Pelari asal NTB, Lalu Muhammad Zohri, saat ini memiliki usaha bernama Zohri Meubel. Usaha yang baru berjalan setahun itu diharapkan bisa menunjang kehidupan Zohri setelah tidak menjadi atlet.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
Di tengah kesibukannya menghadapi berbagai kompetisi, sprinter asal Nusa Tenggara Barat, Lalu Muhammad Zohri, tetap memberi perhatian penuh kepada keluarga. Salah satunya dengan membangun bisnis untuk keluarga besarnya yang nantinya juga bisa menjadi bekalnya saat pensiun sebagai atlet. Usaha yang ia rintis kali ini terkait mebel dan perabotan rumah tangga.
Jumat (13/8/2021) sekitar pukul 10.00 Wita, Lalu Ma’rib (30) terlihat sibuk memeriksa berbagai perabotan rumah tangga di sebuah toko di Jalan Raya Pemenang-Senggigi di Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Tidak hanya memindahkan atau menata letak perabotan-perabotan itu, ia juga membersihkannya jika melihat ada sedikit debu yang menempel.
Ma’rib adalah kakak kandung Lalu Muhammad Zohri. Pagi itu, Ma’rib tengah berada di Zohri Meubel, usaha baru milik Zohri yang saat ini ia kelola. Tidak sulit menemukan Zohri Meubel yang buka setiap hari kecuali Minggu ini. Apalagi letaknya berada di pinggir Jalan Raya Pemenang-Senggigi, sekitar 28 kilometer utara Mataram, ibu kota NTB.
Selain itu, nama Zohri Meubel tertulis jelas pada dua spanduk besar. Salah satu spanduk bahkan dilengkapi dua foto Zohri yang tengah berlatih dan bertanding di Asian Games 2018 pada nomor estafet putra.
Zohri, yang belum lama ini mewakili Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020, merupakan sprinter tercepat di Asia Tenggara. Meski belum bisa mempersembahkan medali, penampilan Zohri tercatat semakin meningkat. ”Lawan-lawannya juga sudah senior. Semoga ada kesempatan di Olimpiade Paris,” kata Ma’rib saat diminta komentar tentang penampilan adiknya.
Pelari kelahiran 1 Juli 2000 itu berkembang sangat pesat dalam dua tahun terakhir. Namanya mulai muncul ketika menjuarai nomor 100 meter Kejuaraan Asia Atletik Yunior 2018 di Gifu, Jepang, dengan waktu 10,27 detik. Setelah itu ia terus melejit.
Zohri menjuarai nomor 100 meter Kejuaraan Dunia Atletik Yunior 2018 di Tampere, Finlandia, dengan waktu 10,18 detik. Kemudian, ia memecahkan rekornas Suryo Agung Wibowo dengan waktu 10,17 detik menjadi 10,15 detik di semifinal. Ia mempertajam rekornya menjadi 10,13 detik ketika meraih perak Kejuaraan Asia Atletik 2019 di Doha, Qatar.
Tidak lama kemudian, ia mempertajam lagi rekornya menjadi 10,03 detik ketika meraih perunggu Grand Prix Seiko Golden 2019 di Osaka, Jepang. Raihan di Jepang itu memastikan Zohri lolos limit Kejuaraan Dunia 2019 10,10 detik, dan Olimpiade Tokyo 10,05 detik (Kompas, 24/9/2019).
Sebagai atlet muda, Zohri rupanya tidak lupa untuk memikirkan masa depannya. Zohri Meubel adalah salah satu cara yang dia pilih. ”Kami memberikan saran. Tujuannya agar uangnya jelas ke mana. Misalnya tidak untuk foya-foya, lalu dia minta dicarikan usaha di Lombok dan dipilih mebel,” kata Ma’rib.
Ma’rib yang saat ini mengelola Zohri Meubel bersama kakak tertuanya, Baiq Fazilah (32), mengatakan, tidak hanya untuk keluarga, Zohri Meubel itu juga untuk Zohri di kemudian hari.
”Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Tidak selalu sehat. Apalagi kondisi sekarang. Bisa jadi suatu hari nanti Zohri tidak jadi atlet lagi atau menikah. Jadi sudah ada usaha untuknya saat tua,” kata Ma’rib.
Menurut Ma’rib, Zohri Meubel sudah berjalan sekitar setahun. Tokonya dibangun di atas lahan milik sendiri. Biaya pembelian lahan yang totalnya mencapai 1.300 meter persegi lebih dan pembangunan toko semuanya berasal dari Zohri.
Zohri juga mengeluarkan uang untuk membeli barang-barang perabotan rumah tangga yang dijual, seperti tempat tidur, lemari, meja, kursi, sofa, kipas angin, dan lainnya. Jika ditotal, nilanya lebih dari Rp 1 miliar.
Saat ini, kata Fazilah, bisnis meubel itu belum lancar. Apalagi di tengah pandemi lebih sepi, calon konsumen cenderung menahan pengeluaran dan lebih banyak ke kebutuhan pokok.
Meski demikian, menurut Fazilah, usaha itu harus tetap jalan. Sesuai keinginan Zohri agar saudara-saudara atau keluarganya tetap punya usaha. ”Paling tidak ada usaha untuk keluarga,” kata Fazilah.
Sebelum Zohri Meubel, Fazilah mengatakan, mereka mengelola Zohri Mart. Bisnis swalayan yang juga berlokasi di Pemenang itu merupakan bantuan dari salah satu organisasi nirlaba. Namun, bantuan itu bersifat kontrak untuk tiga tahun. Pada Mei 2021, operasionalnya terhenti karena kontrak tidak berlanjut. Menurut Fazilah, usaha itu juga ditutup karena rugi. Lebih banyak pengeluaran daripada pemasukan. ”Sekarang, kami fokus di Zohri Meubel. Belum ada rencana usaha lain,” ujar Fazilah.
Zohri yang baru berusia 21 tahun sadar benar bahwa karier atlet ada batas usianya sehingga ia mesti merintis usaha di saat jaya. Ia juga sadar keluarganya yang secara ekonomi terbatas, mesti dibantu. ”Kami selalu mendapatkan pesan dari Pak Bob Hasan (mendiang mantan Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), supaya atlet tidak meninggalkan sekolah. Kalau ada kesempatan meneruskan sekolah, harus kuliah. Kalau punya uang, ditabung atau buat usaha atau investasi supaya tidak susah pas sudah pensiun,” ujar Zohri, beberapa waktu lalu.
Zohri berangkat dari keluarga dengan latar belakang ekonomi terbatas. Semasa hidup, ayah Zohri, Lalu Ahmad Yani, banting tulang bekerja sebagai nelayan, sementara ibunya, Saeriah, buruh tani dengan penghasilan tidak seberapa. Bahkan, Zohri kecil hidup prihatin. Ia sering kali harus menahan lapar karena di rumah tidak ada makanan.
Bisnis yang dibangun Zohri untuk keluarga sejauh ini belum membuahkan hasil. Namun, ibarat balap lari, usaha yang dirintis Zohri dan keluarga memang baru mulai di garis start. Bukan tidak mungkin, usaha itu kelak akan berlari kencang, sekencang lari Zohri.