Letnan Jenderal TNI (Purn) Doni Monardo
Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana diangkat sebagai Komisaris Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau PT Inalum. Pengangkatan itu diumumkan Kementerian BUMN menyusul diselenggarakan RUPS tahunan perusahaan holding BUMN pertambangan tersebut.
Letnan Jenderal TNI Doni Monardo menjadi potret sosok perwira tinggi dengan karier militer cemerlang di pemerintahan dua presiden yang berbeda. Kiprahnya memimpin di sejumlah kesatuan Tentara Nasional Indonesia (TNI) mendorong kariernya menanjak. Sejak 2019, Doni diberi tanggung jawab memimpin lembaga yang harus berdiri paling depan di saat bencana datang.
Di masa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi Presiden, dia sukses mengomandani Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Tak hanya meningkatkan kualitas seluruh anggota Paspampres, Doni juga berhasil meningkatkan fasilitas dan peralatan Paspampres.
Salah satu keberhasilan lainnya terlihat saat digelar pertemuan KTT APEC 2013 di Nusa Dua, Bali. Paspampres dibawah kepemimpinannya sukses mengamankan dan mengawal pimpinan negara-negara anggota Asia-Pasific Economic Cooperation atau sering disingkat dengan APEC.
Di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, Doni dipromosikan menjadi komandan pasukan elit Kopassus pada tahun 2014. Selanjutnya, ia menjadi Panglima Komando Daerah Militer XVI/ Pattimura dan Panglima Komando Daerah Militer III/Siliwangi.
Saat terpilih kembali menjadi Presiden pada periode kedua, Joko Widodo menunjuk Doni sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Di tengah pandemi korona, Doni juga merangkap jabatan sebagai Kepala Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Ia mengemban jabatan kepala BNPB hingga Mei 2021 dan posisinya digantikan oleh Letjen Ganip Warsito.
Selepas pensiun dari militer pada awal Juni 2021, Doni ditunjuk menjadi Komisaris Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (persero) atau biasa disebut Inalum. pengangkatan itu diumumkan pemerintah melalui Kementerian BUMN menyusul diselenggarakannya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada 11 Juni 2021
Keluarga Tentara
Doni Monardo lahir di Kota Cimahi, Jawa Barat, pada 10 Mei 1963. Anak dari pasangan Letkol (purn) Nasrul Saad dengan Roeslina ini, sejak kecil sudah berpindah-pindah ke beberapa daerah mengikuti pekerjaan orang tua sebagai polisi militer.
Di mulai dari kota kelahirannya Cimahi, kemudian pindah Aceh yakni ke Meulabouh dan selanjutnya sempat tinggal di Lhokseumawe sebelum menetap di Banda Aceh sampai tingkat SMP. Tahun 1975, orang tuanya kembali dipindahtugaskan. Kali itu, bergeser menuju daerah asalnya di Padang dan Doni menyelesaikan pendidikan SMA di ibukota Sumatera Barat tersebut.
Setelah lulus dari SMAN 1 Padang pada tahun 1981, Doni melanjutkan pendidikan ke akademi militer (Akmil) di Magelang, Jawa Tengah dan lulus tahun 1985. Penugasan pertamanya selepas lulus adalah bergabung menjadi anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Tahun 1992, Doni menikahi Santi Ariviani yang dikenalnya tahun 1991 di Padang, Sumatera Barat. Ariviani adalah puteri dari Kolonel (purn) Taufik Marta yang pernah menjadi Bupati Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat selama dua periode yakni 1990-2000.
Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak. Anak pertamanya yang lahir 1993 diberi nama Azzianti Riani Monardo dan menikah dengan seorang anggota Kopassus. Sementara anak keduanya adalah Reizalka Dwika Monardo kelahiran tahun 1997 yang juga menempuh pendidikan militer seperti Doni. Adapun anak ketiganya Adelwin Azel Monardo yang lahir 2003.
Karier
Di awal karier militernya selepas Akmil, Doni tercatat sebagai anggota Kopassus dan pernah ditugaskan di daerah-daerah rawan konflik seperti Timor Timur dan Aceh. Sekitar 12 tahun ia digembleng di kesatuan elit militer itu. Selanjutnya, bapak tiga anak ini bertugas di Bali bergabung dengan Batalyon Raider di Bali. Tugas itu diembannya selama dua tahun dari 1999 hingga 2001.
Kemudian ia ditarik menjadi anggota Paspampres sebagai salah satu komandan datasemen markas (Dandenma) hingga tahun 2004. Doni selanjutnya dikirim ke Korea Selatan (Korsel) untuk mengikuti pelatihan counter terrorism. Setelah pulang dari Korsel, Doni bertugas di Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) dan di tempatkan di Aceh sebelum akhirnya ditarik kembali ke Paspampres selama beberapa bulan.
Tahun 2006 hingga 2008, Doni ditugaskan ke Sulawesi Selatan sebagai pasukan Kostrad dan menjabat Danbrigif Linud 3/Tri Budi Sakti. Ia lalu ditarik kembali ke DKI Jakarta sebagai Komandan Grup A Paspampres hingga 2010. Selama menjadi pengawal Presiden, ia sudah mengawal Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam kunjungan ke 27 negara di dunia.
Setelah dua tahun di Paspampres, Doni ditugaskan di Bogor sebagai Danrem 061/Surya Kencana selama beberapa bulan. Kemudian Doni kembali ditarik ke Jakarta untuk menjabat sebagai Wakil Komandan Jenderal (Wadanjen) Kopassus tahun 2010 dan dipromosikan sebagai perwira tinggi militer dengan pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen).
Di kesatuan elit itulah karier Doni terus bersinar, bahkan mencatatkan prestasi gemilang. Salah satunya saat Ia ditunjuk oleh Presiden SBY sebagai Wakil Komando Satuan Tugas dalam misi pembebasan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak oleh perompak Somalia.
Keberhasilannya itu membuat Doni kemudian dipromosikan menjadi Komandan Paspampres (Danpaspampres) pada pertengahan 2012. Sebelumnya, ia sempat mengikuti Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XVIII Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Pangkatnya pun naik satu tingkat menjadi Mayor Jenderal (Mayjen).
Sebagai Danpaspampres, Doni merupakan figur yang paling bertanggung jawab atas keselamatan Presiden. Ia menjabat Danpaspampres hingga era pemerintahan Presiden SBY yang berakhir pada 2014.
Di masa pemerintahan Joko Widodo, Doni kembali ke kesatuan asalnya di militer dan ditunjuk sebagai Danjen Kopassus. Komandan pasukan elit itu dipegangnya sekitar setahun, hingga 2015. Ia berhasil mengubah citra Kopassus di mata masyarakat yang dahulu galak dan seram menjadi Kopassus yang akrab dengan masyarakat dengan programnya sapa, senyum, dan salam.
Selanjutnya ia menjadi panglima militer di dua wilayah berbeda. Tahun 2015 hingga 2017, Doni Monardo bertugas sebagai Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XVI/Pattimura di Maluku dan Maluku Utara. Selanjutnya, membawahi kemiliteran di Jawa Barat dan Banten selaku Pangdam III/Siliwangi hingga Maret 2018.
Jabatan panglima di Kodam III Siliwangi itu menjadi jabatan terakhirnya di dunia militer. Dia ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Sesjen Wantannas) selama satu tahun berikutnya.
Terhitung sejak 9 Januari 2019, Doni dipercaya Presiden Jokowi menduduki posisi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jabatan setara menteri yang tugasnya penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan keadaan darurat bencana, rehabilitasi, dan rekonstruksi daerah bencana.
Peran BNPB bagi Indonesia vital mengingat situasi dan posisi geografis negeri ini. Berada di jalur pertemuan tiga lempeng tektonik dan kawasan cincin api menyebabkan Indonesia rawan gempabumi dan dampak ikutan dari gempa. Selain itu, bencana lainnya pun terus mengintai Indonesia. BNPB punya tugas strategis melakukan koordinasi dan memimpin penanggulangan bencana di negeri ini.
Sebagai Kepala BNPB, Doni kemudian diberi tanggung jawab lagi sebagai Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dengan Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020. Dengan jabatan ini, Doni menjadi komandan terdepan dalam penanganan pandemi Covid-19 yang sudah menyebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Ia memimpin gugus yang bertugas mengkoordinasikan kegiatan antarlembaga untuk mencegah dan menanggulangi dampak penyakit akibat virus korona tipe baru atau Covid-19.
Menjelang pensiun dari TNI, Doni Monardo diganti oleh Letnan Jenderal Ganip Warsito yang merupakan perwira TNI aktif yang sebelumnya menjabat Kapala Staf Umum TNI. Ganip dilantik sebagai Kepala BNPB pada 25 Mei 2021.
Setelaha resmi pensiun dari TNI, Doni diiangkat menjadi Komisaris Utama PT Inalum, sebuah holding perusahaan BUMN yang bergerak di bidang pertambangan. pengangkatan itu diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan pada 11 Juni 2021.
Penghargaan
Selama berkarier di militer Doni mendapat sejumlah penghargaan antara lain Bintang Jasa Utama, Bintang Yudha Dharma Pratama, Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya, dan Bintang Kartika Eka Paksi Nararya.
Selain itu, Doni juga pernah mendapatkan Satyalancana (SL.) Dharma Bantala, SL. Kesetiaan XXIV, SL. Kesetiaan XVI, SL. Kesetiaan VIII, SL. Dwidja Sistha, SL. Dharma Nusa, SL. Wira Siaga, SL. Ksatria Yudha, serta SL. Wira Karya.
Doni Monardo dianugerahi gelar doktor kehormatan Doktor Honoris Causa dari Institut Pertanian Bogor (IPB) atau yang sekarang menjadi IPB University pada 27 Maret 2021. Penganugerahan gelar doktor kehormatan itu diberika karena Doni dinilai berhasil dalam pengelolaan lingkungan.
Hal ini terlihat dari \'buah pikiran\' yang nyata seperti Citarum Harum, Program Emas Biru dan Emas Hijau yang diinisiasi Doni Monardo juga dinilai berhasil dalam meredam konflik di kepulauan Maluku. Dalam sidang terbuka senat akademik IPB University, Doni menyampaikan orasi ilmiah dengan judul \'Metode Tata Kelola Sumber Daya Alam dan Lingkungan\'.
Humanis dan Peduli Lingkungan
Meski aktif lama di dunia militer, Doni dikenal sebagai pemimpin yang humanis dan pecinta lingkungan. Perilaku itu terbentuk dari gemblengan tugas militer di daerah-daerah rawan konflik. Selama bertugas Doni lebih mengedepankan kemanusian daripada kekerasan sebagai filosofi hidupnya.
Filosofi itu dipraktikkan selama dalam tugasnya di daerah konflik seperti di Aceh dan Maluku. Ketika menjabat sebagai Pangdam XVI/Pattimura di Maluku misalnya, Doni berhasil mendamaikan Desa Mamala dan Morella di Kabupaten Maluku Tengah memiliki sejarah konflik berkepanjangan yang tak sedikit menelan korban jiwa. Bahkan, Doni diangkat menjadi Warga Kehormatan Kota Ambon.
Kepeduliannya terhadap lingkungan dibuktikan lewat program Citarum Hanum saat dia menjabat Pangdam III/Siliwangi. Konsep yang diinisiasinya itu yang bertujuan mengembalikan kebersihan dan kualitas air Citarum serta meminimalisir kerusakan akibat dampak aktivitas publik di sekitarnya.
Doni pun sebelumya dikenal sebagai tentara yang rajin menanam pohon di kawasan militer dimana dia ditugaskan. Tak heran jika Doni menjadi pendiri dan pembina Paguyuban Budidaya Trembesi (Budiasi). Organisasi ini fokus pada penyediaaan bibit pohon penghijauan dan penanaman pohon di lahan kosong atau kritis.