Mayjen TNI Suharyanto ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menggantikan posisi Letjen TNI Ganip Warsito yang akan memasuki masa pensiun. Sebelumnya, ia menjabat Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) V Brawijaya.
Oleh
Dwi Erianto
·5 menit baca
Sebelum resmi dilantik menjadi Kepala BNPB, Mayor Jenderal TNI Suharyanto menjabat sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) V Brawijaya. Karier militer alumni Akademi Militer 1989 ini banyak dihabiskan di bidang Infanteri di wilayah Kalimantan, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jakarta.
Setelah setahun menjadi Pangdam V/Brawijaya, Suharyanto ditunjuk menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menggantikan Letnan Jenderal TNI Ganip Warsito yang segera memasuki masa purna tugas. Ia dilantik sebagai Kepala BNPB oleh Presiden Jokowi di Istana Negara pada 17 November 2021.
Usai pelantikan, Suharyanto mengaku mendapat arahan dari Presiden Joko Widodo agar BNPB di bawah kepemimpinannya dapat terus bekerja secara maksimal. Mengingat, wilayah Indonesia saat ini tengah memasuki musim penghujan dan ditambah adanya fenomena La Nina, yang pada fase itu tingkat intensitas curah hujan menjadi tinggi dan dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi.
Anak tentara
Suharyanto yang lahir di Cimahi pada 8 September 1967. Hidupnya tidak pernah jauh dari dunia militer. Sang ayah merupakan anggota TNI Angkatan Darat (AD), sehingga dia pun tumbuh di lingkungan asrama tentara. Masa kecilnya dihabiskan di kota kelahirannya, Cimahi, daerah yang mendapat predikat kota tentara karena banyaknya kesatuan-kesatuan militer yang bermarkas di kota itu.
Hidup di lingkungan militer membuat Suharyanto bercita-cita menjadi tentara dan ingin bergabung dengan TNI AD. Setelah lulus SMA pada 1985, Suharyanto muda langsung mendaftar ke Akademi Militer di Magelang dan diterima sebagai taruna di kampus tersebut. Empat tahun kemudian, Suharyanto lulus dari akademi militer dan menyandang pangkat letnan dua. Ia diwisuda pada tahun 1989.
Suharyanto lantas ditugaskan di kesatuan Infanteri di Kalimantan selama sekitar 9 tahun dan kemudian mendapat tugas belajar untuk sekolah lanjutan perwira di Bandung pada 1999. Selanjutnya dia menimba ilmu kemiliteran di sekolah staff dan komando, antara lain, Sesarcabif, Diklapa I, Diklapa II, Seskoad, Susdanyon, dan Susdandim. Tahun 2013, Suharyanto tercatat sebagai lulusan terbaik Sekolah Komando TNI.
Karier
Setelah lulus dari Akademi Militer tahun 1989, Suharyanto yang berpangkat letna dua ditugaskan pertama kali di Kalimantan selama kurang lebih sembilan tahun. Saat penugasan di Kalimantan itu, dia juga sempat melaksanakan tugas operasi di Timor Timur.
Tahun 1999, dia mendapat tugas belajar di sekolah lanjutan perwira di Bandung dan bermaskas di Gummil Pussenif. Kemudian pada tahun 2003, dia ditugaskan di Jatim selama kurang lebih tujuh tahun sebagai komando batalyon hingga komando Kodim.
Beberapa jabatan yang dipegang selama di Jawa Timur antara lain Pabandya Ops Sopsdam V/Brawijaya (2003--2004), Danyonif 516/Caraka Yudha (2004--2005), Danyonif 500/Raider (2005--2006), Dandim 0832/Surabaya Selatan (2006), dan Dandim 0817/Gresik (2009--2010).
Dari Gresik ia lantas ditarik di Mabes AD sebagai staff pengamanan Angkatan Darat (2010--2011). Pada 2012, dia bertugas di Setmilpres sebagai kepala bagian pembinaan personel lalu dipindah ke bagian kepala penelitian dan pengamanan khusus.
Selanjutnya, ia pernah memegang sejumlah jabatan, antara lain, Kasi Intel Korem 081/Dhirotsaha Jaya, Danrem 051/Wijayakarta (2015--2016), kemudian ia masuk dalam Badan Intelejen Negara (BIN) dan menjabat Kepala Biro Kepegawaian Settama Badan Intelijen Negara (BIN) (2016--2017), dan Direktur Kontra Separatisme Deputi III BIN (2017--2018).
Setahun kemudian, Suharyanto yang kala itu berpangkat Brigadir Jenderal dipercaya menjabat Kasdam Jaya (2018--2019), kemudian Sekretaris Militer Kemensetneg RI (2019--2020). Pangkatnya pun kemudian naik menjadi Mayor Jenderal dan dipromosikan menjabat Panglima Kodam V Brawijaya (2020--2021) pada pada Oktober 2020.
Setelah setahun bertugas di Jatim, Mayjen TNI Suharyanto ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggantikan Letjen Ganip Warsito yang memasuki masa pensiun.
Ia dilantik sebagai Kepala BNPB oleh Presiden Jokowi pada 17 November 2021. Pelantikan ini digelar berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 140/P Tahun 2021 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yang ditetapkan di Jakarta pada 16 November 2021.
Pelantikan Suharyanto dilakukan pada hari yang sama dengan pelantikan Jenderal TNI Andika Perkasa yang menjadi panglima TNI, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jendral Dudung Abdurrahman sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), serta 12 duta besar Indonesia untuk negara-negara sahabat.
Penghargaan
Mayjen TNI Suharyanto mendapat penghargaan dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) berupa Penghargaan Giri Pancasuar Awards (GPA) dalam Kategori Inspirasi Pelopor Olahraga pada Mei 2021. Penghargaan itu diberikan karena dedikasinya dalam bidang olahraga saat menjadi manajer Persegres Gresik United pada saat menjabat sebagai Dandim 0817/Gresik pada tahun 2009--2010.
Penanganan bencana
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Mayjen TNI Suharyanto mengatakan bahwa BNPB akan memberikan respon cepat dan segera turun ke lapangan saat terjadi bencana, guna membantu penanganan, serta meringankan beban masyarakat yang terdampak.
Sebagai kepala BNPB, Suharyanto memahami bahwa Indonesia tidak dapat lepas dari rangkaian peristiwa bencana, mulai dari bencana hidrometeorologi, bencana geologi, bencana vulkanologi hingga bencana nonalam, seperti pandemi COVID-19.
Suharyanto akan berupaya agar BNPB selalu hadir dalam seluruh tahapan penanggulangan bencana, mulai dari peningkatan kesiapsiagaan, edukasi, mitigasi, tanggap darurat hingga proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Di samping itu, dia juga akan memastikan bahwa masyarakat tidak akan berlama-lama menanggung dampak bencana.
Lebih lanjut, Suharyanto mengatakan, program kerjanya ke depan akan melanjutkan program yang telah dicapai oleh Kepala BNPB sebelumnya. Salah satu yang akan ditonjolkannya adalah bagaimana BNPB bisa hadir dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dalam membantu masyarakat yang terdampak bencana.
Suharyanto terakhir kali melaporkan harta kekayaannya dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 18 Februarai 2021 saat ia menjabat sebagai Pangdam V/Brawijaya. Dalam LHKPN itu Suharyanto memiliki total kekayaan sebesar Rp4,58 miliar.
Rinciannya terdiri dari dua bidang tanah dan bangunan di Kabupaten Bandung Barat senilai Rp1,45 miliar dari hasil sendiri, kemudian alat transportasi senilai Rp1,14 miliar berupa Mobil Honda HRV tahun 2016, sepeda motor Yamaha tahun 2017, mobil Toyota Vellfire tahun 2019, dan harga bergerak lainnya senilai Rp204,8 juta, serta kas dan setara kas senilai Rp1,78 miliar.
Dalam laporan itu, Suharyanto tercatat tidak memiliki utang dan surat berharga, sehingga total hartanya pada tahun 2020 sebesar Rp4,58 miliar.