Kebijakan pelonggaran aturan pembatasan selama pandemi bukan tidak mungkin menjadi pintu varian baru akan mencapai Indonesia dalam waktu dekat. Protokol kesehatan tetap menjadi kunci.
Oleh
Gianie
·5 menit baca
Setelah pemerintah, pekan lalu, melonggarkan aturan pengendalian Covid-19, skor nasional Indeks Pengendalian Covid-19 atau IPC yang dikeluarkan Kompas masih bergerak naik meski tidak terlalu tinggi. Walaupun aturan sudah diperlonggar agar aktivitas kembali normal, protokol kesehatan di tingkat individu harus tetap ketat untuk memutus rantai transmisi virus.
Pekan ini, per 14 Maret 2022, skor nasional IPC menjadi 67, naik 4 poin dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Sebanyak 31 provinsi tren skor IPC-nya terus membaik. Satu provinsi, yakni Papua, skornya tetap. Sementara itu, dua provinsi skornya turun, yakni Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah.
Meski tren skor IPC mulai naik, posisinya masih jauh dari situasi terkendali pasca-gelombang kedua akibat varian Delta.
Meski tren skor IPC mulai naik, posisinya masih jauh dari situasi terkendali pasca-gelombang kedua akibat varian Delta. Skor IPC tertinggi yang dicapai sebelum gelombang Omicron melanda adalah 83, yang berlangsung selama lima minggu berturut-turut (akhir Desember 2021-akhir Januari 2022).
Kenaikan skor IPC pekan ini tak lain disebabkan menurunnya angka infeksi Covid-19. Puncak gelombang ketiga akibat varian Omicron berhasil dilalui. Angka kepositifan tujuh hari terakhir terus menurun.
Tiga provinsi berhasil menurunkan angka kepositifan hingga di bawah 5 persen, yakni Bali (3,99 persen), Nusa Tenggara Barat (2,29 persen), dan Maluku (0,88 persen). Skor IPC ketiga provinsi ini pun berhasil mencapai skor yang tinggi. Maluku mencapai skor tertinggi pada angka 79, lalu Bali dan NTB memiliki skor yang sama, yaitu 78.
Sementara NTT dan Sulawesi Tengah masih mengalami penurunan skor akibat angka kepositifan yang masih tinggi. Angka kepositifan NTT 34,08 persen dan Sulteng 36,44 persen. Skor IPC NTT dan Sulteng merupakan yang terendah pekan ini, yaitu di angka 55.
Puncak gelombang ketiga akibat varian Omicron berhasil dilalui. Angka kepositifan tujuh hari terakhir terus menurun.
Pemulihan pandemi di DKI Jakarta cenderung stagnan. Pekan ini skor IPC DKI Jakarta hanya naik 1 poin menjadi 75. Hal itu, antara lain, disebabkan oleh masih tingginya angka kepositifan tujuh hari terakhir, yakni 12,47 persen.
Angka rawat inap rumah sakit per 100.000 penduduk per minggu juga masuk dalam tiga provinsi yang tertinggi, yakni di angka 9,75. Artinya, ada sekitar 9-10 orang per minggu yang terkena Covid-19 yang dirawat di RS di Jakarta. Angka ini hanya lebih rendah dibandingkan dengan DI Yogyakarta (16,25) dan Kepulauan Bangka Belitung (14,74).
Meski pasien Covid-19 di DIY yang dirawat di RS tergolong masih tinggi, pengendalian pandemi di daerah ini jalurnya sudah cukup baik. Pekan ini skor IPC DI Yogyakarta naik 10 poin menjadi angka 65. Skor pekan lalu merupakan titik terendah yang dialami Yogyakarta dalam periode gelombang Omicron.
Selain itu, masih relatif rendahnya skor pekan ini juga disebabkan angka kepositifan di Yogyakarta yang tergolong tinggi, yakni 29,04 persen. Angka ini merupakan angka kepositifan yang tertinggi di Jawa pekan ini.
Sejak awal Maret, jumlah kasus terkonfirmasi positif harian Covid-19 terus menurun secara nasional. Puncak gelombang ketiga akibat varian Omicron sudah terjadi pada 16 Februari lalu. Tren ini menjadi pertimbangan pemerintah untuk melonggarkan aturan pengendalian Covid-19.
Pelaku perjalanan domestik dengan moda transportasi darat, laut, dan udara tidak perlu lagi melakukan tes Covid-19, baik tes antigen maupun PCR. Syarat utama hanyalah sudah divaksin dosis lengkap.
Selain itu, pemerintah juga meniadakan kebijakan karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri paling lambat awal April 2022. Di Bali, misalnya, kebijakan ini bahkan sudah berlaku sejak 7 Maret 2022.
Tren penurunan kasus dan kebijakan pelonggaran yang diambil pemerintah mengikuti langkah negara-negara lain, terutama kawasan Eropa, seperti Swedia, Norwegia, dan Denmark.
Negara-negara ini mulai meniadakan syarat tes PCR untuk perjalanan internasional sejak awal Februari 2022. Penggunaan masker juga bukan suatu kewajiban, kecuali bagi orang-orang yang belum divaksin.
Peluang kenaikan kasus Covid-19 kembali terjadi ketika pelongaran dilakukan.
Meski demikian, peluang kenaikan kasus Covid-19 kembali terjadi ketika pelongaran dilakukan. Dalam sepekan terakhir ini, angka kasus positif harian di dunia kembali meningkat, terutama juga di nagara-negara Eropa. Per 16 Maret lalu, jumlah kasus harian secara global tercatat sebanyak 1.854.382 kasus setelah pernah sampai ke titik 1,297 juta kasus per hari.
Peningkatan kasus terjadi seperti di Perancis, Inggris, Belanda, Denmark, dan Italia. Kenaikan ini terjadi setelah sekitar sebulan penurunan kasus berlangsung dan pelonggaran dilakukan.
Meningkatnya kembali kasus Covid-19 secara global ini, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan adanya masalah dalam melakukan pengujian (testing). Akibatnya, kasus yang tercatat atau dilaporkan hanya merupakan puncak dari gunung es.
Kawasan Eropa diperingatkan untuk waspada dengan gelombang baru berikutnya seiring dengan kenaikan kasus sejak awal Maret di negara-negara seperti Austria, Jerman, Swis, Belanda, dan Inggris. Amerika Serikat pun diingatkan hal yang sama karena juga melakukan kebijakan pelonggaran pengendalian Covid-19.
Oleh karena situasi Covid-19 masih tidak menentu dan varian baru potensial untuk terus muncul, kebijakan pelonggaran harus tetap diikuti dengan pengujian yang memadai. Meningkatnya lalu lintas perjalanan dari dan ke luar negeri membuka pintu yang sangat lebar untuk virus bertransmisi.
Kewaspadaan tetap harus tinggi, apalagi setelah dua bulan sejak kemunculannya dilaporkan, WHO mengonfirmasi adanya varian bernama Deltacron, varian baru yang merupakan kombinasi dari varian Delta dan Omicron. Akan tetapi, varian baru ini belum digolongkan sebagai varian yang mengkhawatirkan (variant of concern).
Kasus Covid-19 akibat varian Deltacron ini ditemukan di Denmark, Perancis, dan Belanda, namun masih dalam jumlah yang sedikit. The Global Initiative on Sharing All Influenza Data atau GISAID menyebutkan varian Deltacron telah bersirkulasi sejak awal Januari 2022.
Dengan dibuka lebarnya pintu masuk lewat udara yang tanpa melalui karantina, bukan tidak mungkin varian baru ini akan mencapai Indonesia dalam waktu dekat. Apalagi, terdapat sejumlah kegiatan internasional yang sedang dan akan terselenggara di Indonesia.
Kondisi pandemi saat ini memang tidak sedarurut dua tahun lalu. Namun, bukan berarti virus-virus Covid-19 sudah tidak ada. Kesadaran menerapkan protokol kesehatan secara ketat tetap diperlukan. (LITBANG KOMPAS)