Perspektif Papua dari Sudut Pasifik
Sudut pandang lain perlu untuk melihat Papua. Melihat Papua dari sebelah timur melahirkan harapan bahwa wilayah ini menyimpan potensi besar untuk maju dan berkembang.
Berbeda sudut pandang akan menghasilkan perspektif yang berbeda pula dalam melihat Papua. Melihat dari sisi barat, yakni dari Indonesia, Papua masih tergolong wilayah tertinggal dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia.
Sebaliknya, dari wilayah timur, yakni dari Pasifik, Papua tergolong wilayah yang cukup berkembang. Tidak kalah dari sejumlah negara lain di sekitar Papua. Meskipun belum optimal, hal ini mengindikasikan bahwa Pemerintah Indonesia terus memperhatikan dan berupaya mendorong wilayah ini agar terus maju dan berkembang, tidak kalah dibandingkan dengan negara-negara lain di sekitarnya.
Pemerintah Indonesia terus memperhatikan dan berupaya mendorong wilayah ini agar terus maju dan berkembang, tidak kalah dibandingkan dengan negara-negara lain di sekitarnya.
Dari sisi barat, ada sejumlah indikator yang menunjukkan bahwa kemajuan di Papua relatif tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Salah satunya adalah indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, IPM di wilayah Papua masih berada di urutan terbelakang di Indonesia.
Pada tahun 2021, rata-rata IPM nasional berada pada besaran 72,29 dan IPM wilayah Papua di bawah rata-rata tersebut. IPM Papua Barat sebesar 65,26 dan IPM Papua 60,62. IPM di kedua wilayah Papua ini masih sedikit lebih rendah daripada IPM wilayah Kepulauan Nusa Tenggara yang juga lebih rendah dari rata-rata nasional. IPM NTB sebesar 68,65 dan IPM NTT 65,28.
Kondisi tersebut tentu saja memprihatinkan karena IPM merupakan indikator penting yang menggambarkan keberhasilan suatu daerah dalam membangun kualitas hidup masyarakat.
IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat menikmati hasil pembangunan dengan memperoleh akses pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan.
Semakin rendah IPM mengindikasikan bahwa akses masyarakat Papua terhadap hasil pembangunan juga rendah. Dampaknya, tingkat kesehatan, pendidikan, dan juga perekonomian masyarakat Papua secara umum memprihatinkan. Bisa dikatakan kualitas hidup masyarakat Papua lebih rendah daripada rata-rata kualitas hidup masyarakat Indonesia pada umumnya.
Semakin rendah IPM mengindikasikan bahwa akses masyarakat Papua terhadap hasil pembangunan juga relatif rendah.
IPM yang rendah mengindikasikan bahwa akses mencari sumber-sumber ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari pun relatif sulit.
Di antaranya, banyak angkatan kerja yang tidak memenuhi kriteria yang dibutuhkan dalam lapangan kerja. lapangan kerja yang tersedia pun jumlahnya minim, dan pekerjaan yang tersedia umumnya menawarkan penghasilan relatif sedikit. Selain itu, produk barang dan jasa yang dihasilkan dalam proses bekerja di daerah itu umumnya juga sangat sederhana dan daerah bersangkutan biasanya cenderung minim investasi.
Kondisi tersebut tentu saja sangat dilematis bagi masyarakat di Papua. Di satu sisi, masyarakat ingin maju, tetapi kemampuan dan keterampilannya kurang. Tidak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan pihak pemberi kerja. Di sisi lain, sektor usaha penyerap lapangan kerja juga sedikit.
Kalaupun ada, tawaran penghasilan yang diberikan juga tidak terlalu besar. Akibatnya, sebagian penduduk di wilayah Papua rentan masuk dalam kategori masyarakat miskin.
Memiliki penghasilan yang relatif kecil, sulit untuk memenuhi standar kebutuhan hidup layak, bahkan sulit memiliki uang karena menganggur tidak terserap lapangan pekerjaan. Kemiskinan senantiasa membayangi keseharian masyarakat Papua.
Kemiskinan di kedua wilayah Papua merupakan yang terbesar di seluruh Indonesia.
Data BPS tahun 2021 menunjukkan, kemiskinan di wilayah Papua berada sangat jauh di atas rata-rata kemiskinan nasional yang sebesar 9,71 persen. Kemiskinan di Papua Barat hampir mencapai 22 persen dan di Papua sekitar 27 persen.
Kemiskinan di kedua wilayah Papua tersebut merupakan yang terbesar di seluruh Indonesia. Secara persentase, Papua menjadi pusat kemiskinan secara nasional.
Baca juga : Ini Kata Mereka soal Pemekaran Daerah Otonom Baru di Papua
Berbeda sudut pandang
Kondisi Papua yang memprihatinkan tersebut akan sedikit berbeda perspektifnya apabila sudut pandang perbandingannya diubah. Melihat dari sisi timur, yakni dari arah Pasifik, akan memberi gambaran yang sedikit menggembirakan.
Di sisi timur Papua, terdapat 20.000-30.000 pulau yang terbagi ke dalam tiga gugusan kepulauan, terdiri dari Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia. Ketiga gugusan kepulauan tersebut terbagi dalam sejumlah negara yang bernaung dalam Forum Kepulauan Pasifik.
Forum tersebut saat ini beranggotakan setidaknya 18 negara dengan kondisi sosial ekonomi beragam. Dari segi pendapatan per kapita, ada sejumlah negara yang tergolong negara maju, seperti Australia, Selandia Baru, Kaledonia Baru, Polinesia Perancis, dan Palau.
Kelima negara ini memiliki produk domestik bruto (PDB) per kapita lebih dari 14.000 dollar AS per tahun. Ada juga yang pendapatannya masuk dalam kategori upper middle income, seperti Samoa, Tuvalu, Kepulauan Marshall, dan Fiji. Berikutnya, ada yang masuk dalam kelompok lower middle income, seperti Vanuatu, Kepulauan Solomon, Federasi Mikronesia, Papua Niugini (PNG), dan Kiribati.
Jika dibandingkan secara langsung dengan wilayah Papua, kondisi sejumlah negara di Kepulauan Pasifik tidak lebih baik. Diestimasi PDRB per kapita di Papua Barat mencapai 5.800 dollar AS per tahun dan masuk dalam kategori upper middle income. Berikutnya, PDRB Papua yang berkisar 3.300 dollar AS per tahun masuk kategori lower middle income.
Jika dibandingkan secara langsung dengan wilayah Papua, kondisi sejumlah negara di Kepulauan Pasifik tidak lebih baik.
Hal ini menunjukkan bahwa sejatinya kondisi perekonomian di wilayah Papua secara umum lebih baik daripada negara-negara di sekitarnya, seperti Kiribati, Vanuatu, Kepulauan Solomon, Federasi Mikronesia, dan PNG. Kelima negara tersebut memiliki PDB per kapita rata-rata kurang dari 3.500 dollar AS setahun.
Dari segi pendidikan pun, wilayah Papua tidak berbeda jauh dengan negara-negara tersebut. Rata-rata lama sekolah di wilayah Papua yang berkisar 6-7 tahun membuat wilayah Papua tidak tertinggal jauh dari negara Vanuatu, Mikronesia, dan Kiribati. Di ketiga negara ini, lama waktu belajar penduduknya berkisar 7-8 tahun.
Untuk saat ini, tingkat pendidikan di wilayah Papua sedikit lebih tinggi daripada Kepulauan Solomon dan PNG yang rata-rata lama waktu sekolahnya berkisar 4-5 tahunan.
Dengan sejumlah keterbatasan yang terdapat di Papua saat ini, ternyata wilayah Indonesia paling timur ini masih lebih baik daripada kedua negara tersebut. Bahkan jauh meninggalkan PNG yang berbatasan langsung dengan Papua.
Baca juga : Papua dan Pemerintahan Teralienasi
Posisi Papua yang lumayan itu juga tecermin dari Human Development Index (HDI) atau yang dikenal dengan IPM. Data dari BPS yang dibandingkan dengan data UNDP tahun 2019 menunjukkan bahwa IPM di kedua provinsi di Papua ini berkisar pada rentang 60-65, setara dengan IPM Vanuatu, Mikronesia, dan Kiribati yang berkisar 61-63.
IPM kedua provinsi di Papua itu lebih baik daripada IPM Kepulauan Solomon dan PNG yang rata-rata di bawah angka 60. Hal ini mengindikasikan bahwa akses untuk memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas kehidupan di wilayah Papua lebih baik daripada Kepulauan Solomon dan PNG.
Deskripsi tersebut mengindikasikan bahwa wilayah Papua sebagai bagian dari negara Indonesia juga mendapat perhatian serius dari pemerintah untuk segera diakselerasi kemajuannya. Negara kepulauan yang kecil-kecil di sekitar Papua ternyata juga tidak lebih mudah dalam mendorong kemajuan negaranya.
Luasan negara yang kecil dan jumlah penduduk yang sedikit ternyata tidak juga membuat negara-negara tersebut berkembang lebih cepat. Dengan kompleksitas permasalahan di Papua, ternyata wilayah ini tetap mampu bersaing dalam kemajuan dengan sejumlah negara di sekitarnya.
Negara kepulauan yang kecil-kecil di sekitar Papua ternyata juga tidak lebih mudah dalam mendorong kemajuan negaranya.
Bahkan, dengan PNG yang berbatasan langsung dengan daratan Papua sekalipun, kedua provinsi di Indonesia timur ini bisa dikatakan jauh lebih baik.
Meskipun memiliki topografi medan, kekayaan alam, serta karakteristik masyarakat yang mirip dengan Papua, ternyata kondisi PNG secara umum tidak lebih baik. Artinya, tata kelola pemerintahan Indonesia mulai dari pusat hingga daerah bisa dikatakan lebih baik daripada tata kelola pemerintahan di PNG.
Pada saat ini Papua mengalami perkembangan infrastruktur yang revolusioner. Pemerintah berupaya membangun jalur infrastruktur darat di wilayah Papua yang menghubungkan Sorong di wilayah barat, Jayapura di ujung utara, dan Merauke di ujung selatan melalui Pegunungan Tengah, Papua.
Hal ini merupakan upaya luar biasa karena medan yang ditembus sangat sulit. Dari total panjang jalan yang direncanakan 1.287 kilometer, setidaknya sekitar 80 persen sudah berhasil ditembus.
Dengan aksesibilitas infrastruktur yang baik, niscaya perekonomian di wilayah Papua dan Papua Barat lambat laun akan tumbuh dan berkembang.
Dengan aksesibilitas infrastruktur yang baik, niscaya perekonomian di wilayah Papua dan Papua Barat lambat laun akan tumbuh dan berkembang. Daerah pedalaman dan perbatasan yang berada di ujung negeri menjadi terhubung secara baik dengan pusat-pusat perekonomian sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat.
Distribusi barang dan jasa tumbuh sehingga memunculkan aktivitas perekonomian yang baru di daerah-daerah pedalaman yang terisolasi. Beberapa tahun ke depan, Papua akan setara dengan daerah lain di Indonesia,
Papua kemungkinan besar akan menjadi daerah yang semakin maju dibandingkan dengan negara-negara lain di Kepulauan Pasifik. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Memelihara Asa pada Papua