Atlet Wushu Edgar Xavier Marvelo Ingin Lebih Berprestasi
Atlet wushu Edgar Xavier Marvelo berjuang meraih medali emas di ajang SEA Games 2019 di tengah kedukaan kehilangan ayahnya. Pada momentum Natal tahun ini, Edgar berharap bisa lebih berprestasi dan berguna bagi bangsa.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·2 menit baca
SEA Games 2019 di Filipina beberapa waktu lalu menjadi titik terberat dalam hidup atlet wushu Edgar Xavier Marvelo. Pria berusia 21 tahun itu berjuang di tengah duka mendalam karena mendengar kabar ayahnya, Lo Tjhiang Meng, meninggal. Dengan tekad tak ingin mengecewakan tim dan bangsa Indonesia, ia mempersembahkan dua medali emas dalam pertandingan itu.
”Saya tidak bisa tidur semalaman setelah mendengar kabar papa meninggal,” katanya menceritakan ulang peristiwa di SEA Games itu, Senin (16/12/2019), saat ditemui di apartemen miliknya, The Mansion Kemayoran, Jakarta Pusat.
Pada Selasa (3/12/2019) dini hari, Edgar bercerita, manajemen tim Wushu Indonesia mengetuk pintu kamarnya. Edgar kebetulan sudah tidur waktu itu. Pelatihnya kemudian menyorongkan gawai kepadanya. Di gawai, tertera tulisan mama Edgar. ”Perasaan saya sudah tidak enak, pasti ini berhubungan dengan kondisi papa,” katanya.
Yang menelepon ternyata kakak Edgar. Ia mengabarkan bahwa papanya, sosok yang sangat mendukungnya fokus pada wushu, telah tiada. Setelah seluruh pihak manajemen wushu kembali ke kamar, Edgar menelepon balik kakaknya. ”Papa sudah berjuang, sekarang giliran aku yang berjuang,” katanya, di sambungan telepon.
Sepanjang malam, ia fokus memikirkan jurus-jurus yang akan diperagakan pada laga final. Akan tetapi, rasa duka terus menggelayut. Sebelum pertandingan dimulai, Edgar dipeluk oleh pelatihnya. ”Saya menangis sampai setengah jam. Kepala pusing, mata sampai perih,” ujar anak bungsu dari empat bersaudara ini.
Di tengah isak tangis yang belum sepenuhnya reda itu, Edgar menjalani laga final. Ia menekankan bahwa pertandingan itu tidak semata-mata menyangkut dirinya, tetapi berkait dengan soliditas tim dan juga martabat bangsa Indonesia.
Akhirnya, Edgar meraih emas dari nomor kombinasi taolu daoshu-gunshu serta nomor taolu duilian bersama dua rekan, Harris Horatius dan Seraf Naro Siregar. ”Medali itu untuk papa, untuk tim, dan untuk Indonesia,” ucapnya.
Edgar berlatih wushu sejak usia 8 tahun. Semua bermula dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Pilihan ekstrakurikuler hanya dua waktu itu: menari dan wushu.
”Ya, aku pilih wushu, dong. Kan, itu keren banget. Dulu, kan, sering nonton film Jet Li dan Jackie Chan,” katanya.
Belasan tahun berlalu. Edgar semakin mantap di jalan wushu. Baginya, wushu tidak lagi sekadar hobi dan olahraga. ”Wushu sudah menjadi jalan hidup bagiku,” ujarnya.
Pada Natal 2019, Edgar kemungkinan besar tidak di Jakarta. Ia masih mencari tempat untuk merayakan Natal. Pilihannya antara di luar kota atau luar negeri. ”Untuk Natal kali ini, yang pasti, ya, beribadah,” katanya sambil tertawa.
Ia berharap, momentum Natal bisa membuatnya lebih sukses, berprestasi, dan lebih berguna bagi orang di sekelilingnya.