Marlon Kamagi, Bank Sampah demi Bumi yang Lebih Baik
Marlon Kamagi yakin, setiap orang dapat berkontribusi mencegah kerusakan lingkungan hidup yang mengancam Bumi saat ini, mula-mula dengan memahami penanganan sampah. Bank sampah adalah sarana untuk mengefektifkannya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F06%2F02939a94-5999-49f6-988c-b4f636198375_jpg.jpg)
Chief Executive Officer Baciraro Marlon Kamagi ketika ditemui dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Airmadidi, Minahasa Utara, Minggu (5/6/2022).
Marlon Kamagi (48) yakin, setiap orang dapat berkontribusi mencegah kerusakan lingkungan hidup yang mengancam Bumi saat ini, dari pemutihan karang hingga pemanasan global. Meski terdengar kompleks, segala masalah itu dapat diatasi mula-mula dengan memahami dan melibatkan diri dalam penanganan satu isu mendasar: sampah.
”Sampah sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Kalau dari rumah sejak dini kita sudah mendapatkan pendidikan tentang mengelola sampah, kita akan bisa mudah masuk ke isu-isu lingkungan lainnya,” kata Marlon ketika ditemui di Desa Papakelan, Tondano Timur, Minahasa, Sulawesi Utara, Kamis (9/6/2022) sore.
Pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah dapat diukur, salah satunya, dari kebiasaan untuk memilah sampah. Namun, nyatanya tak mudah membangkitkan kesadaran orang untuk menjadikannya kebiasaan hidup. ”Tantangan terbesarnya ada pada edukasi,” tambah Marlon.
Karena itulah selama satu dasawarsa terakhir, Marlon giat merintis bank sampah di daerah permukiman untuk mengajak masyarakat memilah sampah secara mandiri. Sejak 2012, ia telah merintis dan memfasilitasi pendirian bank sampah di lebih dari 30 lokasi di Manado, Minahasa, Minahasa Utara, dan Bitung, sebagian dengan pendanaan pihak-pihak swasta.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F06%2Fb587a19b-7404-4caa-82a7-73242834c81d_jpg.jpg)
Chief Executive Officer Baciraro Marlon Kamagi menunjukkan batang beam hasil daur ulang tutup botol plastik yang dapat dijadikan alternatif kayu dalam peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Airmadidi, Minahasa Utara, Minggu (5/6/2022).
Selain bangunan fisik, Marlon juga membangun kapasitas warga setempat untuk menjalankan fungsi bank sampah. Setelah keduanya siap, bank sampah akan dihibahkan kepada masyarakat untuk dikelola secara swadaya. Harapannya, banyak warga yang tertarik menjadi nasabah dan mendapat keuntungan ekonomis dari sampah.
Bank sampah pun menghadirkan insentif bagi warga untuk proaktif memilah sampah di rumah, misalnya sampah plastik dari sisa-sisa makanan. Hal ini teramat penting di Sulut yang berstatus destinasi pariwisata superprioritas dengan keindahan bawah laut sebagai atraksi utamanya.
Baca juga: Iwan Bace, Kerja Tanpa Gaji untuk Hutan
”Bank sampah akan mampu menghubungkan tiga pilar pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan. Masyarakat bisa mendapat penghasilan tambahan dari sampah, sementara lingkungan terhindar dari pencemaran,” ujar pria kelahiran Sigi, Sulawesi Tengah, itu.
Dampak positif bank sampah di tingkat akar rumput memang terkesan sederhana. Namun, menurut Marlon, kebiasaan memilah sampah juga akan membukakan pintu bagi setiap orang untuk berkontribusi aktif mencegah masalah lingkungan yang lebih besar, seperti menyelamatkan terumbu karang dan mencegah kontaminasi mikroplastik pada ikan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F14%2F57f38386-8844-400f-9fb9-243ebd25b897_jpg.jpg)
Suasana studio daur ulang Baciraro Recycle di Tondano Timur, Minahasa, Sulawesi Utara, Kamis (9/6/2022). Baciraro Recycle adalah sebuah perusahaan rintisan (startup) yang bergerak dalam pengelolaan sampah.
Menurut penelitian Jenna Jambeck, profesor Teknik Lingkungan Universitas Georgia, AS, pada 2015, Indonesia adalah penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia. Posisi Indonesia itu diapit oleh China di peringkat pertama dan Filipina di peringkat ketiga. Situasi ini membahayakan Sulut yang terletak berhadapan langsung dengan negara-negara itu. ”Sebagian wilayah Segitiga Koral Dunia dengan biodiversitas terumbu karang yang luar biasa ada di perairan Sulut. Ini terancam rusak akibat sampah plastik,” kata Marlon.
Saat ini, di Manado saja, produksi sampah bisa mencapai 600 ton setiap hari. Jika warga ”Bumi Nyiur Melambai” tak acuh, bukan hanya potensi pariwisata daerah akan menjadi tumbalnya, melainkan juga keanekaragaman hayati bahari serta kemampuannya menyerap karbon dioksida di atmosfer. Kabar baiknya, kata Marlon, semua orang bisa ikut berkontribusi mencegahnya dengan aksi sederhana di rumah masing-masing.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F09%2F07%2Fd76a9ced-099a-4201-88af-e0c5288588c1_jpeg.jpg)
Tumpukan sampah yang diangkat dari wilayah pantai dan perairan Taman Nasional Laut Bunaken, Sulawesi Utara, Jumat (7/9/2018). Pemprov Sulut bekerja sama dengan masyarakat dan sejumlah pemangku kepentingan membersihkan Bunaken dari sampah sehingga obyek wisata itu terjaga keindahannya.
Ekosistem
Kendati begitu, menjaga keberlanjutan bank sampah bukan hal mudah. Dari 30 lokasi yang pernah menjadi titik bank sampah rintisan Marlon, hanya 10 yang masih bertahan hari ini. Sebab, tak semua pengelola bank sampah bisa menemukan offtaker atau pembeli sampah yang diserap dari masyarakat.
Maka, Marlon berpikir, harus ada satu lembaga yang menjadi pusat ekosistem pengolahan sampah dengan tugas menyerap sampah dari masyarakat untuk langsung didaur ulang sendiri atau menjualnya kembali ke pihak ketiga. Karena itulah ia mendirikan sebuah perusahaan rintisan (startup) bernama Baciraro Recycle pada 2020.
Baciraro kini membina lima bank sampah yang juga dirintis oleh Marlon di Sulut, yaitu masing-masing satu di Desa Serawet, Minahasa Utara, dan Bitung serta tiga di Tompaso, Minahasa. Di samping itu, ada 20 orang di Manado, 19 unit usaha kecil di Minahasa, serta 45 kafe di Minahasa Utara dan Bitung yang menjadi donatur sampah.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F14%2Fe3ce5a33-0fb3-4e88-9954-b6b88847a493_jpg.jpg)
Chief Operating Officer Baciraro Recycle Clay Lalamentik (26) menunjukkan tiang dan batako plastik hasil daur ulang tutup botol plastik di studio daur ulang Baciraro Recycle di Tondano Timur, Minahasa, Sulawesi Utara, Kamis (9/6/2022).
Dari bank-bank sampah dan mitra-mitra donatur tersebut, perusahaan pemenang kompetisi Gerakan 1.000 Startup Digital Regional Manado 2020 itu telah menyerap lebih dari 50 ton sampah plastik selama dua tahun terakhir. Botol-botol plastik yang berjenis polietilena tereftalat (PET) dijual lagi ke produsen air minum kemasan di Jawa, sedangkan tutup-tutup botolnya yang berjenis polietilena densitas tinggi (HDPE) didaur ulang sendiri.
Dengan mesin pencacah dan ekstruder yang dihibahkan lembaga swadaya masyarakat (LSM) asal Swiss, Trash Waste Solutions (TWS), setiap hari Baciraro bisa mendaur ulang 100 kilogram tutup-tutup botol. Produk akhirnya adalah bahan bangunan berupa batako dan tiang-tiang plastik atau benang filamen untuk pencetak tiga dimensi (3D printer).
Target paling dekat yang Marlon ingin capai bersama Baciraro adalah membuat 1.000 batako plastik pesanan TWS. ”Itu rencananya akan dipakai mendirikan satu rumah di Pulau Siladen (Manado) dengan konsep zero waste. Bisa jadi, itu akan menjadi yang pertama di Sulut,” ujar ayah empat anak ini.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F14%2F712ed98e-b143-4bcc-87ee-75e6eee6c66a_jpg.jpg)
Jemsi Indra Yandi, tenaga staf operasional Baciraro Recycle, membuka cetakan batako plastik hasil daur ulang di studio daur ulang Baciraro Recycle di Tondano Timur, Minahasa, Sulawesi Utara, Kamis (9/6/2022). Satu batako memiliki berat 0,7-1,5 kilogram.
Aktivisme
Baciraro bukan satu-satunya kanal bagi Marlon untuk mewujudkan berbagai inovasinya dalam mengatasi sampah. Kini, Marlon juga menjabat Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia. Pada 2019, ia juga mendirikan PT Solusi Kreatif Kompis, perusahaan digital pengembang aplikasi bank sampah, serta Koperasi Celebes Energi Lestari untuk mewadahi pengusaha sampah di Sulut.
Di samping itu, sejak 2011 Marlon menjadi satu-satunya aktivis Climate Reality Project, LSM internasional besutan mantan Wakil Presiden AS Albert Gore, di Sulut. Tugas utamanya adalah membangkitkan kesadaran masyarakat tentang iklim dunia yang sudah berubah akibat pemanasan global.
Baca juga: Made "Bayak" Muliana, Seni Menantang Era "Plastilikum"
Marlon pun tak keberatan disebut aktivis lingkungan, lebih spesifik lagi aktivis bank sampah. Berbekal idealisme dan kecintaannya pada lingkungan hidup, ia bertekad terus mencetuskan dan mewujudkan inovasi untuk menyelamatkan Bumi melalui bidang persampahan.
Jalannya tak selalu mulus. Sejak 2013, ia telah mencetuskan bank sampah eceng gondok dan pembangkit listrik tenaga biomassa sebagai bagian dari upaya menyelamatkan Danau Tondano yang kritis. Konsep itu akan membuka pintu keterlibatan aktif masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan sekaligus meraup manfaat ekonomis.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F23%2Fa2e8bd29-d12f-46c3-9ddd-373a294045bb_jpg.jpg)
Chief Executive Officer Baciraro Recycle Marlon Kamagi
Namun, Pemkab Minahasa lebih memilih mengalihkan anggaran untuk mengadakan ekskavator untuk mengangkat eceng gondok. Alhasil, hingga hari ini problem eceng gondok di Danau Tondano tak teratasi, sementara ekskavator Pemkab Minahasa itu sudah tenggelam ke dalam danau.
Kendati begitu, Marlon tak kecil hati. ”Prinsip saya adalah mestakung, semesta mendukung. Saya tidak pernah patah arang kalau ide saya ditolak. Yang penting, ide itu saya lemparkan ke publik. Kalau ide itu keluar di waktu dan diterima oleh orang yang tepat, pasti akan terealisasi,” ujarnya.
Kini, Marlon berupaya mencurahkan berbagai inovasinya lewat Baciraro. Setelah berhasil mengolah plastik HDPE, kini perusahaan itu tengah merintis peternakan maggot untuk mengolah sampah organik yang selama ini dibiarkan menggunung dan membusuk di tempat pembuangan akhir (TPA), menghasilkan metana yang memperparah pemanasan global.
Di samping itu, ada juga proyek-proyek seperti membuat sabun ekoenzim yang melibatkan para peneliti dari beberapa universitas. Ia ingin Baciraro menjadi pelopor reduksi sampah terdepan di Sulut, bahkan di Indonesia.
”Saya selalu berpikir, apa yang bisa kita lakukan supaya Bumi kita ini layak dihidupi oleh generasi selanjutnya, karena Bumi kita ini bukan warisan nenek moyang, melainkan titipan bagi anak cucu. Saya tidak rela jika harus mewariskan Bumi yang rusak untuk mereka,” kata Marlon.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F06%2F14%2F25f70501-214f-466f-807c-fc5f146034de_jpg.jpg)
Sebuah mesin ekstruder dioperasikan untuk mengolah tutup botol plastik menjadi batako plastik di studio daur ulang Baciraro Recycle di Tondano Timur, Minahasa, Sulawesi Utara, Kamis (9/6/2022).
Marlon Kamagi
Lahir: Kulawi, Sigi, Sulawesi Tengah, 15 Maret 1974
Pendidikan:
- SMA Metodis 8 Medan 1991-1994
- D-2 Teknik Mesin Politeknik Negeri Manado 1995-1997
- S-1 Ekonomi Sekolah Tinggi Ekonomi Manado 2001-2003
- S-2 Community DevelopmentUniversitas Hasanuddin 2008-2010
- Kursus Singkat Pariwisata Berkelanjutan Griffith Institute for Tourism Australia 2017-2018
Jabatan:
- Chief Executive Officer Baciraro Recycle
- Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia
- Pendiri PT Solusi Kreatif Kompis
- Pendiri Koperasi Celebes Energi Lestari
- Climate Leader di Climate Reality Project
Istri: Ratih Ticoalu
Anak: 4