Membuktikan Betapa Gelapnya Film “The Batman”
Tampilan film Batman (2022) diliputi nuansa kegelapan. Benarkah film Batman dari tahun ke tahun ditampilkan semakin gelap?
Tampilan film Batman (2022) diliputi nuansa kegelapan. Benarkah film Batman dari tahun ke tahun ditampilkan semakin gelap?
Sebagai sebuah medium, film diramu dari berbagai komponen, mulai dari visual, audio, hingga jenis layar yang digunakan. Penyajian sebuah film memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan dan membenamkan kesan di benak penonton.
Film memiliki karakter khas yang dengan segera dapat dicerna oleh audiens dan menjadi pembeda dengan medium lainnya. Terdapat empat karakter khas pada film yaitu pencahayaan, pergerakan, unsur realisme atau kemiripan dengan realita, serta montase atau susunan serangkaian gambar bergerak.
Perkembangan teknologi film turut mempertegas corak karakter tersebut. Di awal kemunculannya, film belum mampu menghadirkan karakter pencahayaan dengan maksimal. Hingga era 1920-an warna film masih didominasi hitam putih dan tone silver. Tayangan film di bioskop saat itu dikenal dengan layar perak atau silver screen karena mengacu pada warna perak yang diproyeksikan ke layar.
Selain itu teknologi film masih belum mampu menampilkan karakter suara. Tidak heran jika keberadaan film saat itu kerap disebut sebagai silent movie. Ditemukannya teknologi suara menjadi penanda besar revolusi perfilman di dunia.
Film pertama yang menggunakan sentuhan suara adalah Don Juan (1926) yang dibuat oleh Alan Crosland. Namun yang kemudian benar-benar tercatat sebagai film dengan suara ialah The Jazz Singer (1927). Perkembangan teknologi berikutnya adalah munculnya film berwarna pada sebagian film Becky Sharp (1935).
Pada perkembangan berikutnya, teknologi modern kian menjadi daya tarik film seperti digunakannya metode technicolor dananimasi. Teknologi animasi dan grafis modern ini misalnya digunakan dalam pembuatan film Batman & Robin (1997)dan Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018).
Perkembangan teknologi juga memungkinkan para kreator film melakukan beragam efek film untuk menunjang kualitas dan pesan atau karakter sosok yang ingin ditampilkan dalam film. Film dapat dibuat dengan pencahayaan yang redup atau cenderung gelap seperti dalam film The Batman (2022).
Salah satu ekspresi komentar dari penonton dilontarkan dalam bentuk meme yang tersebar di media sosial. Meme tersebut berupa kolase gambar yang diambil dari film Batman yang dirilis tahun 1966, 1989, 1995, 1997, 2008, 2016, 2022, dan pada tahun 2025 dipasang gambar hitam gelap total.
Film Batman bukan satu-satunya yang mendapat komentar “semakin gelap” dari para audiensnya. Sebelumnya ada serangkaian film Harry Potter yang juga mendapat komentar serupa. Sejumlah delapan film Harry Potter yang diawali oleh Harry Potter and the Sorcerer’s Stone (2001) dan ditutup dengan Harry Potter and the Deathly Hallows part 2 (2011) memiliki gradasi pencayaan yang semakin gelap.
Hal ini menyiratkan adanya perjalanan waktu para tokoh yang tumbuh dewasa dan menghadapi ancaman yang semakin berat. Makna di balik nuansa gelap di film Harry Potter dengan film Batman mewakili pesan yang berbeda.
Sebagai film yang mengadaptasi cerita dari komik, Batman memiliki pakem menampilkan adegan yang didominasi gelapnya bayangan malam. Hal ini berdasar konsekuensi logis bahwa kelelawar sebagai hewan nokturnal beraktivitas di malam hari.
Namun, nuansa Kota Gotham yang dominan gelap tidak ditemukan pada film layar lebar Batman yang perdana. Batman mengawali debut di layar lebar pada tahun 1966 dengan judul “Batman The Movie”. Dibintangi oleh Adam West yang memerankan Bruce Wayne dan Batman, serta Burt Ward sebagai Dick Grayson atau Robin. Film yang disutradarai Leslie H. Martinson ini justru menampilkan Batman dalam nuansa terang benderang dengan adegan-adegan komikal.
Penggunaan cahaya temaram mulai terlihat di film Batman arahan sutradara Tim Burton. Dua film karya Burton adalah Batman (1989) dan Batman Returns (1992). Kota Gotham dihadirkan dengan balutan nuansa noir atau drama kriminal dengan penataan cahaya dominan gelap berkontras tinggi. Formula serupa juga disajikan pada Batman Forever (1995) yang disutradari oleh Joel Schumacher.
Franchise film Batman pada era 1990-an ditutup oleh Batman & Robin (1997) yang justru menghadirkan atmosfer Kota Gotham penuh warna. Sumber cahaya yang digunakan beragam warna yaitu merah, hijau, biru, dan gradasi lainnya. Dari sini muncul perpaduan antara Kota Gotham dengan bangunan bercorak gotiknamun bermandikan cahaya beraneka warna.
Mengukur gelap terang
Selain dari aspek latar belakang diangkatnya cerita, penelusuran sejauh mana klaim film Batman “semakin gelap” dapat dilihatdengan membandingkan tata pencahayaan film-film Batman sebelumnya. Analisis ini dapat dilakukan dengan teknik membandingkan sampel frame adegan dari beberapa film.
Salah satu acuan untuk menentukan gelap-terang pada film adalah dengan memanfaat sistem zona atau zone system yang dipopulerkan oleh fotografer bekebangsaan Amerika Serikat yaitu Ansel Adams dan Fred Robert Archer.
Secara umum, zona pencahayaan dibagi dalam 10 bagian. Zona 0 menunjukkan kondisi gelap gulita tanpa ada detil gambar yang terekam, sedangkan zona 10 adalah kondisi pencahayaan putih tanpa ada detil gambar di dalamnya. Pencahayaan “normal” mengacu pada gradasi di zona 5 atau biasa disebut sebagai middle gray atau abu-abu netral.
Selanjutnya zona 0 hingga 3 disebut sebagai low values atau nilai rendah, kemudian zona 4 hingga 6 sebagai middle values atau nilai tengah, serta zona 7 hingga 10 merupakan high values atau bilai tinggi. Dengan demikian, pencahayaan yang berada pada zona 4 hingga 6 dapat dikatakan normal, sedangkan zona kurang dari 4 dapat disebut cenderung gelap.
Sebaliknya jika lebih dari 6 disebut cenderung terang. Sistem zona ini dapat diterapkan pada gambar hitam putih maupun berwarna. Sistem ini menjadi acuan dalam analisis terhadap frame dari film-film Batman.
Pada kondisi normal, objek yang biasanya direkam pada zona nilai tengah adalah wajah dari para aktor. Sinematografer selalu memastikan bahwa wajah aktor atau objek-objek yang ditonjolkan dalam sebuah adegan mendapat pencahayaan yang cukup.
Sampel frame film The Batman yang diambil adalah ketika menampilkan Batman, tidak termasuk ketika Bruce Wayne muncul di layar. Pertimbangan pada kecenderungan pencahayaan low key atau cahaya redup ketika Batman beraksi. Maka pada frame itulah akan diukur seberapa terang atau gelap gambar yang ditampilkan.
Sebuah pembuktian
Dimulai dari film The Batman (2022) yang menampilkan Robert Pattinson sebagai Bruce Wayne, dan disutradarai oleh Matt Reeves. Dari hasil analisis frame berdasar sistem zona, wajah Robert Pattinson rata-rata berada di zona 3 dan 2 ketika mengenakan kostum Batman. Artinya pencahayaan pada aktor didominasi pada zona nilai rendah atau gelap.
Hanya sekali waktu bagian wajahBruce Wayne yang tidak tertutup topeng berada di zona 6, yaitu ketika adegan memegang suar atau flare saat memandu Walikota Gotham dan sekelompok warga keluar dari reruntuhan Gotham City Stadium.
Satu adegan setelahnya, yaitu ketika Batman berdiri di atap Gotham City Stadium menjelang matahari terbit pun cahaya yang menerpa karakter utama sangat minim. Skin tone Batman berada di zona 2, padahal adegan digambarkan berada di ruang terbuka. Ini menjadi gambaran kegelapan yang coba disajikan oleh Matt Reeves kepada audiens dengan pengambilan gambar di area zona nilai rendah.
Selanjutnya frame daritrilogi Batman arahan Christopher Nolan yaitu Batman Begins (2005), The Dark Knight (2008), dan The Dark Knight Rises (2012) diambil sebagai sampel analisis. Adegan kemunculan Batman pada Batman Begins dan The Dark Knight hampir seluruhnya di waktu malam hari, sehingga secara realistis menampilkan nuansa kegelapan.
Wajah Christian Bale sebagai pemeran Batman rata-rata berada di zona 3, 4 dan 5 pada film Batman Begins dan The Dark Knight. Mengacu pada sistem zona, pencahayaan berada pada nilai tengah dikombinasikan dengan nilai rendah. Dari sini tampak perbedaan dengan The Batman (2022) yang cenderung berada di nilai rendah.
Sebagai contoh, adegan yang berlatar lokasi di pelabuhan ketika Batman menangkap Falcone, salah satu tokoh penjahat, dapat dikatakan cukup gelap. Namun wajah Batman mendapat pencahayaan yang relatif cukup dan masih bisa dilihat penonton dengan berada di zona 3 dan 4.
Pada trilogi terakhir, yaitu The Dark Knight Rises, adalah yang paling terang benderang dibanding dua film Nolan sebelumnya. Pasalnya, kali ini Batman muncul dan bertarung di siang hari. Cahaya yang mengenai aktor cukup berlimpah, latar belakang juga mendapat pencahayaan yang cukup, tidak hanya berupa bayangan seperti adegan di malam hari.
Pada urutan terakhir, sampel gambar diambil dari film Batman & Robin (1997) yang secara sekilas tampak bagaikan siang dan malam jika dibandingkan dengan film Batman yang lebih muda tahun rilisnya. Jika mengacu pada tonal wajah para tokoh, pencahayaan berada di zona 3, 4, dan 5 serupa dengan film arahan Christoper Nolan. Namun yang menjadi pembeda adalah tata cahaya, pemilihan warna, serta kontras dan kedalaman bayangan yang disajikan.
Batman & Robin (1997) membawa kesan lebih ringan dengan visual yang cenderung rata. Rentang antara bagian gambar paling terang dan paling gelap dalam film tidak terpaut jauh. Setiap detail pada frame bisa dilihat dengan jelas oleh penonton. Kemuraman Kota Gotham tidak ditonjolkan pada Batman & Robin.
Dengan demikian dapat ditarik benang merahnya bahwa The Batman (2022) bisa dikatakan lebih gelap dari segi pencahayaan dibandingkan dengan film Batman sebelumnya. Bahkan kesan kelam diperkuat dengan pemilihan latar musik salah satunya yaitu Ave Maria karya komposer Franz Schubert.
Namun apabila secara linimasa dirunut sejak 1966 dikatakan bahwa film Batman semakin gelap tidak sepenuhnya benar. Sebagai contoh, dari trilogi Batman karya Nolan, satu dari tiga filmnya memiliki nuansa pencahayaan cenderung lebih terang.
Dari aspek teknologi film, tata pencahayaan baik gelap maupun terang inibukanlah hal sulit untuk dilakukan mengingat perkembangan teknologi film yang memungkinan para kreator film Batman menampilkan beragam latar dan ekspresi dalam film.
Namun, sesungguhnya kekuatan yang tersembunyi dalam nuansa kegelapan film Batman adalah keberhasilannya menghadirkan sosok hero di benak audiens dari masa ke masa. Dalam film Batman Begins (2005), sosok hero seperti Batman digambarkan sebagai transformasi sisi humanisme dari seseorang yang penakut menjadi jagoan tanpa rasa takut.
Nuansa gelap dan terang juga dapat dimaknai sebagai gambaran kedekatan kehidupan masyarakat dengan keberhasilan dan kegagalan yang yang dialami dalam hidup. Di tengah kegelapan pandemi Covid-19 yang melanda dunia lebih dari dua tahun ini, munculnya hero seperti Batman ini menjadi kerinduan publik terhadap sosok pahlawan yang memberi harapan bagi dunia untuk bangkit dari kegelapan wabah. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga; Kisah Batman di Awal “Karier”