
Pendiri Umah Kreatif Inspirasi Mezra (UKIM), Mezra Pellondou, berpose di rumahnya di Liliba, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (23/6/2022). Berdiri sejak 2006, UKIM merupakan komunitas yang menggerakkan sastra berbasis anak dan menggali potensi diri anak, remaja, serta masyarakat dalam bersastra demi mewujudkan masyarakat yang mandiri, kreatif, dan berakhlak. Mezra juga mendirikan Rumah Baca Bunda Mezra pada 2018.
Mezra Pellondou (52) percaya semua orang bisa menjadi menulis, tetapi akan lebih hebat jika bisa berbagi dengan orang lain. Guru Bahasa Indonesia itu tahu apa yang harus dilakukan. Dia mengembangkan literasi masyarakat di Kupang, Nusa Tenggara Timur melalui komunitas sastra.
Tahun 2006, Mezra menjadi pemenang pertama dalam sebuah lomba menulis cerpen tingkat nasional dengan judul Manusia-Manusia Jendela. Dalam momen itu, penyair Taufiq Ismail mengingatkan agar para sastrawan tersebut agar selalu berbagi sekaligus menggerakkan orang lain menjadi lebih baik. Inilah yang melecut semangat Mezra untuk membuat komunitas sastra.
Mezra mendirikan komunitas Uma Kreatif Inspirasi Mezra (UKIM) pada 19 Juli 2006. Ia ingin menggerakkan sastra berbasis anak dan menggali potensi diri anak, remaja serta masyarakat dalam bersastra. Mezra mau mewujudkan masyarakat yang mandiri, kreatif, dan berakhlak.
“Komunitas ini fokus pada sastra, literasi, dan pementasan. Dengan kata lain, komunitas UKIM terlibat dalam penciptaan, penulisan, dan perilisan karya sekaligus memasyarakatkan pengetahuan atau karya tertentu kepada publik,” kata Mezra di rumah sekaligus kantor UKIM di Jalan Gereja Moria, Liliba, Kupang, Kamis (23/6/2022).
UKIM mempunyai empat divisi, yakni divisi kelas menulis sastra, divisi musikalisasi puisi, divisi teater, drama, dan film, serta divisi literasi digital. Dalam realisasinya, kegiatan di komunitas ini biasanya dalam bentuk menulis puisi, membaca puisi, musikalisasi puisi, berpantun, pementasan drama dan teater, hingga bermain film.
Lebih dari 100 orang telah bergabung dalam komunitas UKIM, tetapi saat ini yang aktif berkisar 40-50 orang. Rata-rata anggota UKIM berkisar pada usia pelajar hingga mahasiswa. Mereka mayoritas berasal dari Kupang. Pertemuan anggota UKIM biasa berlangsung dua kali seminggu yang kemudian dipangkas menjadi satu kali seminggu karena pandemi. Jika ada kegiatan seperti lomba dan pementasan, pertemuan bisa berlangsung setiap hari.
UKIM sudah melahirkan banyak karya. Sebutlah cerpen Perempuan di Tengah Cincin Api karya Mezra masuk dalam buku antologi cerpen Pesan Penyintas Siang (2020) dan puisi Landu Rinduku Tak Pernah Patah karya Glorya Gisca T Faah, salah satu anggota, terbit di buku Tanah Langit NTT (2021).
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA
Pendiri Umah Kreatif Inspirasi Mezra (UKIM), Mezra Pellondou, berpose di rumahnya di Liliba, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (23/6/2022). Berdiri sejak 2006, UKIM merupakan komunitas yang menggerakkan sastra berbasis anak dan menggali potensi anak, remaja, serta masyarakat dalam bersastra demi mewujudkan masyarakat yang mandiri, kreatif, dan berakhlak. Mezra juga mendirikan Rumah Baca Bunda Mezra pada 2018.
Komunitas ini juga berkolaborasi dengan banyak pihak. UKIM pernah menerbitkan buku Rindu Sebatas Tembok (2016) yang merupakan hasil kolaborasi dengan anak-anak Lapas Penfui, Kupang. Selain itu, UKIM membuat acara anak bersama TVRI yang berjudul Merah Putih di Ujung Tiang (2019), Sang Penggerak (2021), dan Sikidoka dan Kayu Do’i (2021).
Selain bergelut dalam bidang sastra, UKIM pernah bekerja sama dengan Plan Indonesia dalam aksi kampanye yang berkaitan dengan isu sosial. Bersama-sama, mereka menolak perkawinan anak, kekerasan seksual, dan kekerasan berbasis jender.
Tidak puas, Mezra mendirikan Taman Baca Bunda Mezra sebagai bagian dari UKIM pada 27 Oktober 2018. Taman baca di rumahnya ini menyediakan berbagai bacaan. Buku Menguak Negeri Airmata: Nadi Hang Tuah karya Abdul Kadir Ibrahim, Rembulan di Martapura karya Yose S Beal, Solilokui karya Wayan Jengki Sunarta adalah segelintir contoh yang terpampang di rak buku.
”Beta sonde mau berkarya hanya sebatas buku. Buku juga harus bisa dibaca masyarakat sekitar walaupun bukan anggota UKIM. Sekarang taman baca ini banyak diakses, termasuk mahasiswa yang datang untuk mengerjakan tugas kuliah, dan ada diskusi bedah buku juga,” tutur ibu tiga anak ini.
Taman Baca Bunda Mezra sempat terdampak Siklon Tropis Seroja, April 2021. Rak buku sempat terbang hingga hancur dan lebih dari 100 buku-buku basah. Akibatnya, banyak buku yang rusak. Namun, Mezra tidak patah semangat untuk melanjutkan taman baca ini.
Kekuatan sastra
Mezra selalu percaya dengan kekuatan sastra sejak kecil sampai sekarang. Saat masih bocah, ibunya sering mendongeng sebelum tidur. Segala khayalan melantun dalam benaknya penuh keseruan. Mezra juga senang membaca lirik lagu dan melakukan musikalisasi sebelum menyanyikannya. Kebiasaan ini dia lakukan bahkan pada lagu kebangsaan ”Indonesia Raya” saat masih kecil.
Menurut sastrawan ini, sastra melimpahi manfaat, terutama pada aspek kognitif. Bentuknya juga bisa dalam berbagai rupa, seperti puisi, prosa, cerpen, drama, novel, dongeng, dan masih banyak lagi.
”Bagi beta, sastra dan literasi membuat orang terus belajar sehingga pintar secara ilmu dan berkarakter. Sastra merupakan pintu gerbang penanaman akhlak mulia, budi pekerti, dan nilai budaya sosial,” kata Mezra.
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA
Suasana markas komunitas Umah Kreatif Inspirasi Mezra (UKIM) dan Rumah Baca Bunda Mezra di Liliba, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (23/6/2022). Berdiri sejak 2006, UKIM yang didirikan Mezra Pellondou merupakan komunitas yang menggerakkan sastra berbasis anak dan menggali potensi diri anak, remaja, serta masyarakat dalam bersastra demi mewujudkan masyarakat yang mandiri, kreatif, dan berakhlak. Sastrawan ini mendirikan Rumah Baca Bunda Mezra pada 2018.
Di era digital yang serba cepat seperti sekarang ini, Mezra menyadari peran sastra yang kian krusial dalam kehidupan. Sastra membantu seseorang dalam berkeputusan secara sehat. ”Kita jadi tahu bagaimana menerima, menimbang, dan menggunakan informasi,” tuturnya.
Saking cintanya pada sastra, Mezra aktif menghasilkan karya tak terhitung yang memenangi banyak kompetisi. Perempuan ini telah merilis setidaknya empat buku kumpulan cerpen, lima buku kumpulan puisi, empat novel, serta sejumlah buku kategori esai dan nonsastra. Beberapa karya Mezra, antara lain Menjahit Gelombang (2020), Kekasih Sunyiku (2013), dan Perempuan dari Lembah Mutis (2012).
Dirinya juga terlibat dalam pembuatan puluhan buku antologi puisi, cerpen, dan pantun bersama sastrawan Indonesia. Sebagai contoh, ada Antologi Puisi 76 Penyair Membaca Indonesia (2021), Perempuan Bahari (2020), Senja di Kota Kupang (2013), dan Nyanyian Pulau-Pulau (2010).
Namun, Mezra tidak memaksa para anggota UKIM untuk ikut menjadi sastrawan. Inilah yang menjadi alasan UKIM tak hanya fokus pada karya sastra, tetapi juga pada memproduksi aktivitas dan karya seni lain yang masih terkait, seperti film serta drama. Benang merah dari karya anak-anak UKIM adalah mereka selalu berekspresi dan mengangkat nilai lokalitas dan kebudayaan di NTT.
Pada akhirnya, berkarya turut membentuk anak-anak UKIM menjadi karakter yang mandiri, optimistis, percaya diri, dan menghargai satu sama lain. Banyak perlombaan dan kegiatan literasi yang diikuti komunitas ini, antara lain Festival Literasi Indonesia 2020, Jambore Sastra Nasional, Festival Hari Puisi Indonesia, hingga Lomba Visualisasi Puisi Karya Maestro 2021.
”Sastra itu menggerakkan. Literasi itu bukan sekadar baca, tulis, dan hitung, tetapi juga tentang bagaimana potensi manusia dan pengetahuan literasi bisa seseorang gunakan untuk menaklukan hidup. Karena itulah beta membuat komunitas ini,” kata Mezra.
KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA
Pendiri Umah Kreatif Inspirasi Mezra (UKIM), Mezra Pellondou, berpose di rumahnya di Liliba, Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (23/6/2022). Berdiri sejak 2006, UKIM merupakan komunitas yang menggerakkan sastra berbasis anak dan menggali potensi diri anak, remaja, serta masyarakat dalam bersastra demi mewujudkan masyarakat yang mandiri, kreatif, dan berakhlak. Mezra juga mendirikan Rumah Baca Bunda Mezra pada 2018.
Mezra Elisabeth Pellondou
Lahir: Kupang, 21 Oktober 1969
Pendidikan terakhir: S-2 Linguistik Universitas Nusa Cendana (lulus 2010)
Pekerjaan: Guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Kupang (1999-sekarang)
Suami: Johan Adi Messakh
Anak: 3
Pengalaman, antara lain:
Pendiri Taman Baca Bunda Mezra dan Komunitas sastra UKIM (Uma Kreatif Inspirasi Mezra)
Fasilitator Program Guru Penggerak Angkatan 5 Kemendikbudristek
Dewan Komite Program Sekolah Penggerak (DKP), 2021
Penulis naskah film Sang Penggerak tayang di TVRI Nasional, 2021
Pendamping/Pengajar Praktik Angkatan 1 Program Guru Penggerak Kemendikbudristek, 2020
Prestasi, antara lain:
Penerima Acadya Award sebagai Penulis Berdedikasi Pengembangan Literasi dan Pendidikan Terbaik dari Gerakan Menulis Buku Indonesia (GMBI), 2020
Salah satu pemenang Lomba Menulis Cerpen “Nulis dari Rumah Saja”, Kemenparekraf/Baparekraf dan Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), 2020
Penerima NTT Award Kategori Sastra dan Humaniora dari Forum Academia NTT, 2013
Finalis Lomba Kreativitas Guru Tingkat Nasional, BPSDMPK-PMP Kemendikbud, 2012
Pemenang Pertama Penghargaan Sastra untuk Pendidik, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud RI, 2012
Pemenang Pertama Guru SMA Berprestasi tingkat Provinsi NTT, 2011
Finalis Guru SMA Berprestasi Tingkat Nasional, Kemendikbud, 2011
Pemenang Pertama Lomba Menulis Cerita Pendek dengan judul Manusia-Manusia Jendela, Perpustakaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, 2006
Buku-buku, antara lain:
Sujud Selembar Daun (2020)
Negara Te Au Na (2020)
Beta Indonesia Keliling Tanah Air dengan Puisi (2018)