Rivalitas dalam Pertarungan Ideologis dan Demografis di Pemilu Perancis
Emmanuel Macron kembali bertarung bersama Le Pen di putaran kedua Pemilu Presiden Perancis 2022. Rivalitas keduanya kembali menghangat. Bagaimana membaca hasil akhirnya?
Oleh
Rangga Eka Sakti
·5 menit baca
REUTERS/PHILIPPE WOJAZER
Presiden Perancis Emmanuel Macron saat menghadiri pertemuan dengan pemimpin partai sayap kanan, Perhimpunan Nasional (Rassemblement National) Perancis, Marine Le Pen, di Istana Elysee di Paris, Perancis, 6 Februari 2019.
Putaran pertama dari Pemilu Perancis 2022 telah selesai. Kini, pertarungan kembali meruncing antara petahana Emmanuel Macron dan pemimpin partai ultrakanan Garda Nasional, Marine Le Pen. Pertarungan Macron dan Le Pen kali ini akan terbagi dalam dua sisi, yakni demografis dan ideologis.
Hasil dari Pemilu Perancis 2022 putaran pertama yang diselenggarakan pada 10 April lalu menunjukkan kemenangan bagi Emmanuel Macron dan Marine Le Pen dengan perolehan sebesar 27,8 dan 23,2 persen. Sementara Jean-Luc Mélenchon dari partai sayap kiri La France Insoumise berada di posisi ketiga dengan perolehan suara sebesar 22 persen.
Pertarungan kembali meruncing antara petahana Emmanuel Macron dan Marine Le Pen.
Karena tidak ada kandidat dengan perolehan di atas 50 persen, pemilu pun akan dilanjutkan di putaran kedua yang akan dilaksanakan pada tanggal 24 April mendatang. Kembali menghadirkan rivalitas Macron dan Le Pen, Pemilu Perancis 2022 ini terasa mirip dengan pemilu sebelumnya di 2017.
Melanggengnya Emmanuel Macron dari Partai La République En Marche! (LREM) dan Marne Le Pen dari Partai Rassemblement National (RN) ke babak kedua Pemilu Perancis 2022 sebetulnya tidak mengejutkan. Semenjak enam bulan lalu, kedua kandidat calon presiden ini memang menduduki tangga tertinggi elektabilitas.
Berdasarkan agregasi hasil survei enam lembaga pollster di Perancis, elektabilitas Macron selalu unggul di kisaran 24–30 persen. Meski akhirnya mengejar dengan angka elektabilitas sebesar 23 persen, jalan Le Pen lebih terjal.
Lima bulan lalu, posisi elektabilitasnya di angka 16 persen, tak jauh berbeda dengan kontestan lain, seperti Eri Zemmour (14 persen) dan bahkan sama dengan Valerie Pécresse (16 persen).
Sementara Mélenchon yang finis di posisi ketiga tampak terlambat mendapatkan momentum. Elektabilitasnya pada November 2021 hingga Maret 2022 hanya berkisar pada angka 9-11 persen saja. Justru pada beberapa hari sebelum pemilu diselenggarakan, ia bisa menggenjot elektabilitas hingga 18 persen.
Di luar nama-nama tersebut, sebetulnya masih ada beberapa peserta yang ikut dalam putaran pertama Pemilu 2022 Perancis.
AP PHOTO/CHRISTOPHE ENA
Presiden Perancis Emmanuel Macron
Secara total, terdapat tujuh calon lain, yakni Yannick Jadot dari Partai Hijau (4,6 persen), Anne Hidalgo dari Partai Sosialis (1,8 persen), Jean Lasalle dari Partai Resistons! (3,1 persen), Fabien Roussel dari Partai Komunis (2,3 persen), calon dari partai sayap kanan Debout la France Nicolas Dupont-Aignan (2,1 persen), Philippe Poutou sebagai perwakilan dari Nouveau Parti Anticapitaliste (0,8 persen), dan Nathali Arthaud dari Partai Buruh (0,6 persen).
Sayangnya, para peserta ini tak pernah memiliki elektabilitas yang signifikan di atas 8 persen selama enam bulan terakhir hingga pemilu ronde pertama diselenggarakan.
Secara teritorial, tampak bahwa dukungan masyarakat terhadap Macron dan Le Pen pada Pemilu 2017 bertahan hingga di pemilu kali ini. Sama dengan pemilu sebelumnya, Macron berhasil menguasai daerah Perancis di pesisir barat dengan kota penting seperti Nantes, Bordeaux dan Toulouse.
Selaras dengan perolehan 2017, Le Pen berhasil memenangi pertarungan di kota-kota industrial di Perancis Utara dan kota pesisir selatan dan timur, dengan pengecualian di beberapa kota, salah satunya Lyon.
Iklan
Tanpa diduga, kawasan Paris Metro terlepas dari genggaman baik Macron maupun Le Pen. Kali ini, justru Mélenchon-lah yang berhasil memenangi daerah ibu kota dan sekitarnya.
Dalam hal jumlah pemilih, Paris memang tidak terlalu besar. Pada pemilu daerah 2020 lalu, hanya sekitar 500.000 orang saja turut berpartisipasi di kota ini.
Pemilih dari golongan muda menjadi area pertempuran bagi Macron dan Le Pen.
Jika dibandingkan, angka tersebut hanya 1,5 persen dari total pemilih tetap dalam Pemilu Perancis 2022. Meskipun begitu, pengaruh kultural dari ibu kota ini tak bisa dipandang sebelah mata karena dapat memengaruhi pilihan daerah lain.
Dilihat secara demografi, kini golongan muda menjadi area pertempuran bagi Macron dan Le Pen. Di pertarungan ini, Le Pen tampak memiliki posisi yang lebih mantap dibandingkan dengan Macron. Pasalnya, suara di kategori umur ini cenderung didominasi oleh Mélenchon dan Le Pen di putaran pemilu yang pertama.
AP PHOTO/MICHEL SPINGLER
Marine Le Pen, politisi berhaluan kanan, bergembira bersama pendukungnya dengan dijaga oleh sejumlah pengawal, Minggu (23/4), di Paris, Perancis.
Berdasarkan data dari Harris Interactive dan Ifop, pada kategori umur 18-24 tahun, lebih dari sepertiganya dipegang oleh Mélenchon. Pada kategori umur ini, hanya 21-24 persen yang mendukung Macron. Bahkan, hanya 19-21 persen dari golongan usia 25-34 tahun yang memilih petahana. Kesulitan untuk memikat hati pemuda ini membuat posisi Macron dalam aspek demografis cenderung lebih sempit dibandingkan Le Pen.
Meskipun telah tersingkir, tak berarti perjalanan kesembilan calon presiden lain di pertarungan ini sudah selesai. Pasalnya, suara yang mereka peroleh di putaran pertama akan diperebutkan oleh Macron dan Le Pen di putaran kedua. Artinya, kedua calon presiden ini perlu merayu kesepuluh kandidat lain yang kalah untuk mau mengalirkan para pendukung mereka.
Hingga kini, beberapa kandidat yang tersingkir telah menentukan pilihannya. Setidaknya, tiga kandidat telah mengarahkan para pemilihnya untuk mendukung Macron di putaran pemilu selanjutnya. Ketiga kandidat tersebut merupakan calon-calon dari partai berhaluan kiri, yakni Valerie Pécresse, Yannick Jadot, dan Anne Hidalgo.
AFP/EMMANUEL DUNAND
Kandidat presiden partai sayap kanan Rassemblement National (RN) Perancis, Marine Le Pen (tengah) melakukan kampanye di Soucy, Burgundy, Perancis, Senin (11/4/2022)
Tidak hanya secara eksplisit, terdapat pula kandidat lain yang mendukung Macron dengan cara lebih halus. Beberapa kandidat yang memilih cara ini ialah Fabien Roussel, Philippe Poutou, dan Jean-Luc Mélenchon.
Meskipun ketiga kandidat ini tidak secara langsung menyatakan akan mendukung Macron, mereka secara eksplisit menolak jika Le Pen yang nantinya menjadi Presiden Perancis. Mengalirnya suara dari kandidat partai kiri dan kiri-tengah kepada Macron ini kian menunjukkan kedekatan LREM dengan poros kiri yang dahulu mendominasi politik Perancis.
Macron jika terpilih akan melakukan apa yang dilakukan Le Pen. Le Pen jika terpilih akan menjadi Macron.
Meskipun begitu, tidak semua kandidat berhaluan politik kiri memberikan dukungannya kepada LREM. Pasalnya, Nathalie Arthaud dari Partai Penderitaan Buruh (Lutte Ouvrière/LO) yang berhaluan kiri jauh secara langsung menyatakan untuk golput pada pemilu putaran kedua.
”Macron jika terpilih akan melakukan apa yang dilakukan Le Pen. Le Pen jika terpilih akan menjadi Macron, tetapi lebih otoriter terhadap pekerja migran. Kita dipaksa memilih di antara dua orang yang bermusuhan,” ujarnya melalui akun resminya di Twitter.
AFP/EMMANUEL DUNAND
Pendukung kandidat presiden partai sayap kanan Marine Le Pen saat berkampanye untuk putaran kedua pemilihan presiden Perancis di Soucy, Burgundy, Senin (11/4/2022)
Dengan elektabilitas tertinggi, Jean-Luc Mélenchon dianggap menjadi kingmaker dari Presiden Perancis yang akan terpilih. Secara eksplisit, Mélenchon memang tidak menyatakan dukungannya terhadap Macron.
Namun, bisa dikatakan bahwa ia mendukung sang petahana secara implisit ketika ia terang-terangan mengatakan menolak Le Pen untuk menang dan memimpin Perancis lima tahun ke depan.
Hal ini membuat posisi Macron jauh lebih diunggulkan. Dihitung secara sederhana, kemungkinan Macron akan mendapat suntikan suara sebesar 11,8–36,3 persen dari pendukung kandidat yang telah tersingkir. Maka, dapat dipastikan bahwa Macron akan menang jika dapat mengamankan suara dari para pendukung Mélenchon. (LITBANG KOMPAS)