"Livestream Shopping" Semakin Populer
Pergeseran sistem perdagangan dampak pandemi membuat sistem livestream shopping atau penjualan langsung naik daun. Potensi besar pasar Indonesia menjadi modal bagi strategi marketing ini tumbuh pesat.
Sistem belanja streaming langsung terus tumbuh dan diminati masyarakat. Benefit yang di dapat dari strategi marketing ini menjadi pendorong berkembangnya perdagangan daring yang semakin mendominasi dunia perniagaan.
”Mampir Kak” atau ”Boleh Kak, dilihat-lihat dulu”, sapaan pramuniaga di pusat perbelanjaan konvensional khususnya produk mode sudah lama tidak kita dengar, bahkan mungkin akan semakin menghilang. Pasalnya, pandemi Covid-19 yang muncul sejak dua tahun lalu menyebabkan terjadinya pergeseran sistem perdagangan akibat tutupnya pusat perbelanjaan hingga bisnis ritel pun mati suri.
Hantaman pandemi dan dukungan teknologi yang semakin berkembang telah memunculkan inovasi-inovasi baru, termasuk dalam dunia perniagaan.
Hantaman pandemi dan dukungan teknologi yang semakin berkembang telah memunculkan inovasi-inovasi baru, termasuk dalam dunia perniagaan. Mengubah strategi bisnis menjadi sebuah hal yang penting agar usaha tetap berjalan dalam menghadapi pandemi.
Mengubah pendekatan tatap muka secara fisik menjadi pendekatan secara daring merupakan salah satu inovasi strategi pemasaran yang bisa dipilih.
Seiring banyaknya waktu orang di rumah sepanjang masa pandemi, berdampak pada terjadinya peningkatan transaksi berbasis digital atau e-commerce.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia, di tengah pandemi bisnis dagang berbasis digital ini diproyeksi tumbuh 33,2 persen dari 2020 yang mencapai Rp 253 triliun menjadi Rp 337 triliun pada 2021. Bisnis e-dagang di Indonesia ini semakin menjanjikan.
Tumbuhnya bisnis e-dagang tersebut, antara lain juga disokong oleh maraknya strategi penjualan streaming langsung atau dikenal dengan istilah livestream shopping atau live commerce.
Penjualan streaming langsung adalah teknik pemasaran di mana pelaku bisnis mengadakan acara belanja virtual secara real time (waktu nyata) untuk memamerkan dan menjual produk mereka kepada pelanggan.
Penjualan streaming langsung menjadi saluran penjualan yang sedang naik daun untuk pelaku bisnis. Tak hanya toko-toko besar yang sudah memiliki merek yang sudah dikenal, tetapi pengecer dan pelaku UMKM yang tak punya lapak pun bisa menjalankan strategi pemasaran ini.
Dengan memanfaatkan media sosial untuk menawarkan produk secara langsung, baik penjual maupun pembeli sama-sama mendapat keuntungan. Pembeli akan lebih puas dan cepat mengambil keputusan untuk membeli karena bisa melihat produk secara langsung.
Apalagi belanja langsung identik dengan orisinalitas dan kemudahan pembelian. Sementara penjual juga mendapat banyak benefit.
Baca Juga: Semarak Berbelanja di Akhir Tahun
Dari China mendunia
Berawal di China sebelum wabah Covid-19, live commerce telah mengambil lompatan cepat dalam menembus pasar ritel. Kedatangan Taobao Live Alibaba pada Mei 2016 menandai pembukaan babak baru dalam penjualan streaming langsung.
Raksasa ritel China tersebut telah memelopori pendekatan baru strategi pemasaran yang menghubungkan siaran langsung daring dengan toko e-niaga ini untuk memungkinkan konsumen menonton dan berbelanja pada saat yang sama.
Perdagangan langsung tersebut berkembang dengan pesat di China, dan hanya membutuhkan waktu kurang dari lima tahun untuk berkembang menjadi saluran penjualan inovatif dengan perkiraan penetrasi 10 persen.
Bahkan, niilai pasar live commerce China tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) lebih dari 280 persen antara 2017 dan 2020, mencapai sekitar 171 miliar dollar AS pada 2020 dan diperkirakan akan mencapai 423 miliar dollarr AS pada 2022.
Produk fashion (pakaian dan mode) mengambil porsi terbesar dengan pangsa 36 persen,
Produk fashion (pakaian dan mode) mengambil porsi terbesar dengan pangsa 36 persen, diikuti oleh produk kecantikan dan makanan, masing-masing sekitar 7 persen. Produk elektronik menyumbang sekitar 5 persen, sementara perabotan dan dekorasi rumah hampir 4 persen.
Kisah sukses China tersebut menarik minat pengecer dan konsumen di seluruh dunia. Temuan Astound Commerce antara Maret 2020 dan Juli 2021, Eropa tercatat mengalami peningkatan tertinggi dalam pembelian streaming langsung sejak awal pandemi sebesar 86 persen, melampaui Timur Tengah (76 persen) dan Amerika Utara (68 persen).
Secara global, ada peningkatan 76 persen dalam pembelian belanja live commerce selama pandemi. Bahkan, menurut catatan Statista, pada 2021, minat konsumen terhadap livestream shopping lebih tinggi di kawasan Asia Pasifik daripada di seluruh dunia.
Di Amerika Serikat, belanja langsung juga mulai berkembang pesat. Menurut perkiraan, penjualan streaming langsung di Amerika akan mencapai 11 miliar dollar AS pada 2021, angka tersebut diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat dalam tiga tahun ke depan.
Baca Juga: Belanja Daring Sebelum Era Internet
Potret di Asia Tenggara dan Indonesia
Popularitas strategi penjualan streaming langsung juga terasa di negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ipsos SEA Study 2021 di 6 Negara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam) mengungkapkan bahwa sebanyak 69 persen konsumen di Asia Tenggara mulai mengakses livestream shopping dan 66 persen membeli produk melalui streaming langsung.
Menurut temuan Ipsos SEA Ahead Wave 5 (November 2021), sebagian besar konsumen di Asia Tenggara (83 persen) mengakses livestream shopping melalui platform media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan Youtube, kemudian melalui platform lokapasar (Shopee Live, Tokopedia Pay, Lazada, dan lain-lain) sebanyak 64 persen, sedangkan ada 11 persen yang mengakses melalui platform live streaming atau aplikasi khusus untuk live streaming seperti Twitch, Periscope, dan lainnya.
Produk fashion (pakaian, tas, sepatu, dan lainnya) masih menjadi favorit sistem belanja streaming langsung ini, diminati 7 dari 10 responden.
Kepuasan konsumen yang bisa langsung melihat produk fashion yang ditawarkan (model, bahan, warna, ukuran) yang sering kali diperagakan oleh model tidak sekadar melihat foto atau gambar, menjadi nilai tambah yang dapat memengaruhi keputusan konsumen untuk membeli.
Produk lain yang cukup diminati melalui livestream shopping adalah produk-produk makanan, kecantikan juga produk-produk rumah tangga.
Di pasar Indonesia, prospek penjualan streaming langsung ini cukup menjanjikan. Riset Ipsos menemukan, sebanyak 78 persen konsumen pernah mendengar dan mengetahui alternatif belanja melalui live streaming, bahkan 71 persen telah mengaksesnya, dan 56 persen mengaku pernah membeli produk melalui live streaming selama masa pandemi.
Indonesia juga menjadi pasar potensial bagi perkembangan e-commerce termasuk livestream shopping. McKinsey melaporkan, orang Indonesia adalah salah satu pengguna teknologi digital yang paling antusias di dunia.
Rata-rata orang Indonesia menghabiskan empat jam sehari untuk mengakses Internet di perangkat seluler mereka (dua kali rata-rata orang Amerika Serikat).
Perdagangan daring juga berkembang pesat. Tercatat 30 juta orang Indonesia saat ini bertransaksi daring, menciptakan pasar setidaknya 8 miliar dollar AS.
Diprediksi pasar bisa tumbuh hingga 40 miliar dollar AS ke atas dalam lima tahun ke depan. 60 persen penjualan disumbang oleh perdagangan daring melalui lokapasar, antara lain Tokopedia, Shopee, Lazada, sisanya dilakukan melalui perdagangan melalui media sosial: Facebook, Instagram, Youtube, Twitter, Tik Tok, dan lainnya.
Prospek perdagangan daring akan semakin besar karena jangkauan pasar yang semakin luas. Bahkan, konsumen di provinsi di luar Jakarta belanja rata-rata 10 persen lebih banyak daripada konsumen di Jakarta.
Tingkat konsumsi baru juga diprediksi dapat tumbuh di atas 30 pasar karena perdagangan daring memberikan lebih banyak pilihan, aksesibilitas yang lebih besar, dan harga yang lebih kompetitif bagi konsumen.
Baca Juga: Kala Warga Lansia Mengenal Belanja Daring
Benefit
Melihat potensi pasar tersebut, strategi pemasaran dengan penjualan streaming langsung ini akan tumbuh dengan pesat. Mengingat banyak benefit yang di dapat baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Bagi para pelaku bisnis (penjual), sistem livestream shopping ini dapat memberikan keuntungan antara lain bisa mengukur antusiasme masyarakat dari jumlah audiens yang menonton juga bisa mendapat feedback berupa tinjauan (review)langsung dari konsumen. Dalam jangka panjang, tinjauan tersebut berguna bagi pengembangan produk selanjutnya.
Interaksi yang lebih personal antara penjual dan pembeli akan tercipta. Komunikasi langsung yang baik dan berkesan bagi pelanggan akan menjadi nilai tambah dan ketertarikan untuk selalu mengikuti setiap penjual melakukan livestream shopping bahkan berlanjut dengan transaksi.
Untuk menarik konsumen dan meningkatkan penjualan, penjual bisa melakukan beberapa tips, misalnya dengan membuat promosi, memberi diskon atau hadiah, mempunyai gaya berjualan yang unik atau mempunyai ciri khas yang disukai audiens sehingga gaya berjualan tidak membosankan.
Momen Lebaran menjadi saat yang tepat untuk memanjakan konsumen agar bertransaksi lebih banyak lewat live shopping. (LITBANG KOMPAS)
Baca Juga: Menahan Godaan Belanja Daring