Sinyal Abstrak Rizal
Pertama kali pindah ke Amerika, umur Rizal masih 29 tahun. Pada usia muda dan duduk di jajaran direksi, kala itu Rizal hanya mengantongi ijazah S-1.
Kiprah Rizal Hamdallah sebagai inovator semakin moncer. Pria kelahiran Bogor, Jawa Barat, yang merantau di Amerika Serikat itu sempat dinobatkan sebagai penerima penghargaan Boston Business Journal’s ”40 Under 40”. Dia juga memegang hak paten AS untuk karya inovasi, selain beragam penghargaan.
Dihubungi pada Kamis (21/1/2021), Rizal sedang bersiap meninggalkan rumah kontrakannya di Boston menuju San Francisco. Sejak November 2020, Rizal yang mengantongi pengalaman inovasi makanan selama lebih dari 20 tahun mencoba tantangan baru dengan beralih pekerjaan menjadi kepala bagian inovasi di perusahaan makanan energi, Clif Bar & Company.
Meskipun mempunyai rumah di Chicago, Rizal memilih tinggal di kontrakan karena terasa lebih simpel. Sebagai wujud kecintaan kepada lingkungan, ia juga memutuskan tidak membeli mobil. Kebanggaan diri menurut dia tidak terletak pada banyaknya materi yang dikantongi, tetapi pada karya yang dilahirkan. Melongok tiap sudut rumah kontrakannya di Boston, kesan sederhana segera tampak.
Pada sudut-sudut rumah itu, kecintaan serta kerinduannya pada Tanah Air juga mewujud. Patung Buddha yang dibelinya di DI Yogyakarta menghiasi ruang keluarga. Di pintu masuk ruangan, ada patung pengantin Jawa. Seserahan dari Bali berwarna perak diletakkan di pojokan ruang di lantai satu. Untuk mengingat tanah kelahirannya di Bogor, Jawa Barat, koleksi senjata kujang dihadirkan di lantai atas.
”Enggak bisa enggak ada Indonesia-nya. Kayak pengingat rumah di Indonesia. Luarnya aja beda, dalamnya sama. Ketika saya berulang tahun ke-40, saya janji pada diri saya bahwa saya sudah harus mengunjungi 40 negara. Ada koleksi dari tiap negara. Ada kenangan kecil,” kata Rizal yang berdarah campuran Padang dan Sunda.
Sebagai suatu penegasan bahwa suatu saat ia akan kembali pulang ke Tanah Air, ibundanya memintanya untuk tetap mempertahankan rumahnya di Kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan. ”Rumah itu enggak boleh dilepas. Simbol buat ibu, rumah pegangan kalau Rizal akan pulang,” tambahnya.
Seluruh benda-benda pengingat Tanah Air itu akan segera dikemas dan ikut pindah ke San Francisco. Selain cuacanya yang terasa lebih nyaman dengan musim dingin yang sejuk, Rizal begitu bersemangat dengan tantangan baru yang bakal ditemui di Clif Bar.
Ambil risiko
Cinta tantangan pula yang membuatnya seringkali berpindah perusahaan. ”Saya enggak pernah puas. Orang mikirnya saya akan tinggal di satu tempat lama dan akan selalu stabil. Buat saya itu berlawanan dengan konsep inovasi dan siapa saya,” kata Rizal.
Sebelumnya, ia memimpin tim riset dan pengembangan di perusahahan minuman cranberry yang didistribusikan di lebih 100 negara, Ocean Spray Cranberries. Karya inovasinya di Ocean Spray juga dinobatkan sebagai Best Product of the Year 2020. Salah satu inovasinya adalah minuman kesehatan berenergi tinggi yang tidak memabukkan dari mariyuana. Inovasi timnya berhasil mengeluarkan zat memabukkan delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) dari mariyuana.
Ketika masih di Ocean Spray pula, Rizal menerima penghargaan Boston Business Journal’s ”40 Under 40” pada 2019. Penghargaan itu tak hanya karena kiprahnya di Ocean Spray, tetapi juga karena kontribusinya sebagai pemegang paten AS untuk karyanya tentang teknologi dispenser pada 2014.
”Mereka memantau orang muda di Amerika. Kaget kok dapat. Apa yang sudah saya raih, saya selalu ingat saya bawa nama Indonesia. Karena bentuk saya itu beda, bahasa saya beda ada aksennya,” tambahnya.
Sebelum Ocean Spray, Rizal memelopori Laboratorium Inovasi dan Tyson Ventures di Tyson Foods, perusahaan makanan terbesar di AS. Dia, antara lain, membuat inovasi dalam pengembangan produk keripik yang diolah dari limbah nugget ayam. Inovasi di Tyson ini meraih penghargaan ”The Top 10 Most Smartest Sustainable Product of the Year” dari majalah Time.
Ketika meluncurkan produk keripik dari limbah makanan pada 2017, banyak orang yang bingung. Namun, daur ulang makanan itu kini justru menjadi tren di AS. ”Saya itu orangnya bold. Suka ambil resiko. Sudah puas dikoreksi banyak orang yang enggak suka, dibilang produk ini enggak ada gunanya,” tambahnya.
Di awal kariernya, Rizal sempat bergabung dengan perusahaan seperti SC Johnson, Abbott Laboratories, Unilever, dan Nestle. Paten desain teknologi produk diperolehnya ketika membuat inovasi produk obat nyamuk yang harganya tidak lebih dari Rp 1.000, tetapi bisa dipakai 24 jam selama sebulan.
Produk itu kemudian berhasil diluncurkan di Afrika dan Brasil.
Rizal juga mendirikan perusahaan rintisan GetBetty, Inc yang menawarkan layanan kecantikan sesuai permintaan yang berbasis di Chicago pada 2016. Pada 2018, ia menerima penghargaan Most Active Corporation of the Year dari Plug and Play, sebuah platform rintisan inovasi global terbesar di Silicon Valley.
”Banyak yang menunggu saya akan kerjakan apa di Clif Bar. Sebagai inovator, tugas kami nge-push ide nge-push konsep yang belum eksis di dunia. Make a small step to create bigger impact then do it!,” ujar Rizal.
Clif Bar cukup menantang bagi Rizal karena merek ini punya komitmen untuk menghasilkan produk makanan yang peduli perubahan iklim dan isu kesetaraan. ”Impact yang akan saya buat akan lebih besar daripada perusahaan sebelumnya. Punya tanggung jawab moral produk yang baik buat orang dan planet,” tambahnya.
Dimensi abstrak
Pertama kali pindah ke Amerika, umur Rizal masih 29 tahun. Pada usia muda dan duduk di jajaran direksi, kala itu Rizal hanya mengantongi ijazah S-1. Menggunakan kekurangan sebagai kekuatan, ia membuktikan kemampuan diri lewat karya. Sambil bekerja, tawaran beasiswa S-2 pun menghampiri.
”Jangan melihat perbedaan sebagai kekurangan, tapi keunikan. Enggak usah minder, be who you are. Merasa bebas karena jadi diri sendiri. Saya jadi enggak punya beban, lebih kuat dan tangguh bersaing di pasar global dengan orang-orang yang ambisius,” ujarnya.
Seluruh capaian yang diraih sejatinya bukan tujuan utama. ”Ultimate goal saya adalah perjalanan belajar. Cita-citanya kembali ke sisi edukasi. Syukur-syukur bisa ngajar. Ini sangat personal karena saya ini merasa punya utang,” ujar Rizal yang beberapa kali diundang menjadi dosen tamu, seperti di University of Chicago.
Ketika masih kuliah S-1 di Universitas Islam Indonesia DI Yogyakarta, Rizal harus kuliah sambil bekerja. Kala itu, ia bekerja sebagai penyiar berita di TVRI, Radio Trijaya, dan bekerja kontrak paruh waktu di Dagadu. Sempat mengambil kelas ekstensi Filsafat di UGM, Rizal juga punya ketertarikan pada filsafat sebagai ibu segala ilmu.
”Ada intersection antara filsafat dan ekonomi. Ada berbagai macam dimensi dari dunia bisnis yang bisa didapat dari filsafat. Akhirnya saya memilih dunia inovasi karena saya sangat comfortable ketika sesuatu itu sangat abstrak,” kata Rizal.
Sebagai kreator di dunia inovasi yang abstrak, ide bisa datang kapan pun dan dimana pun. ”Membuat saya semangat ketika saya bisa nyambungin sinyal ekonomi, sinyal perubahan konsumen, sinyal teknologi, hingga ilmu supply chain. Saya koneksikan semua sinyal ini, lalu saya buat produk baru. Itulah saya,” ujar Rizal.
Dari sinyal-sinyal absrak itulah, Rizal terus melahirkan karya.
Biodata
Rizal Hamdallah
Pengalaman kerja, antara lain:
- Kepala Bidang Inovasi (Chief Innovation Officer) di Clif Bar & Company (November 2020-sekarang)
- Kepala Bidang Pertumbuhan (Chief Growth Officer) di Ocean Spray Cranberries
- Memelopori Innovation Lab and Tyson Ventures di Tyson Food
- Pendiri Perusahaan Rintisan GetBetty, Inc pada 2016
Penghargaan, antara lain:
- The top 10 most Smartest Sustainable Product of the Year oleh majalah Time
- Penghargaan Most Active Corporation of the Year dari Plug and Play 2018
- Boston Business Journal’s ”40 Under 40” pada 2019
Pendidikan:
- Master of Product Development in Design and Management degree dari Northwestern University, Chicago
- S-1 Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta