Umesh Phadke: Covid-19 Jadi Akselerator Pergeseran Tren Kecantikan
Pandemi Covid-19 menjadi akselerator tren yang sudah ada dan mendorong kembali tren yang sudah ada. Semua tren ini tidak baru, tetapi dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Perusahaan kecantikan global, L’Oréal Indonesia, mencatat pandemi Covid-19 telah mempercepat pergeseran tren kecantikan, baik di Indonesia maupun secara global. Dalam menghadapi fenomena ini, perusahaan asal Perancis itu berusaha untuk beradaptasi dengan cepat.
L’Oréal Indonesia sebagai bagian dari L’Oréal Group merupakan salah satu pemimpin pasar produk kecantikan di Indonesia yang mengelola 15 brand internasional, seperti Garnier, Maybelline, L’Oréal Paris, Matrix, Kerastase, Kiehl’s, Lancome, dan YSL. Perusahaan ini juga mempersiapkan diri memasuki masa normal baru akibat pandemi.
Simak hasil wawancara bersama President Director L’Oréal Indonesia Umesh Phadke dalam sesi diskusi media terbatas berjudul ”Bounce Back Strategy, Planning for +1 and Beauty Trend” secara daring di Jakarta, Jumat (5/6/2020).
Sejauh ini, bagaimana L’Oréal Indonesia merespons perubahan bisnis di Indonesia akibat Covid-19?
Masa kuncitara di Indonesia berbeda dengan negara lain. Di negara lain artinya semua toko tidak buka, tetapi di Indonesia beberapa buka, seperti toko serba ada. Jadi kami bekerja sama dengan toko ritel seperti Indomaret dan Alfamart serta toko e-dagang seperti Shopee dan Lazada. Ini praktik yang kompleks karena kami harus mendesain rencana dalam waktu singkat.
Sama halnya dengan salon, kami juga merespons dengan mengajar pekerja salon untuk mendiagnosis masalah rambut dan menjual produk ke konsumen di masa seperti ini.
Kami tetap melanjutkan rencana peluncuran produk baru tanpa perubahan berarti, seperti serum dari Garnier. Kami juga berinvestasi di media dan mempelajari keterampilan baru terkait social commerce dan live streaming.
Bagaimana pandemi ini mengubah tren kecantikan?
L’Oréal Indonesia menyadari pandemi ini memengaruhi perilaku konsumen. Pertama, perawatan kulit menjadi sangat penting karena banyak yang tinggal di rumah juga menjadi kesempatan untuk merawat kulit. Kulit adalah organ pertahanan terluar dan terluas dari tubuh manusia. Orang banyak menggunakan produk untuk wajah yang bertekstur ringan, bukan krim. Sekarang mereka lebih banyak menggunakan serum, essence water, dan lain-lain. Orang juga banyak menggunakan masker wajah.
Ke depan, make up atau riasan wajah akan tetap penting, tetapi akan berkembang. Make up mata akan menjadi lebih penting daripada lipstik karena orang akan lebih sering memakai masker. Indonesia adalah negara yang ramah senyum, bahkan terhadap orang asing. Kita tidak tahu kita tersenyum kalau memakai masker, tetapi senyum juga bisa dilihat dari mata.
Sementara itu, tren pewarnaan rambut akan berlanjut. Tetapi, sentuhan penata rambut profesional itu belum bisa tergantikan, jadi keberadaan mereka akan tetap penting. Yang akan berubah nanti adalah muncul tren pelanggan memanggil penata rambut ke rumah.
Jadi, Covid-19 tidak menciptakan tren kecantikan yang baru?
Pandemi Covid-19 ini lebih berperan sebagai akselerator tren yang sudah ada dan mendorong kembali tren yang sudah kita ketahui. Semua tren ini tidak baru, tetapi dimodifikasi sesuai kebutuhan. Covid-19 ini bukan transformer.
Kita sudah mengenal tren isu-isu di produk kecantikan, seperti keberlanjutan, hidup yang bertujuan, digital, e-dagang, dan sebagainya. Ini bukan hal baru, kita sudah berbicara mengenai hal ini selama beberapa tahun terakhir. Kami sudah siap dan percaya diri.
Bagaimana L’Oréal Indonesia beradaptasi dengan perubahan tren ini?
Kami menyadari platform social commerce dan e-dagang sangat penting. Platform live streaming juga penting karena konsumen bisa merasakan pembelian yang interaktif. Sekarang pembeli juga bisa membeli produk kami melalui Lazada atau Shopee dan mencoba fitur try on di mana konsumen dapat mencoba warna produk di wajah secara virtual. Pada saat bersamaan, toko fisik juga akan berkembang.
Pandemi Covid-19 ini lebih berperan sebagai akselerator tren yang sudah ada dan mendorong kembali tren yang sudah kita ketahui. Semua tren ini tidak baru, tetapi dimodifikasi sesuai kebutuhan. Covid-19 ini bukan transformer.
Terkait produk, kami akan terus luncurkan produk kecantikan untuk mata, seperti maskara dan eyeliner. Lalu kami juga menyoroti pentingnya produk untuk alis yang dapat mentransformasi penampilan.
Peran beauty assistant tetap menjadi jantung bisnis kami. Mereka adalah personifikasi dari brand kami. Benar bahwa peran mereka akan berubah, tetapi mereka akan tetap dibutuhkan konsumen untuk memberi saran produk apa yang dibeli atau cocok untuk mereka. Kami juga menyosialisasikan kepada mereka yang bekerja di salon untuk mengedepankan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, cuci tangan, dan pelindung wajah.
Apakah tren belanja dan uji coba kosmetik secara virtual ini dapat menggantikan pengalaman berbelanja langsung?
Saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Namun, teknologi terus membaik. Dibandingkan dua tahun lalu, komunikasi tidak dilakukan secara virtual, tetapi sekarang internet, ponsel, dan teknologi semakin lancar. Jadi, try on virtual ini memberikan warna dan hasil yang hampir sama dengan hasil sebenarnya.
Untuk itu, toko fisik kami akan tetap ada dengan menerapkan protokol kesehatan yang sudah ada. Misalnya, petugas bisa menggunakan sarung tangan ketika berinteraksi karena keselamatan konsumen adalah prioritas kami. Kami juga tidak akan menyediakan tester berulang seperti di masa lalu, lebih kepada tester sekali pakai. Pengalaman konsumen ketika berbelanja akan kami desain agar tetap bisa mengakomodasi kebutuhan mereka.
Berbicara mengenai dampak pandemi, bagaimana sebenarnya pandemi ini memengaruhi performa perusahaan?
Pertama, pabrik kami tetap bekerja tanpa interupsi berkat bantuan berbagai badan pemerintah. Pabrik kami bisa tetap memproduksi produk dan 60 persen hasil produksi tetap bisa diekspor ke negara Asia lainnya tanpa interupsi. Kami juga membuat produk penyanitasi tangan (hand sanitizer) dari Garnier. Impor produk mentah tetap lancar. Kami mendatangkan barang dari Jepang, Perancis, dan bahkan China. Semua tanpa interupsi.
Masih terlalu dini untuk bicara mengenai pasar. Kami sedang mengalami turbulensi dan banyak toko yang tutup. Namun, yang kami tahu berdasarkan pengalaman kami adalah industri kecantikan memiliki pasar yang kuat. Keinginan manusia untuk tetap cantik itu abadi dan selama ini selalu ada krisis yang berat, tetapi kami tidak takut. Memang banyak toko tutup, tetapi untuk jangka menengah, proyeksi kami positif.
Bagaimana L’Oréal Indonesia berpartisipasi dalam penanggulangan Covid-19?
Di Indonesia, kami memastikan kami selangkah lebih maju untuk menghadapi krisis ini. Kami sudah belajar dari pabrik yang berada di wilayah lain, seperti China, Korea Selatan, dan Hong Kong. Kami telah memberlakukan bekerja dari rumah, menyediakan ruang isolasi di kantor, dan memberlakukan social distancing. Ketika masa normal baru berlangsung, kami telah memiliki protokol kerja bagaimana perusahaan atau pabrik kami beroperasi.
Kami telah mengeluarkan dana Rp 32 miliar untuk mendukung penanggulangan Covid-19 di Indonesia. Ini termasuk dengan membagikan 673.000 produk kebersihan kepada komunitas terdampak, memproduksi sekitar 420.000 penyanitasi tangan untuk disebarkan ke berbagai pekerja garis depan dan mitra kami, serta mendanai riset vaksin yang dilakukan oleh Eijkman Institute.
Baca juga : Perusahaan Kecantikan Global Bantu Penanggulangan Covid-19 di Indonesia