Luhut Binsar Panjaitan
Jika ada seorang tentara yang tetap mengabdi dalam enam periode kepresidenan maka dia adalah Luhut Binsar Panjaitan. Jenderal yang tidak pernah redup sinarnya itu kini dipercaya menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Jenderal (Purn) Luhut Binsar Panjaitan adalah seorang mantan tentara dengan segudang pengetahuan dan pengalaman yang jarang dimiliki jenderal-jenderal di Indonesia. Jika dalam dunia hiburan ada artis tiga jaman, maka dalam dunia militer ada Luhut B. Panjaitan, tentara tiga jaman yang dipercaya menjabat menteri oleh dua presiden.
Pada masa kepemimpinan Abdurahman Wahid (Gus Dur), putra kelahiran Toba Samosir pada 28 September 1947 ini dipercaya menjadi Menteri Perdagangan dan Industri 2000-2001. Presiden Megawati Soekarnoputri yang mengantikan Gus Dur pun bermaksud untuk memercayai Luhut kembali sebagai menteri, tetapi ia menolak karena menjaga etika terhadap Gus Dur.
Setelah lebih dari satu dasawarsa tak berkiprah di kementerian, Luhut kembali dipercaya sebagai menteri oleh Presiden Joko Widodo. Pada periode pertama kepemimpinan Jokowi, Luhut awalnya menjabat Kepala Staf Kepresidenan selama setahun dan kemudian dipercaya menjadi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan. Posisinya kembali berganti sebagai Menteri Koordinator Kemaritiman hingga akhir masa tugas Kabinet Kerja.
Pada periode kedua kepemimpinan Jokowi, Luhut kembali dipercaya menjabat Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi 2019-2024 pada Kabinet Indonesia Maju. Ia kembali mengurus masalah kemaritiman dalam rangka Indonesia menjadi poros maritim dunia dan mengatasi masalah yang menghambat investasi.
Dari keluarga sederhana
Luhut kecil lahir dari keluarga sederhana. Anak tertua dari lima bersaudara ini lahir di Simargala, Huta Namora, Silaen, Toba Samosir, Sumatra Utara, pada 28 September 1947. Ayahnya Bonar Panjaitan hanyalah tentara yang pensiun dini sebelum usia 50 tahun dan kemudian banting setir sebagai sopir bus AKAP demi menafkahi keluarganya, sementara ibunya hanya wanita biasa yang tak pernah menamatkan sekolah dasarnya. Gaji ayahnya hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Luhut kecil memperoleh pendidikan dasarnya SD dan SMP di tempat kelahirannya di Sumatera Utara. Saat menginjak remaja, Luhut hijrah ke Kota Bandung dan melanjutkan pendidikan menengahnya di SMA Penabur.
Setelah lulus dari SMA, ia melanjutkan pendidikan di Akademi Militer Magelang dan meraih predikat lulusan terbaik pada tahun 1970. Kemudian dia banyak berkarya kemiliteran di Kopassus dan menduduki sejumlah posisi penting di antaranya Komandan Kopassus, Komandan Pussenif, dan Komandan Kodiklat TNI AD.
Luhut juga pernah menimba ilmu militer di luar negeri. Ia mengikuti pendidikan di Amerika Serikat yakni Masters in Public Administration, George Washington University, Washington DC dan National Defense University. Ia juga pernah mendapat pendidikan dan pelatihan militer di Jerman dan Inggris.
Karier
Dalam berkarier di dunia militer, Luhut Binsar Panjaitan tercatat sebagai perintis pembentukan satuan antiterorisme di Indonesia. Ia mendirikan sekaligus menjadi komandan pertama Detasemen 81 pada tahun 1981. Datasemen itu kini menjadi kesatuan baret merah Kopassus Sat-81/Gultor, yang menjadi salah satu pasukan khusus penanggulangan terorisme terbaik di dunia.
Selama masa pemerintahan Presiden Soeharto, Luhut menjadi Pengawal VIP Presiden selama 10 tahun (1978–1988). Karena pengalamannya tersebut, Luhut kemudian ditugaskan menjadi Komandan pengamanan KTT Asean di Filipina tahun 1986.
Setelah malang melintang di Kopassus dengan berbagai posisi dan penugasan di sejumlah daerah selama hampir 25 tahun, Luhut kemudian ditunjuk sebagai Komandan Korem 081/Dhirotsaha Jaya, Madiun, Jawa Timur pada 1995. Setahun kemudian dia dipromosikan menjadi Wakil Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Pussenif) dan tak lama berselang menjadi Komandan Pussenif dengan pangkat Mayor Jenderal.
Selanjutnya pangkat kemiliterannya pun naik menjadi bintang tiga alias Letnan Jenderal. Ia dipromosikan menjadi Komandan Pendidikan dan Latihan TNI AD (Kodiklat TNI AD) 1997-1998. Posisi tersebut merupakan karier terakhirnya di dunia militer sebelum mengabdi di pemerintahan dan terjun ke dunia politik.
Pada awal reformasi, Luhut ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia di Singapura oleh Presiden BJ. Habibie. Ia berhasil memperbaiki hubungan Indonesia–Singapura yang sempat renggang setelah mundurnya Presiden Soeharto.
Kemudian ketika Abdurrahman Wahid menjadi presiden, Luhut dipercaya menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan. Jabatan itu hanya setahun diembannya seiring lengsernya Gus Dur dari jabatan presiden pada tahun 2001.
Setelah tak jadi menteri, Luhut banyak berkiprah di Partai Golkar. Ia pernah menjadi Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Pimpinan Pusat Partai Golkar (2008-2014). Kemudian dia mengundurkan diri dan mendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai salah satu kandidat di Pilpres 2014.
Dalam Pilpres 2014, Luhut menjadi Pembina Relawan Bravo 5 Pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla. Pilihan politiknya itu mengantarkannya masuk kembali ke pemerintahan. Joko Widodo yang menjadi Presiden RI ke-7 menunjuk Luhut sebagai Kepala Staf Kepresidenan, suatu posisi baru di era Jokowi.
Setahun kemudian, ketika reshuffle kabinet, Luhut dipercaya sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum dan HAM menggantikan Tedjo Edhy Purdjiatno. Akan tetapi, satu tahun kemudian pada Juli 2016 posisi Luhut kembali bergeser sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (2016-2019).
Ketika Jokowi kembali memenangi Pilpres 2019, Luhut kembali ditunjuk menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (2019-2024). Dia mengoordinasi tujuh kementerian/lembaga yakni Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata, serta Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Penghargaan
Selama berkarier di militer, Luhut mendapat berbagai penghargaan karena prestasinya. Di masa pendidikan Akabri, dia menyandang predikat lulusan terbaik dan mendapat penghargaan Adhi Makayasa tahun 1970. Setahun kemudian, lulusan terbaik Kursus Dasar Kecabangan Infanteri (1971), lulusan terbaik dalam Kursus Komando dan mendapat penghargaan Sangkur Perak Komando.
Dia juga meraih penghargaan Trofi Payung Emas 1971. Tahun 1975, Luhut mendapat penghargaan Seroja, sebagai Satgas Komandan Tempur Terbaik.
Saat menjabat Komandan Korem Madiun 81/Dirotsaha Jaya 1994, Luhut mendapat penghargaan Korem Terbaik se-Indonesia. Tahun berikutnya, Luhut mendapat penghargaan Danrem Terbaik 1995.
Karena dedikasinya, Luhut pun mendapat penghargaan Satya Lencana Dwidya Sista, sebuah penghargaan untuk anggota TNI sebagai guru/instruktur yang telah berdedikasi memberikan yang terbaik. Pada akhir masa kemiliteran, Luhut mendapat penghargaan Jenderal TNI Kehormatan 2000. Ia dinilai sebagai seorang tentara yang cakap, handal dan banyak memberikan kontribusi kemajuan TNI.
Di luar karier militer, Luhut mendapat penghargaan sebagai Pembina Olahraga Terbaik dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (2006), kemudian penghargaan Ernst & Young Entrepreneur of The Year untuk kontribusi pada Pengembangan Sosial (2011).
Pionir antiteror
Luhut Binsar Panjaitan adalah perintis antiterorisme. Ia mendapat kesempatan studi tentang terorisme di luar negeri. Luhut pernah beberapa kali belajar di Amerika Serikat yaitu Special Forces, Instruktur HALO, dan Instruktur Jump Master HALO USA. Selain itu ia pernah belajar di Sekolah Penanggulangan Teror GSG 9 Jerman dan pada kesempatan yang berbeda Luhut pun pernah mengikuti pendidikan Instruktur Menembak serta Instruktur Antiteror di Jerman.
Luhut juga dikirim belajar ke Special Air Service (SAS) Angkatan Darat Kerajaan Inggris di Hereford dan Special Boat Squadron (SBS) Marinir Angkatan Laut Kerajaan Inggris di Pole, Dorset, Inggris. Luhut juga pernah belajar di US Army\'s Special Forces di Fort Bragg, North Carolina, Amerika Serikat.
Bekal ilmu yang didapat Luhut itu tak bisa lepas dari peran Panglima ABRI L.B. Moerdani yang jeli melihat potensinya dan sekaligus keinginan L.B. Moerdani agar Indonesia mempunyai pasukan antiteror.
Dengan dukungan Panglima L.B. Moerdani maka dibentuk kesatuan khusus antiterorisme yaitu Antiteror 81 awal tahun 1982. Luhut yang saat itu berpangkat Mayor dengan segudang bekal antiteror yang dipelajarinya, dipercaya menjadi komandan pertama Kesatuan Antiteror Detasemen 81 Kopassandha (1983-1987) dan Kapten Prabowo Subianto sebagai wakil di kesatuan tersebut. Tak heran bila Luhut dianggap salah satu dari golden boys L.B. Moerdani.
Setelah dibentuk Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tahun 1985, Antiteror 81 kemudian dimasukkan ke dalam Kopassus dan menjadi Satuan-81 Penanggulangan Teror (Sat-81 Gultor) atau disebut Den 81/Antiteror kesatuan baret merah Kopassus. Sat-81 Gultor yang dirintis Luhut itu disebut-sebut sebagai tim terbaik Kopassus yang selama ini dikenal memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan antiteror.