Aktivitas Masyarakat Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I - 2022
Setelah dua tahun diawali dengan perlambatan, kini ekonomi Tanah Air menunjukkan tren pertumbuhan yang lebih baik. Masifnya pergerakan masyarakat terbukti mampu mengungkit sejumlah motor penggerak utama perekonomian.
Oleh
Agustina Purwanti
·5 menit baca
ARSIP DAOP I PT KAI
Suasana Stasiun Kereta Api Pasar Senen, Jakarta (30/4/2022), saat puncak arus mudik 2022 terlewati. Aktivitas masyarakat yang meningkat turut memengaruhi perkembangan ekonomi.
Optimisme akan bangkitnya kembali perekonomian Tanah Air kini telah terjawab. Pada 9 Mei 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen secara tahunan (year-on-year) pada triwulan I-2022. Angka tersebut sesuai dengan proyeksi pemerintah satu bulan sebelumnya, yakni diperkirakan tumbuh di kisaran 4,5 persen hingga 5,2 persen.
Capaian tersebut memberi angin segar lantaran dua tahun sebelumnya ekonomi Tanah Air diawali dengan perlambatan dan kontraksi. Tiga bulan pertama tahun 2020 ekonomi tumbuh 2,97 persen setelah beberapa triwulan sebelumnya konsisten tumbuh di kisaran angka 5 persen. Sementara pada awal tahun 2021 ekonomi makin anjlok hingga terkontraksi 0,70 persen secara tahunan.
Tak dapat dimungkiri, kondisi tersebut tak lepas dari dampak pandemi Covid-19. Kebijakan pembatasan aktivitas sosial untuk mencegah meluasnya penularan virus korona membuat mobilitas masyarakat minim. Awal tahun 2020 dan 2021, pergerakan masyarakat masih sangat terbatas. Setelah kasus pertama positif Covid-19 diumumkan masuk ke Indonesia pada 2 Maret 2020, pemerintah segera merespons dengan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Kebijakan yang dimulai di DKI Jakarta itu kemudian diadopsi oleh sejumlah wilayah lain yang mencatatkan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 cukup tinggi. Tak hanya oleh pemerintah provinsi, PSBB juga diterapkan hingga level kabupaten/kota. Karena itu, aktivitas masyarakat menjadi terbatas dan perputaran ekonomi kian lesu.
Tak kunjung membaik, paparan virus Covid-19 justru makin meluas. PSBB pun akhirnya digantikan dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sejak 11 Januari 2021. Pertama kali diterapkan secara serentak di Jawa-Bali, kebijakan tersebut kemudian juga diberlakukan di luar Jawa-Bali.
Pergerakan masyarakat
Dampak dari kebijakan tersebut adalah berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah. Merujuk pada mobilitas penduduk (mobility index) yang disusun oleh Google, aktivitas di tempat perdagangan bahkan turun hingga 24 persen. Pergerakan masyarakat di perkantoran pun berkurang hingga 29 persen seiring dengan kebijakan kerja jarak jauh (WFH). Alhasil, kelesuan ekonomi yang berulang menjadi tak terhindarkan.
Namun, seiring dengan membaiknya penanganan pandemi, kini jumlah masyarakat yang terpapar virus Covid-19 dan turunannya makin berkurang. Aktivitas masyarakat pun menjadi makin longgar.
Masih merujuk hasil pemantauan Google, pergerakan masyarakat di luar rumah pada tiga bulan pertama tahun ini menunjukkan adanya pemulihan. Aktivitas di tempat kerja mulai mengalami kenaikan yang positif sebesar 7 persen pada bulan Maret setelah dua tahun lamanya selalu negatif.
Tempat belanja kebutuhan sehari-hari yang sudah pulih sejak paruh kedua tahun lalu pun kini makin ramai. Sempat melemah pada Februari lantaran merebaknya virus varian Omicron, aktivitas di tempat tersebut meningkat 28,90 persen pada bulan berikutnya.
Hal yang sama terjadi pada tempat perdagangan ritel dan rekreasi yang mengalami peningkatan aktivitas masyarakat. Bahkan, kegiatan di taman yang meliputi taman umum, taman nasional, hingga lapangan terbuka meningkat 35,23 persen pada bulan Maret.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Pengunjung berada di Gedung Sarinah, Jakarta (4/5/2022). Sejumlah pusat perbelanjaan di Jakarta ramai oleh pengunjung yang mengisi waktu libur Lebaran. Asosiasi Pusat Belanja Indonesia (APBI) DKI Jakarta mencatat tingkat kunjungan mencapai 75 persen.
Sektor penggerak
Kegiatan masyarakat yang kian aktif di luar rumah tersebut kemudian memicu pergerakan ekonomi. Permintaan masyarakat akan barang dan jasa menjadi meningkat. Guna mencukupi permintaan yang relatif lebih tinggi tersebut, mesin industri menjadi berputar lebih cepat. Hasilnya, kinerja manufaktur pun meningkat.
Merujuk catatan BPS, industri pengolahan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun ini. Sektor unggulan yang mendominasi perekonomian Tanah Air itu menyumbang 1,06 persen dari total pertumbuhan sebesar 5,01 persen. Industri pengolahan berperan lebih besar daripada industri pengolahan migas.
Di antara subsektor lainnya, industri pengolahan makanan dan minuman berperan paling besar, yakni 0,26 persen. Berikutnya, disumbang oleh industri alat angkutan (0,24 persen), industri tekstil dan pakaian jadi (0,14 persen), serta industri kimia, farmasi, dan obat tradisional (0,14 persen).
Laju pertumbuhan industri manufaktur pun cukup menggembirakan. Dibandingkan dengan triwulan I-2021, industri pengolahan tumbuh 5,07 persen. Pertumbuhan tersebut juga lebih tinggi daripada pertumbuhan nasional.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Salah satu toko yang menggelar promosi potongan harga pakaian mereka banyak dikunjungi konsumen di Mal Paragon, Kota Semarang, Jawa Tengah (24/4/2022). Roda perekonomian dengan transaksi jual-beli kembali meningkat seiring pelonggaran pembatasan sosial di ruang publik serta normalnya aktivitas warga.
Upaya penyaluran hasil produksi manufaktur kepada kebutuhan masyarakat tersebut pada gilirannya turut mendorong kinerja sektor perdagangan. Tak heran jika sektor yang mendominasi keseluruhan sektor jasa tersebut menjadi sumber pertumbuhan terbesar kedua pada triwulan I-2022 (0,75 persen) setelah industri pengolahan. Pertumbuhannya pun mampu melampaui capaian nasional, yakni sebesar 5,71 persen.
Peningkatan kinerja dua sektor dominan itu tak dapat dipisahkan dari peran sektor transportasi dan pergudangan sebagai bagian dari distribusi hasil manufaktur kepada kebutuhan masyarakat. Sektor tersebut menjadi penyumbang terbesar ketiga pada pertumbuhan ekonomi triwulan I-2022, dengan andil 0,57 persen.
Bahkan, jika dibandingkan dengan bulan Januari-Maret 2021, laju pertumbuhannya menjadi yang tertinggi, yaitu sebesar 15,79 persen. Kendati dipicu oleh dasar pertumbuhan yang rendah (low base effect), laju pertumbuhan transportasi tiga kali lipat dari pertumbuhan ekonomi nasional.
Tenaga kerja
Aktivitas ekonomi yang cukup masif tersebut pada gilirannya turut mendorong peningkatan permintaan tenaga kerja. Sektor industri pengolahan yang menyumbang andil terbesar pada pertumbuhan mampu menyerap tenaga kerja baru sebanyak 0,85 juta orang pada Februari 2022. Peningkatan tersebut dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Sektor berikutnya, yakni perdagangan, mempekerjakan 0,64 juta tenaga kerja baru pada periode yang sama. Sementara terdapat sekitar 400.000 tenaga kerja baru di sektor transportasi dan pergudangan. Secara keseluruhan, terdapat penambahan tenaga kerja sebanyak 4,55 juta orang sepanjang Februari 2021 hingga Februari 2022.
Sejumlah fakta tersebut menunjukkan pergerakan masyarakat masih menjadi kunci kinerja ekonomi Tanah Air. Sebab, hingga triwulan I-2022, konsumsi masyarakat masih mendominasi perekonomian nasional dengan kontribusi sebesar 53,65 persen.
Dengan kata lain, jika pergerakan masyarakat lebih aktif, akan mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Meski demikian, prinsip kehati-hatian dan kedisiplinan oleh masyarakat, terutama akan protokol kesehatan, masih harus diterapkan lantaran pandemi belum sepenuhnya berakhir. Pemonitoran oleh pemerintah pun tak boleh kendur dalam menjaga stabilitas perekonomian mengingat gejolak global masih terus mengancam. (LITBANG KOMPAS)