Donna Christha Renata, Perjuangkan Inklusi Kawan Tuli di Bitung
Bukan sembako aaupun lembaran rupiah bulanan yang bisa memandirikan para penyandang disabilitas, melainkan akses pendidikan, pelatihan, dan kesempatan kerja. Chira memperjuangkannya lewat sebuah komunitas tuli di Bitung.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F29%2F366ca3dd-8696-4a91-b92a-7f116ace95db_jpg.jpg)
Donna Christha Renata (31) ,yang akrab disapa Chira, ketika ditemu pada Jumat (10/6/2022) di rumahnya di Madidir, Bitung, Sulawesi Utara. Chira adalah pendiri Komunitas Tuli Peduli Bitung (Kaleb).
Bukan sembako ataupun lembaran rupiah bulanan yang bisa memandirikan para penyandang disabilitas, melainkan akses pendidikan, pelatihan, dan kesempatan kerja. Berbekal prinsip itu, Donna Christha Renata (31) mendirikan sebuah komunitas belajar yang memperjuangkan inklusi sosial bagi warga tuli di Kota Bitung, Sulawesi Utara.
”Di Kaleb, teman-teman tuli bukan lagi penyandang disabilitas, karena akses komunikasi sudah ada. Kami bisa berkomunikasi dengan mereka dan memperlakukan mereka sesuai usianya. Jadi, mereka tidak terpinggirkan lagi,” kata Chira, panggilan Donna Christha, ketika ditemui pada Jumat petang di awal Juni 2022.
Kaleb adalah akronim dari Komunitas Tuli Peduli Bitung. Chira mendirikannya pada 13 September 2018, dua tahun setelah ia tiba untuk menetap di kota industri itu. Rumahnya yang terletak di Kecamatan Madidir ia jadikan pusat belajar serta pelatihan keterampilan kerja bagi kawan-kawan tuli.
Sore itu tengah berlangsung pelatihan fotografi yang diikuti beberapa pemuda tuli, antara lain Marco, Elton, dan Jessica. Di bawah bimbingan dua mentor, mereka menata segelas kopi, sebungkus kemasan, serta butiran biji kopi, di bawah sorot lampu cincin (ring light) agar tampak estetis. Kemudian, mereka bergiliran memotretnya dengan kamera digital.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F05%2F28%2F66c94d08-d230-43f4-820f-b26c52d46c6a_jpg.jpg)
Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusat Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Iyehezkiel Parudani menyampaikan sambutan dengan didampingi penerjemah bahasa isyarat, Donna Renata, dalam temu media di Manado, Sulawesi Utara, Rabu (25/5/2022).
Bagi orang yang tak dekat dengan komunitas tuli, suasana latihan itu mungkin terasa aneh. Tak terdengar sepatah kata pun yang terlontar di antara mereka, sebab seluruh komunikasi berlangsung dengan bahasa isyarat. Hanya gelak tawa yang sesekali terdengar dari studio foto berdinding tripleks di belakang rumah Chira itu.
Fotografi hanyalah satu dari sekian program yang tersedia bagi para anggota Kaleb. Di samping studio foto, Chira juga menyediakan studio sablon kaus, tata busana, serta bengkel kriya berbahan kayu.
Baca juga : Marlon Kamagi, Bank Sampah demi Bumi yang Lebih Baik
Adapun di pelataran rumahnya terdapat sebuah meja panjang dengan beragam jenis peralatan kopi di atasnya, mulai dari saringan V60 sampai mesin espreso, untuk pelatihan barista. Sebagian halaman parkir telah disulap menjadi kafe dan dapur untuk pelatihan usaha kecil.
Kelas-kelas pelatihan itu akan dibawakan oleh para pegiat industri kreatif di Bitung dan daerah sekitarnya, termasuk Chira yang menyandang gelar S-1 dari Jurusan Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Di samping itu, Chira akan menjadi juru bahasa isyarat untuk membantu proses belajar kawan-kawan tuli.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F29%2Fb0e6fb8f-f2c5-4180-80a8-7a5a6ef1cb8a_jpg.jpg)
Seorang pemuda tuli mengambil foto dalam pelatihan fotografi di studio Komunitas Tuli Peduli Bitung (Kaleb), Jumat (10/6/2022), di Madidir, Bitung, Sulawesi Utara.
”Kami bikin program pelatihan berdasarkan keinginan mereka, karena mereka ingin bekerja seperti orang-orang pada umumnya. Setelah pelatihan, kami berencana buka praktik kerja lapangan di sini. Gaji mereka nanti sesuai pendapatan,” kata Chira.
Kini, Kaleb menjadi rumah kedua bagi 40-an penyandang disabilitas rungu di Bitung, mayoritas remaja dan pemuda usia produktif. Menurut Chira, kebanyakan dari mereka tidak pernah menempuh pendidikan formal karena alasan ekonomi ataupun ketidaktahuan keluarga.
Chira mengaku tak mampu jika harus memberikan layanan pendidikan seperti di sekolah. Maka, pelatihan dan praktik kerja ia rasa lebih tepat dan efektif bagi kawan-kawan tuli yang tergabung dalam Kaleb. ”Jadi, ini masuknya ke pendidikan informal. Syukur, semua yang saya pelajari semasa kuliah di IKJ bisa diterapkan di sini,” katanya.
Kendati begitu, Chira tetap mendasarkan program pelatihan pada enam literasi dasar, yaitu baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewarganegaraan. Dengan begitu, bukan hanya keterampilan mereka yang berkembang, melainkan juga nalar kritis dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat harus bertransaksi jual beli secara nontunai.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F29%2F29c8d01e-d9e3-4839-9cfe-eeaa8622746a_jpg.jpg)
Donna Christha Renata (31), yang akrab disapa Chira (kiri), bercakap dengan seorang anggota Komunitas Tuli Peduli Bitung (Kaleb) dengan bahasa isyarat, Jumat (10/6/2022), di Madidir, Bitung, Sulawesi Utara. Chira adalah pendiri Kaleb.
Hasilnya, kini sebagian anggota Kaleb yang dahulu menganggur atau menjadi pekerja serabutan telah memiliki pekerjaan tetap. Salah satu anggota yang akrab disapa Ochen, misalnya, menjadi guru honorer di sebuah sekolah luar biasa (SLB), sedangkan Fahariyanti menjadi juru cukur. Beberapa anggota lain juga telah bekerja sebagai buruh di pabrik-pabrik pengolahan ikan.
Menurut Chira, hal itu dimungkinkan pula karena Kaleb juga menjembatani pertemuan kawan-kawan tuli dengan masyarakat luas di Bitung. Ajang pertemuan itu terjadi di beragam acara festival. Chira pun memanfaatkan kesempatan itu untuk memperkenalkan komunitas tuli sembari mengajarkan bahasa isyarat kepada warga yang berkunjung.
”Sebenarnya ada gerakan lain yang mewadahi teman-teman tuli, tetapi mereka tidak menggelar kegiatan yang melibatkan masyarakat umum. Nah, Kaleb mecoba berbaur sehingga muncul awareness masyarakat yang mayoritas nondifabel, bahwa teman-teman tuli ada di Bitung dan mereka bisa melakukan banyak hal seperti orang dengar,” katanya.
Tak ayal, Kaleb pun dikenal sebagai gerakan pertama di Bitung yang mempromosikan inklusi bagi penyandang disabilitas rungu. Karena itu, sejak awal 2022, Kaleb menjadi pihak yang dilibatkan Pemerintah Kota Bitung dalam konsultasi penyusunan peraturan wali kota tentang penyandang disabilitas.
Dukungan pendanaan pun bermunculan, terutama dari PT Pertamina Patra Niaga yang konsisten mendanai kegiatan Kaleb melalui dana tanggung jawab sosial perusahaan sejak 2019. Tahun ini, Kaleb dapat suntikan dana Rp 275 juta, hampir 10 kali lipat dari yang pernah diterima sebelumnya. ”Kami akan manfaatkan sebaik mungkin sampai anak-anak (anggota Kaleb) berhasil,” ujarnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F29%2Fc94c4c1a-acac-4996-9619-db39a401ef8d_jpg.jpg)
Seorang pemuda tuli menata obyek foto sesuai arahan mentor dalam pelatihan fotografi di studio Komunitas Tuli Peduli Bitung (Kaleb), Jumat (10/6/2022), di Madidir, Bitung, Sulawesi Utara.
Diselamatkan
Selain Kaleb, perhatian Chira kepada kawan-kawan tuli juga mewujud dalam Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Teman Luar Biasa, satu-satunya TBM inklusif bagi difabel di Sulut. Di samping itu, Chira juga aktif menjadi juru bahasa isyarat (JBI) di berbagai kegiatan para penyandang disabilitas.
Kemampuannya itu mendapat perhatian dari Pemkot Bitung yang sedang berupaya mewujudkan kota inklusif. Chira pun diangkat menjadi pegawai honorer di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu (DPMPTSP) Bitung khusus untuk pelayanan bagi penyandang disabilitas.
Baca juga : Bripka Mamat Rahmatullah, Bintara Pejuang Pendidikan dari Cirebon
”Tenaga yang diberdayakan di desk itu baru saya saja. Syaratnya harus bisa berkomunikasi dengan berbahasa isyarat dan membaca huruf braille yang sampai sekarang masih saya pelajari. Ini perkembangan bagus untuk Kota Bitung. Saya harap makin banyak layanan seperti ini, dan makin banyak yang bisa bahasa isyarat,” katanya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F29%2F9173ce6b-ffbe-4e37-97bf-9a5360ed9756_jpg.jpg)
Donna Christha Renata (31), yang akrab disapa Chira, ketika ditemui, Jumat (10/6/2022), di rumahnya di Madidir, Bitung, Sulawesi Utara. Chira adalah pendiri Komunitas Tuli Peduli Bitung (Kaleb).
Jika melihat perjalanannya hingga saat ini, Chira menolak disebut berjasa bagi kawan-kawan tuli. Sebab, beberapa tahun sejak mulai menetap di Bitung karena titah orangtua, Chira jatuh ke dalam jurang depresi. Ilmu mode busananya seolah tak mendapat tempat di kota industri seperti Bitung.
Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan kawan-kawan tuli. Ia merasa prihatin karena ketimpangan kondisi hidup difabel rungu di Bitung dengan di Jakarta, baik dalam cara berkomunikasi, kapasitas akademis, maupun kondisi ekonomi serta kehidupan sosial mereka. Chira tahu betul kemajuan di Jakarta karena ia pernah menjadi guru di SLB Santi Rama yang khusus untuk siswa tuli.
”Saat itu ada rasa enggak terima atas ketimpangan yang ada. Dan itulah yang membuat saya bertahan di sini. Karena teman-teman tuli, saya menemukan semangat serta tujuan hidup. Saya jadi sadar, Kaleb ini bukan milik saya, tetapi milik teman-teman tuli yang Tuhan percayakan untuk saya kelola,” kata Chira.
Donna Christha Renata (Chira)
Lahir: Jakarta, 29 September 1990
Pendidikan:
- S-1 Program Studi Mode Busana Jurusan Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta
- Kursus bahasa isyarat Lembaga Bahasa Internasional Universitas Indonesia (LBI UI), Mei-Agustus 2022
Suami: Andre Nehemia Lahama