James Bond, Sean Connery, Sempat Dilarang Tampil di Indonesia
Bulan Desember 1970, ketika Sean Connery berusia 40 tahun, harian ”Kompas” telah membuat profil dirinya. Dikisahkan betapa Sean Connery dari sebuah keluarga miskin berjuang dalam hidup menjadi seorang aktor terkemuka.
Film James Bond sempat tidak boleh ditampilkan di bioskop-bioskop di Indonesia. Ketika itu, pemerintah berpendapat film semacam itu dapat menyebarkan pengaruh-pengaruh negatif bagi masyarakat.
Pelarangan impor film James Bond ataupun film ala James Bond memang tidak pernah dikeluarkan oleh Badan Sensor Film (BSF). Namun sebagaimana diberitakan di harian Kompas, 26 Mei 1967, BSF tidak melayani penyensoran film-film tersebut.
Aksi Sean Connery pun tidak dapat disaksikan di layar bioskop Indonesia. Padahal, sebelum Mei 1967, Sean Connery telah membintangi empat film James Bond, yakni Dr. No (1962), From Russia with Love (1963), Goldfinger (1964), dan Thunderball (1965). Sementara Juni 1967, dirilis film kelima James Bond, You Only Live Twice (1967).
Citra James Bond pada tahun 1967 itu memang buruk—setidaknya di mata pemerintah.
Kejaksaan Agung bahkan memberikan peringatan keras kepada Magic Centre Publishing House, penerbit buku serial James Bond 007. Alasannya, buku yang dicetak menyajikan tulisan atau gambar-gambar cabul yang dinilai dapat memberikan pengaruh negatif bagi generasi muda (Kompas, Sabtu, 29 April 1967).
Citra James Bond pada tahun 1967 buruk—setidaknya di mata pemerintah.
Walau film James Bond tidak beredar secara resmi di bioskop, harian Kompas pada akhir 1960-an memberitakan demam James Bond melanda Indonesia. Logo 007 disematkan mulai dari baju, ikat pinggang, hingga body skuter.
Harian Kompas juga memanggungkan opini tentang pengaruh film seperti James Bond bagi masyarakat. Ada artikel yang intinya menyikapi secara kritis pengaruh James Bond terhadap masyarakat. Sebaliknya, pada Januari 1968, WS Rendra menulis dua artikel bersambung tentang James Bond dengan judul, ”Pembelaan terhadap Film-film James Bond”.
Sabtu (31/10/2020) kemarin, Sir Sean Connery telah berpulang. Aktor yang pada Agustus 2020 merayakan usianya ke-90 tahun itu meninggal dengan tenang dalam tidurnya di Kepulauan Bahama.
Bulan Desember 1970, di usianya ke-40 tahun, harian Kompas telah membuat profil dirinya. Digambarkan betapa Sean Connery yang berasal dari sebuah keluarga miskin yang terus berjuang dalam hidupnya untuk kemudian menjelma menjadi salah satu aktor dengan bayaran termahal berkat tampil sebagai James Bond.
Pada usia 15 tahun, Sean Connery sempat drop-out dari sekolah untuk membantu keluarga. Dia kemudian menjadi sopir pengantar susu. Kehidupannya sempat diselingi dengan mengabdi sebagai anggota Angkatan Laut Kerajaan Inggris tapi kemudian dia kembali menjadi tukang batu setelah dikeluarkan karena ada persoalan kesehatan.
Selama 18 bulan, Sean Connery menjadi tukang pelitur peti mati yang membuatnya bepergian dari Edinburg, Skotlandia, kampung halamannya. Dia juga berlibur ke London, dan bertemu temannya yang sedang bermain teater. Perjumpaan itu membuat hidupnya berubah.
Selama 18 bulan, Sean Connery menjadi tukang pelitur peti mati.
Setelah main di sejumlah pementasan teater, No Road Back (1957) menjadi film pertama Sean Connery. Disusul beberapa film televisi, seperti Anna Christie (1957), Macbeth (1961), Anna Karenina (1961), dan The Longest Days (1962).
Sean Connery mulai dibicarakan banyak orang ketika dia membintangi film agen rahasia 007 James Bond berjudul Dr No, yang juga dirilis pada 1962.
Citra dirinya sebagai James Bond kemudian membuat dirinya digilai para perempuan. Juga ditiru kaum lelaki, yang ingin keren layaknya tokoh James Bond. Meski Sean Connery sendiri yang akhirnya berupaya keras membebaskan dirinya dari citra itu. Suatu ketika, dengan tegas, dia berkata, ”Jangan panggil saya, Bond”.
Suatu ketika, dengan tegas, dia berkata, ”Jangan panggil saya, Bond”.
Selama beberapa dekade kemudian, Sean Connery malang melintang di dunia perfilman. Dia tampil antara lain di film Murder on the Orient Express (1974), The Man Who Would Be King (1975), The Wind and the Lion (1975), Time Bandits (1981), Highlander (1986), The Name of the Rose (1986), The Untouchables (1987), Indiana Jones and the Last Crusade (1989), The Hunt for Red October (1990), dan Rising Sun (1993).
Oscar diraihnya tahun 1987 untuk kategori Best Supporting Actor di film The Untouchables. Film itu kerap diperbincangkan di Indonesia hingga puluhan tahun kemudian karena dinilai menjadi cermin dari penegakan hukum di negeri ini.
Dua tahun kemudian, tahun 1989, majalah People menetapkan Sean Connery sebagai Pria Terseksi, Sexiest Man Alive. ”Saya tak dapat berkata-kata,” ujarnya, ketika itu. Sebaliknya, banyak perempuan yang juga kehabisan kata-kata saat Sean Connery tetap memikat di usianya yang ke-59 di tahun itu.
Sepuluh tahun kemudian, Sean Connery tetap keren. Bersama Catherine Zeta-Jones, misalnya, dia membintangi film Entrapment. Lokasi syutingnya di Kuala Lumpur, tepatnya di Menara Petronas, yang saat itu salah satu gedung tertinggi di dunia.
PM Mahathir Mohamad dibuat sebal dengan salah satu adegan di film itu. ”Kami kaget karena melihat Menara Kembar Kuala Lumpur, gedung tertinggi di dunia, digambarkan menjulang tinggi di daerah kumuh Malaka yang letaknya 150 km jauhnya,” ujar Mahatir, ketika itu.
Sementara orang Indonesia yang berduit, kemudian ramai-ramai terbang ke Kuala Lumpur untuk menjejakkan kaki di Menara Kembar Petronas setelah menyaksikan film Entrapment (1999).
Meski kerap menyerukan, bahkan mendanai, gerakan untuk berupaya memerdekakan Skotlandia dari Inggris, Sean Connery mendapat gelar kebangsawanan dari Ratu Elizabeth II pada Juli 2000. Sir Thomas Sean Connery pun menerimanya dengan bangga. Istrinya, pelukis Micheline Roquebrune, dan saudara laki-lakinya, Neil Connery, dimintanya menemani ke acara penobatan.
Orang Skotlandia ini kemudian dalam masa tuanya memilih menghabiskan waktu di Kepulauan Bahama bersama Micheline, yang dinikahinya sejak tahun 1975.
Meski sempat dihantam badai Dorian di tahun 2019, hari-hari di masa senjanya di Bahama dijalani layaknya seorang James Bond. Hidup di mansion di sebuah pulau, dekat garis pantai dengan nyiur melambai, langit biru, dan tak jauh dari perempuan-perempuan berbikini yang berenang di laut yang juga biru.
Selamat jalan Mr Bond, maaf, Sir Sean Connery.