Kontemplasi Diri Yura
Momen pandemi pun belakangan berubah menjadi kesempatan baginya untuk lebih mengenal diri sendiri, lebih banyak bersyukur, dan memacunya untuk lebih kreatif.

Yura Yunita
Kesuksesan yang direguk sejak lagu duetnya bersama mendiang Glenn Fredly memuncaki berbagai tangga lagu Indonesia tak melunturkan permasalahan yang selama ini menghantuinya. Hampir satu dekade, Yura Yunita (29) bergelut mengatasi serbuan rasa cemas hingga memutuskan untuk melongok lagi ke dalam dirinya sendiri.
Tawa riangnya membuka percakapan virtual pada Sabtu (22/8/2020) pagi itu. Ditemani ibu dan kakeknya, Yura mengungkap kebahagiaannya bisa kembali berkumpul bersama keluarga setelah berbulan-bulan terkurung di Jakarta. ”Akhirnya aku pulang ke Bandung lagi. Ini masih di Bandung, tinggal dua hari lagi,” ujarnya semringah.
Sejak pandemi merebak pada Maret lalu diikuti kebijakan untuk tetap berada di rumah, Yura pun harus menerima kenyataan tak bisa pulang ke Bandung untuk sementara waktu. Idul Fitri yang selalu dihabiskan bersama keluarga besar dengan tradisi membuat panggung kecil-kecilan untuk saling adu bakat tak dapat dinikmatinya.
”Itu aku beneran sendirian di Idul Fitri. Kaget banget rasanya enggak bisa kumpul karena kebiasaan dari umur 3 tahun itu selalu kumpul satu keluarga besar. Nanti ada panggung kecil di ruang tamu. Dari kakek nenekku sampai cucu terkecil tampil. Yang paling bagus penampilannya dapat THR paling gede,” kenang Yura yang baru saja kehilangan kakeknya untuk selamanya, sepekan setelah wawancara ini dilakukan.
Di tengah kesendiriannya, perasaan insecure yang membelitnya makin terasa. Sesal yang muncul karena kehilangan momen bersama orang-orang tersayang itu dirasa sebagai tamparan bagi dirinya untuk lebih menghargai hal-hal di sekelilingnya dan meluangkan waktu bersama orang-orang yang berharga baginya.
Perasaan cemas, ragu, hingga rasa tidak percaya diri ternyata kerap menghampiri sosok penyanyi yang tiga tahun berturut-turut menjadi pemenang Anugerah Musik Indonesia Award untuk sejumlah kategori ini. Munculnya berbagai perasaan itu diungkapnya juga sebagai salah satu dampak dari persoalan ketidakseimbangan hormon yang dialaminya sejak duduk di bangku SMP.

Konser penyanyi pop Yura Yunita di Balai Sarbini, Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Semula Yura hanya menyangka apa yang dirasakannya dan perubahan suasana hati yang kerap kali drastis sekadar bagian dari kepribadiannya saja. Kadang sangat senang, mendadak jadi sangat sedih. Ia pun mengira yang memengaruhi kondisi itu adalah banyaknya permasalahan di luar dirinya. Imbas pada fisik, seperti mudah mengalami kemerahan pada kulit dan jerawat, juga sempat dipikirnya berasal dari lingkungan.
”Tadinya kalau ada masalah dikit, wah, ini pasti gara-gara ini, nih, atau gara-gara orang lain. Naik turun banget mood-nya. Terus ke dokter sana sini, tapi justru datang ke dokter muka, kan. Sampai di akhir 2019, ada yang mengingatkan, kalau ada masalah, biasanya disuruhnya move on, kan. Nah, ini move in. Ngelihat ke dalam diri dulu, deh,” tutur Yura.
Yura pun mempelajari lebih dalam tentang mindfulness, bermeditasi, mengenal diri sendiri, hingga berlanjut pada mindful eating yang baru dimulainya sekitar empat bulan terakhir ini. ”Ternyata betul, lho, apa yang menjadikan kita hari ini dimulai dari hal sederhana yang kita lakukan sehari-hari, proses makan. Ke mana aja, kan, gue, ha-ha-ha. Hampir 10 tahun aku abai sama diri aku sendiri,” kisahnya.
Dengan dibantu oleh pelatih dan nutrisionis, Yura memulai perjalanan penyembuhan dirinya lewat mindful eating. Menurut dia, yang dilakukannya berbeda dengan pengaturan pola makan yang biasa dilakukan untuk mengurangi berat badan makan.
Awalnya, ia tetap tidak dilarang mengonsumsi makanan kesukaannya. Namun, ia berkewajiban mencatat tiap makanan yang dinikmatinya dan perasaan apa yang muncul beberapa jam setelah makan.
Bukan hal yang mudah baginya, dalam sehari tiga kali harus terus merekam kegiatan makannya di sebuah jurnal dan meneliti sendiri apa yang dirasakannya. ”Bagaimana teksturnya, bagaimana warnanya, bagaimana rasanya. Jadi, makan ya enggak asal makan. Dulu, kan, gitu ya. Makan juga sambil main hape, sambil nonton. Nanti sekitar dua jam mulai berasa, tuh. Dicatat lagi, bagaimana hunger level, stress level, mood level. PR banget ini tadinya,” paparnya.
Usahanya tidak sia-sia. Perlahan, Yura dapat melepaskan diri dari hobinya mengunyah makanan manis. Keinginannya untuk menyantap makanan siap saji pun hilang. Pola dan porsi makannya menjadi sangat terjaga, begitu pula dengan pilihan menu yang diasupnya. Yang terpenting baginya adalah kecukupan karbohidrat, protein, dan mineral dalam satu porsi makanan.
Tanpa disadarinya, persoalan hormonal yang selama ini menghantuinya juga terselesaikan. Tingkat stres dan suasana hati yang mudah berubah yang berakibat pada sekelilingnya mulai stabil.
Kualitas tidur juga lebih baik sehingga berpengaruh pada kesehatan dan pikirannya. Keluhan pada kulit, seperti jerawat, kemerahan, atau breakout, tiba-tiba juga sudah tak ada lagi. ”Perempuan ya biasa, aduh, ada apa ini kalau ada breakout, he-he-he,” ujarnya.
Momen pandemi pun belakangan berubah menjadi kesempatan baginya untuk lebih mengenal diri sendiri, lebih banyak bersyukur, dan memacunya untuk lebih kreatif. Salah satunya, singel ”Hoolala” yang direkamnya dari kamar tidurnya.
”Kucari tuh ’How to DIY Vocal Booth’. Pakai selimut kanan, selimut kiri, lemari kamar, mik yang ada di rumah. Jadi, deh,” ungkapnya sambil tertawa mengingat proses rekaman yang dilakukannya.
Takjubnya, hasil rekaman mandiri itu mirip dengan hasil saat di studio. Hingga akhirnya lagu ini dirilis pada 4 Agustus 2020. Disusul peluncuran videoklip lagu ini pada Selasa (22/9/2020).
Kesibukan yang tiada henti pun membuat jadwalnya agak tidak menentu. Rencana sesi foto virtual dengan Kompas yang sempat dijanjikan tak dapat dieksekusi. Dua kali rencana sudah dijadwalkan, tetapi ditunda, hingga akhirnya dibatalkan.
Album baru
Kemunculan lagu ”Hoolala” ini disebutnya menjadi pembuka jalan menuju album ketiga yang akan digarapnya. Kendati demikian, ia tidak ingin buru-buru merampungkannya. ”Emang pengin rilisnya single by single dengan tenang. Kayak album pertama ke album kedua itu umurnya bisa sangat panjang. ’Hoolala’ rasanya juga umurnya akan panjang,” ujarnya.

Konser penyanyi pop Yura Yunita di Balai Sarbini, Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Ya. Yura merilis album pertamanya bertajuk Yura pada 2014, digawangi oleh mendiang Glenn Fredly dan Ari Renaldi yang merupakan kakak penyanyi Tulus. Baru empat tahun kemudian, Yura kembali meluncurkan album kedua berjudul Merakit. Di sela-sela jeda album, Yura pun sering berkolaborasi dengan sejumlah penyanyi atau grup musik lain menghasilkan lagu.
Tak hanya mahir menyanyi dan bermain piano, Yura juga apik menulis lagu. Nyaris semua lagu di albumnya ditulis sendiri. Bahkan, lagu ”Berawal dari Tatap” yang berada di album pertamanya sudah ditulisnya sejak kelas 2 SMA. Sambil tergelak, ia bercerita, tulisan yang tak disangkanya akan jadi lagu itu dibuatnya saat naksir kakak kelasnya.
”Iya, pastilah (pengalaman pribadi). Enggak berani cerita, kan, dan enggak biasa curhat juga. Akhirnya tulis di diary, deh. Sekarang enggak tahu ya orangnya, udah enggak pernah ketemu lagi,” bebernya yang kini hobi bermain Tiktok untuk mengajak penggemarnya bernyanyi bersama lewat fitur duet.
Satu lagu, yakni ”Cinta dan Rahasia”, yang membuka jalannya di dunia musik Indonesia ditulis oleh Glenn dan dinyanyikan bersama. Mata Yura pun berkaca-kaca saat mengingat sosok Glenn. Beberapa kali jeda harus diambil sambil menahan air mata menetes ketika Yura ingin mengungkapkan awal pertemuannya dengan Glenn.
”Cukup ajaib pertemuannya. Tadinya, Kak Glenn mau bikin album buat dia sendiri sama Bang Ari. Setelah lihat aku, Kak Glenn dan Bang Ari malah nawarin, ’Mau enggak dibikinin album’. Ya kali enggak mau. Di situ, Kak Glenn bebasin aku banget. Tiap minggu selalu ketemu,” tutur perempuan yang juga mengidolakan Alicia Keys, Beyonce, dan PJ Morton ini.
Glenn pun selanjutnya menjadi inspirasi baginya. Tak sekadar cara bermusik, tetapi nilai-nilai hidup, kemanusiaan, kepedulian, dan kesederhanaan yang ditunjukkan merupakan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga bagi Yura. Ia merasa bersyukur dapat dipertemukan dan mengenal Glenn secara dekat.
Ia pun berharap, musik Indonesia tidak hanya sebagai sarana yang menghibur, tetapi juga dapat menjadi penyampai pesan positif bagi masyarakat, termasuk menyebarkan semangat dan penguat.
”Baby, don’t you try to be somebody else’s. Cause you gotta move in to let go,” tutupnya mengutip sebait lagu yang baru dikeluarkannya.