Jejak Mobilitas Warga Jakarta sebagai Penanda Kembalinya Hidup Normal
Dalam dua bulan terakhir, mobilitas warga DKI Jakarta terus menunjukkan tren peningkatan. Saat masa libur Lebaran, pusat perbelanjaan dan taman rekreasi menjadi penanda Jakarta menuju kehidupan normal.
Jejak peningkatan mobilitas warga ibu kota mulai terlihat sejak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM berada di level 2 pada akhir Maret 2022. Mobilitas masyarakat selama PPKM level 2 (29 Maret-4 April 2022) terlihat meningkat jika dibandingkan dengan saat PPKM level 3 (1-7 Maret 2022).
Data Google Community Mobility Reports menunjukkan pada periode 29 Maret – 4 April 2022 mobilitas di tempat kerja terpantau naik 12 persen dan di pusat transportasi umum naik 9 persen. Demikian pula dengan mobilitas di ritel dan rekreasi yang mengalami peningkatan 2 persen.
Kondisi ini bertepatan dengan dimulainya awal Ramadhan. Masyarakat banyak beraktivitas untuk mempersiapkan menyambut pulan puasa. Kegiatan lain yang banyak dilakukan masyarakat di awal Ramadhan adalah buka puasa bersama. Kegiatan yang sempat dilarang saat merebaknya wabah korona tersebut kini dapat dilakukan kembali. Pada akhirnya, penurunan level PPKM membuat aktivitas Ramadhan menjadi lebih semarak.
Suasana sedikit berbeda terlihat sejak memasuki musim libur Lebaran. Sebagian besar wilayah Jakarta tampak lengang. Setelah dua tahun tidak mudik akibat pandemi Covid-19, tahun ini masyarakat Jabodetabek sangat antusias untuk beranjak dari perantauan dan menuju kampung halaman. Gelombang migrasi penduduk ini menyebabkan suasana Jakarta menjadi lebih sepi.
Aktivitas perkantoran dan sebagian kegiatan ekonomi mengalami penurunan drastis. Restoran, warteg, jasa cukur rambut, hingga tukang tambal ban turut meliburkan diri. Tingkat mobilitas penduduk Jakarta yang memanfaatkan transportasi umum seperti kereta rel listrik (KRL) dan bus Transjakarta tercatat turun 30 persen dibanding dengan kondisi normal. Penurunan mobilitas yang paling signifikan terjadi di tempat kerja dan perkantoran yaitu mencapai negatif 82 persen.
Angka tersebut dapat menggambarkan skala penurunan mobilitas orang di Jakarta terutama di sektor perkantoran dan aktivitas bekerja. Jejak mobilitas komuter tetap ada sebab sebagian penduduk Jakarta yang tidak mudik tetap bepergian melintasi wilayah metropolitan.
Namun, walau ditinggalkan sebagian warganya, Jakarta tidak menjadi senyap. Keramaian terjadi di pusat perbelanjaan seperti di mal serta di lokasi rekreasi dan wisata yang ada di berbagai sudut ibu kota.
Bagi penduduk Jakarta, mal merupakan tempat yang biasa dijadikan untuk berekreasi dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Orang menghabiskan waktu dengan berbelanja, makan di restoran, menonton film, atau hanya sekedar jalan-jalan berkeliling.
Menurut data dari Google Community Mobility Reports, puncak keramaian mal di seluruh Jakarta terjadi pada H-3 menjelang Lebaran. Tercatat angka keramaiannya 5 persen lebih tinggi dibanding kondisi normal sebelum pandemi.
Angka 5 persen terbilang tinggi, sebab selama masa pandemi mobilitas orang di mal hanya sekitar negatif 40 persen bahkan bisa lebih rendah lagi. Keramaian dipicu oleh antusiasme penduduk Jakarta untuk berbelanja jelang hari raya Lebaran.
Hampir setiap gerai memampang besar-besar tanda diskon. Mudah dijumpai di beberapa gerai bahkan untuk masuk saja harus mengantri karena masih adanya pembatasan jumlah pengunjung di dalam setiap gerai. Penerapan protokol kesehatan masih dilaksanakan dengan sebaik mungkin di pusat-pusat perbelanjaan modern.
Keramaian di mal terus terjadi hingga saat hari raya bahkan setelahnya. Mal menjadi andalan warga ibu kota untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau one stop shopping. Orang dapat berbelanja sekaligus makan dan melakukan beragam aktivitas lainnya.
Tumpuan aktivitas warga di mal dipicu oleh berbagai tempat seperti restoran dan toko yang masih tutup hingga H+3 setelah Lebaran bahkan lebih lama lagi. Dengan kata lain, di saat musim libur Lebaran, mal akan selalu menjadi pusat mobilitas dan keramaian warga Jakarta yang tidak pergi mudik.
Selain mal, lokasi rekreasi juga menjadi tujuan warga Jakarta saat libur Lebaran. Masyarakat memanfaatkan hari libur untuk berwisata bersama keluarga dan saudara.
Lokasi wisata
Lokasi yang menjadi tujuan favorit warga Jakarta untuk berlibur di antaranya Kebun Binatang Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol yang di dalam area tersebut terdapat Dunia Fantasi (Dufan), Pantai Ancol, serta Sea World Ancol. Warga juga dapat mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) sebagai alternatif tujuan rekreasi.
Selain itu warga Jakarta dapat berekreasi sembari olahraga di kawasan Gelora Bung Karno (GBK). Bisa juga bersantai di Hutan Kota yang berada di area GBK Senayan. Warga ibu kota memiliki pilihan untuk mengunjungi taman-taman kota yang tersebar di berbagai lokasi, misalnya Lapangan Banteng yang berdekatan dengan bangunan bersejarah Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal.
Keramaian warga di lokasi-lokasi wisata juga terekam oleh Google Community Mobility Reports, walau tidak ditunjukkan secara spesifik di lokasi mana saja terjadi keramaiannya. Angka mobilitas warga mencapai 10 persen dibanding dengan kondisi sebelum pandemi. Apabila dibandingkan dengan tingkat mobilitas di mall yang berada di angka 5 persen, kondisi lokasi wisata saat libur Lebaran jauh lebih ramai.
Menurut data dari Google, penduduk Jakarta mulai berbondong-bondong ke tempat wisata pada H2 Lebaran atau pada hari Selasa (3/5/2022). Tren keramaian masih berlangsung hingga H+3, setelah itu mobilitas berangsung menurun.
Menurut kebiasaan, H1 Lebaran biasanya dihabiskan bersama dengan keluarga di rumah dan di lingkungan sekitar tempat tinggal. Hari pertama Lebaran orang-orang menunjungi kerabat, saudara, dan tetangga yang tidak jauh dari rumah.
Barulah pada hari berikutnya mulai berkunjung ke rumah kerabat yang berjarak agak jauh. Selain itu warga mulai memanfaatkan waktu libur untuk berkunjung ke tempat rekreasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa warga Jakarta menghabiskan waktu empat hari (H2 hingga H+3) untuk berlibur di berbagai wahana rekreasi di ibu kota.
Tumbuh
Peningkatan mobilitas warga memberi harapan pada perkembangan perekonomian ibu kota. Seiring pelonggaran PPKM dan pulihnya aktivitas publik, Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mengumumkan bahwa ekonomi ibu kota tumbuh 4,63 persen secara tahunan (year-on-year) pada triwulan I 2022.
Dari sisi pengeluaran,pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pelonggaran PPKM ke level yang semakin rendah dan capaian vaksinasi Covid-19 di Jakarta menjadi daya dorong peningkatan aktivitas masyarakat. Komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga yang menopang perkembangan PDRB tumbuh 4,20 persen sepanjang Januari-Maret 2022.
Pelonggaran PPKM yang diikuti sejumlah kebijakan kepada pelaku perjalanan luar negeri (bebas karantina) turut berdampak positif terhadap sektor pariwisata. Kunjungan wisatawan mancanegara pada triwulan pertama 2022 tumbuh 203,3 persen dibandingkan periode Januari-Maret 2021.
Aktivitas ekonomi tersebut berdampak pada permintaan tenaga kerja di ibu kota. Tingkat kesempatan kerja di Jakarta pada Februari 2022 mencapai 92,00 persen. Kondisi ini menggambarkan saat ini 92 dari 100 angkatan kerja dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan. Lima sektor pekerjaan yang menjadi andalan menyerap tenaga kerja baru adalah listrik dan gas, pengelolaan air, sampah, dan limbah, sektor konstruksi; akomodasi dan makan minum, serta informasi dan komunikasi.
Makin terbukanya kesempatan kerja pada akhirnya dapat mengurangi jumlah pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka di Jakarta pada Februari 2022 tercatat 8 persen atau turun sebesar 0,51 persen dari Februari 2021.
Fenomena meningkatnya mobilitas masyarakat menunjukkan bahwa pergerakan masyarakat menjadi salah satu faktor penting pemulihan kinerja ekonomi di ibu kota. Dalam rumusan yang sederhana dapat disimpulkan jika mobilitas warga lebih aktif akan mendorong peningkatan konsumsi masyarakat dan berujung pada harapan perkembangan ekonomi yang lebih berdaya.
Mobilitas warga yang menunjukkan tren peningkatan dalam dua bulan ini harus dapat dijaga momentumnya agar dapat semakin kokoh berlangsung. Momentum Ramadhan dan Idul Fitri 2022 menjadi penanda baik pemulihan kondisi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat ibu kota. Namun, upaya pengendalian pandemi harus terus mewaspadai celah penularan dari pola mobilitas warga terutama di mal dan tempat wisata yang selalu menjadi tumpuan aktivitas favorit masyarakat ibu kota. (LITBANG KOMPAS)