Keindahan kain tenun Sumba telah jauh melampaui waktu dan tempat, tetapi tidak banyak yang menaruh perhatian pada upaya menjaga keberlanjutan kain tenun tersebut secara budaya.
Dari yang sedikit itu ada perancang busana Biyan Wanaatmadja dan arsitek Yori Antar yang bekerja bersama dengan pemimpin Rumah Budaya Sumba Pastor Robert Ramone CSsR, pelaku budaya dan penggiat kain Sumba Umbu Ignatius Hapukaranjawa.
Kerja sama itu menghasilkan rumah tenun Atma Hondu di kompleks Rumah Budaya Sumba di Waitabula, Sumba Barat Daya. Rumah itu resmi dimanfaatkan menjadi museum kain tenun Sumba dan tempat tukar pengetahuan menenun pada Rabu (29/8/2018) sore.
Meskipun rancangan busananya bergaya modern, Biyan Wanaatmadja selalu mengambil Indonesia di dalam karyanya. Salah satunya Sumba yang dia kenal melalui kain-kainnya beberapa belas tahun lalu.
Rumah tenun Atma Hondu dibangun dengan dana sepenuhnya dari donasi sejumlah undangan pergelaran busana Biyan pada 2017.
Biyan berharap rumah tenun Atma Hondu menjadi tempat belajar tentang makna kain Sumba untuk diwariskan ke generasi muda. “Kita akan merindukan segala yang bersentuhan dengan tangan dengan semakin berkembangnya teknologi digital,” kata Biyan.