Bioskop Independen Menikmati Rezeki dari “KKN di Desa Penari”
Film KKN di Desa Penari turut mendatangkan rezeki bagi pengusaha bioskop independen untuk menjaga layar mereka terus berpendar. Kondisi ini didukung dengan pangsa pasar bioskop independen yang menyukai film Indonesia.
Ketika film KKN di Desa Penari mulai tergeser film-film baru di teater berjaringan, bioskop independen masih terus menikmati rezeki dari penayangan film ini. Film Indonesia tetap menjadi andalan para pengusaha bioskop independen atau bioskop non-jaringan untuk menjaga layar mereka terus berpendar.
Capaian jumlah penonton film KKN di Desa Penari arahan sutradara Awi Suryadi hingga 2 Juni 2022 telah menembus 8.888.888 orang. Angka tersebut akan terus bergerak selama bioskop masih menayangkan film ini di layar lebar.
Melihat tren jumlah penonton tersebut terlihat antusiasme masyarakat menyambut pemutaran film ini. Pada hari perdana pemutaran film KKN sebanyak 315.000 tiket habis terjual. Gelombang antusiasme orang yang datang ke bioskop dan menonton terus bergulir hingga mencapai puncaknya pada periode 13 Mei hingga 16 Mei 2022. Pada periode tersebut rata-rata jumlah penonton harian mencapai 500.000 pemirsa per harinya.
Puncak gelombang penonton mengantarkan film yang mengadaptasi kisah dari utas Twitter SimpleMan ini membukukan 6 juta penonton bertepatan dengan libur hari raya Waisak pada 16 Mei 2022. Setelah itu, rata-rata penonton harian terus menurun pada angka 250.000 dan hingga 2 Juni 2022 berada di angka 100.000 penonton per hari.
Layar bioskop yang semula didominasi oleh film KKN kini mulai dibagikan kepada film-film baru. Memasuki bulan Juni 2022 ini beberapa film Indonesia yang naik layar lebar di antaranya Ngeri-ngeri Sedap arahan sutradara Bene Dion Rajaguguk, kemudian ada film horor Rumah Kuntilanak karya sutradara Emil G Hamp.
Selain itu juga masih tayang film Indonesia yang dirilis pada pertengahan bulan Mei, di antaranya film bergenre drama karya sutradara Indra Gunawan, Cinta Subuh. Bersamaan dengan film tersebut dirilis pula Srimulat: Hil yang Mustahal Babak Pertama karya sutradara Fajar Nugros. Pada 26 Mei 2022 industri perfilman Indonesia turut dimeriahkan oleh The Doll 3, film horor arahan sutradara Rocky Soraya.
Ruang layar lebar juga menayangkan beberapa film impor. Salah satu film yang cukup banyak menyita perhatian publik adalah Top Gun: Maverick yang dibintangi oleh aktor kawakan Tom Cruise. Film impor lainnya yang rilis di bulan Mei 2022 juga masih tayang hingga sekarang seperti Doctor Strange in the Multiverse of Madness.
Dari sisi penonton, keberadaan film nasional dan film impor menjadi alternatif pilihan tontonan dari beragam jenis genre film. Maraknya pilihan film sekaligus juga mengobati kerinduan publik untuk menikmati film secara langsung di bioskop dengan lebih banyak pilihan jam tayang. Namun ketika dicermati lebih dalam lagi, muncul fenomena menarik dalam hal pembagian jadwal penayangan film yang baru rilis.
Fenomena tersebut terlihat dari perbedaan komposisi jumlah jam tayang antara film impor dengan film buatan Indonesia. Perbedaan ini ditemui pada bioskop berjaringan terutama yang di kota-kota besar dengan bioskop independen di kota atau kabupaten.
Suka film Indonesia
Aspek tersebut dapat diamati dari jumlah pemutaran film. Terdapat kecenderungan bahwa bioskop berjaringan di kota besar menampilkan film terbaru dengan jumlah pemutaran cukup masif dalam waktu sehari. Saat KKN di Desa Penari di masa-masa awal pemutaran, bioskop berjaringan menyediakan belasan hingga puluhan kali penayangan dalam sehari sesuai dengan kapasitas studio masing-masing.
Langkah tersebut wajar dilakukan oleh manajemen bioskop untuk mengakomodasi tingginya minat penonton film KKN. Hal ini ditandai dengan tiket yang terjual habis dalam waktu singkat setiap harinya. Memasuki bulan Juni, film Hollywood Top Gun: Maverick gantian mendominasi layar lebar bioskop berjaringan.
Salah satu contoh hari tayang yang diamati adalah pemutaran film pada 3 Juni 2022. Film yang dibintangi Tom Cruise tersebut diputar sebanyak 28 kali di bioskop CGV Grand Indonesia pada 3 Juni 2022. Hal serupa juga ditemui pada bioskop XXI Senayan City yang pemutaran film terbanyaknya ditempati oleh Top Gun. Melimpahnya jam pemutaran bisa menjadi indikator tingginya minat penonton terhadap suatu film.
Namun, fenomena yang terjadi di kalangan bioskop independen justru menunjukkan hal berbeda. Pemutaran film Indonesia masih mendominasi jadwal tayang di bioskop independen. Sebagai contoh di Golden Theater Kediri, jadwal pemutaran hari Jumat 3 Juni 2022 diisi oleh 19 kali penayangan film Indonesia, dan 9 kali penayangan film impor. Film Indonesia yang diputar yakni KKN di Desa Penari, The Doll 3, Cinta Subuh, dan Srimulat.
Dari 21 bioskop independen yang dijadikan sampel data jadwal penayangan filmnya, mayoritas memiliki lebih banyak jam tayang untuk film Indonesia dibandingkan film impor. Fenomena ini bisa menjadi penanda bahwa pasar penonton di bioskop independen yang berada di daerah tingkat kabupaten dan kota lebih berminat menonton film buatan dalam negeri.
Bioskop independen
Beberapa bioskop independen yang terletak di kota kecil di antaranya Dakota Cinema yang beroperasi di Cilacap dan Kroya di Jawa Tengah. Dakota Cinema di Cilacap dan Kroya masing-masing mengoperasikan tiga layar. Satu lagi bioskop Dakota Cinema berada di Sengkawang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan mengoperasikan empat layar.
Contoh lain ialah bioskop Kota Cinema Mall yang beroperasi di tiga lokasi, yakni di Pamekasan, Madura, kemudian ada juga di Jember, Jawa Timur, serta Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Walaupun bioskop ini memiliki lebih dari satu gedung, pengelolaannya dalam kategori independen. Skala operasionalnya masih di level bawah hingga menengah dengan mengoperasikan masing-masing dua layar di tiga bioskop.
Lihat juga Kompas Data: Pawai Safari Festival Film Indonesia
Jika ditilik dari proporsi jenis pengelolaan bioskop di Indonesia, bioskop independen hanya mencakup 5 persen dari 493 unit bioskop yang beroperasi. Namun peran bioskop yang berada di wilayah kota dan kabupaten ini patut diperhitungkan. Mereka berani menggarap pasar penonton film yang berada di lokasi yang secara pangsa pasar terbilang sangat lokal.
Harga tiket yang dibebankan kepada penonton terbilang murah jika dibandingkan dengan tarif nonton di kota-kota besar. Harga tiket di Dakota Cinema misalnya, pada akhir pekan dibanderol harga Rp 30.000. Harga tiket di Rajawali Cinema di Purwokerto, Jawa Tengah bahkan lebih murah lagi sebesar Rp 25.000.
Apabila ditinjau dari jumlah studio yang dioperasikan oleh teater independen bervariasi mulai dari dua hingga enam studio. Sebagian besar bioskop independen rata-rata memiliki dua hingga empat studio. Jumlah kursi penonton yang tersedia berkisar antara 100 hingga 200 kursi.
Menghidupi
Napas panjang penayangan film KKN turut memberi berkah penghidupan bagi pengusaha bioskop independen. Jika dihitung sejak tayang perdana pada 30 April 2022, KKN di Desa Penari sudah tayang di layar lebar lebih dari sebulan penuh.
Terhitung hingga 2 Juni 2022, sedikitnya masih ada dua kali sehari penayangan film KKN oleh bioskop independen. Paling banyak masih ada pemutaran tujuh kali dalam sehari di bioskop Golden Theater yang ada di Kediri, Jawa Timur.
Bioskop Kota Cinema Mall Jati Asih di Bekasi, Jawa Barat masih menayangkan enam kali. Begitu juga di bioskop Denpasar Cineplex di Bali. Bekasi dan Denpasar terbilang wilayah perkotaan yang cukup ramai, dari situ dapat dimaknai bahwa antusiasme warga terhadap film KKN dapat dibilang masih tinggi walau sudah lebih dari 30 hari penayangan.
Baca juga Kompaspedia: Sejarah Bioskop Indonesia dari Masa Hindia Belanda
Hal yang menarik adalah pemutaran film KKN di Golden Theater yang berada di Kota Tulungagung, Jawa Timur. Film horor yang berdurasi 2 jam 10 menit pada versi utuh tanpa pemotongan (uncut) ini masih ditayangkan sebanyak lima kali sehari. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme penonton di daerah juga tidak kalah tinggi dibandingkan dengan masyarakat di kota besar seperti Denpasar atau Bekasi.
Selain film KKN, bioskop-bioskop independen juga menayangkan film Indonesia terbaru lainnya, di antaranya ada The Doll 3, Srimulat, Rumah Kuntilanak, Cinta Subuh, dan Ngeri-ngeri Sedap. Dari fenomena tersebut dapat dimaknai bahwa film besutan sineas dalam negeri merupakan tumpuan hidup bioskop independen yang dikelola oleh pengusaha lokal.
Dengan kata lain, industri film Indonesia dan pengusaha bioskop independen memiliki relasi mutualisme. Ceruk penonton film buatan lokal yang loyal bisa jadi berada di daerah-daerah yang dilayani oleh lebih banyak bioskop-bioskop independen.
Indonesia memiliki modal besar berupa nasionalisme penonton film nasional. Mereka tersebar di berbagai pelosok wilayah negeri yang juga haus menonton film Indonesia. Nasionalisme tersebut juga pernah dipotret oleh lembaga SMRC yang melakukan survei terkait aktivitas menonton film di bioskop. Survei yang dilakukan pada Desember 2019 tersebut mengungkap bahwa dari kelompok masyarakat yang menonton film di bioskop, terdapat 67 persen yang lebih tertarik nonton film Indonesia.
Baca juga: Tiga Resep Sukses Film ”KKN di Desa Penari”
Hingga 2 Juni 2022 di Indonesia tersedia sejumlah 2.042 layar, tetapi sebagian besar berada di kota-kota besar dan terpusat di Pulau Jawa. Melalui keberadaan layar-layar bioskop lokal atau bioskop independen yang terjangkau tarifnya oleh masyarakat luas, harapannya industri film Indonesia dapat terus berkembang sehingga dapat menggugah prospek bisnis bioskop independen. Efek positif domino film populer akan mendorong kemunculan bioskop independen yang mampu menjangkau penonton film hingga penjuru Indonesia.
Bukan hal yang mustahil bahwa capaian jumlah penonton film bikinan Indonesia dapat melampaui film impor yang diputar di bioskop berjaringan. Hal ini dapat terwujud apabila sineas Indonesia dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas film sehingga pebisnis tertarik dan mau menggarap pasar penonton film hingga pelosok negeri. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga Kompaspedia: Perkembangan dan Pasang Surut Film Indonesia