Hidup Menua di Perkotaan
Lebih dari separuh penduduk lansia di Indonesia menetap di perkotaan. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah penduduk dan persentase warga lansia di beberapa kota besar di Indonesia juga mengalami kenaikan.

Seusai meresmikan PLTA Poso Energy 515 megawatt dan PLTA Malea Energy 90 megawatt, Jumat (25/2/2022), Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 yang sekaligus pendiri Kalla Group, Jusuf Kalla, meninjau pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk warga lansia dan masyarakat yang diadakan di Ruang Serbaguna PLTA Poso Energy, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Indonesia secara perlahan mulai mengalami percepatan laju kenaikan persentase penduduk berusia di atas 60 tahun atau kategori lanjut usia. Kondisi ini diperkirakan akan terus mengalami tren kenaikan hingga 2045 mendatang.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sejak era Orde Baru kenaikan persentase proporsi penduduk lansia di Indonesia selalu berada di bawah 1 persen dalam kurun waktu lima tahun. Pada tahun 1985, misalnya, jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan, dari 5,4 persen pada tahun 1980 menjadi 5,8 persen. Sementara pada tahun 1995, persentase penduduk lansia di Indonesia meningkat dari 6,3 persen pada tahun 1990 menjadi 6,8 persen.
Memasuki periode awal Reformasi, persentase penduduk lansia di Indonesia terus bertambah, bahkan sempat mengalami perlambatan. Dalam kurun waktu satu lustrum sejak tahun 2000 sampai 2005, misalnya, laju pertumbuhan penduduk lansia di Indonesia cenderung melambat dari 7,2 persen menjadi 7,3 persen.
Namun, sejak tahun 2015, terjadi percepatan laju pertumbuhan penduduk lansia dari 7,6 persen pada tahun 2010 menjadi 9,0 persen. Selain karena meningkatnya usia harapan hidup seiring membaiknya akses layanan kesehatan, kondisi ini juga turut didorong oleh semakin kecilnya persentase penduduk pada usia balita yang mengalami tren penurunan sejak era Orde Baru hingga Reformasi.
Kondisi serupa juga dialami oleh sejumlah kota besar di Indonesia. DKI Jakarta, misalnya, mengalami lonjakan jumlah penduduk lansia selama satu dekade terakhir sejak 2010 hingga 2020 lalu. Jika pada tahun 2010 terdapat 495.290 penduduk lansia, pada tahun 2020 jumlahnya meningkat hingga 83,3 persen menjadi 907.738 penduduk. Jika dibandingkan dengan populasi, jumlah penduduk lansia di DKI Jakarta meningkat dari 5,2 persen pada tahun 2010 menjadi 8,6 persen tahun 2020.

Kepolisian Resor Kota Besar Palembang, Sumatera Selatan, dan warga mulai bergerak mewujudkan janji Presiden Joko Widodo membangunkan rumah baru yang layak untuk Mak Unah, warga lansia berusia 61 taun.
Hal senada juga dialami oleh sejumlah ibu kota provinsi dari tahun 2010 hingga 2020. Di Bandung, Jawa Barat, jumlah penduduk lansia dalam satu dekade terakhir juga mengalami kenaikan hingga 67,1 persen dari 157.247 orang menjadi 262.781 orang. Dari total populasi, persentase penduduk lansia di Bandung meningkat dari 6,6 persen pada tahun 2010 menjadi 10,8 persen pada tahun 2020.
Di daerah luar Jawa, sejumlah kota besar juga mencatatkan kenaikan penduduk usia lansia. Kota Medan, Sumatera Utara, menjadi salah satu kota besar yang mengalami kenaikan jumlah dan persentase penduduk usia lansia secara signifikan sejak 2010 hingga 2020. Jika pada tahun 2010 terdapat 117.216 penduduk lansia, jumlahnya meningkat hingga mencapai 100,3 persen pada tahun 2020 menjadi 234.827 penduduk. Secara proporsi dari populasi, persentase penduduk lansia di Medan mengalami kenaikan dari 5,6 persen menjadi 9,6 persen pada kurun waktu yang sama.
Tantangan
Hingga tahun 2045, diperkirakan jumlah dan persentase penduduk lansia dibandingkan populasi akan semakin meningkat. Di Indonesia, pada tahun 2045 diperkirakan 19,9 persen penduduk Indonesia berkategori lansia. Artinya, dari setiap lima penduduk, satu di antaranya adalah penduduk lansia berusia di atas 60 tahun.

Melihat tren kenaikan jumlah dan persentase lansia di kota besar selalu berbanding lurus dengan kenaikan tren secara nasional, besar kemungkinan jumlah dan persentase penduduk lansia di kota-kota besar di Indonesia juga akan bertambah hingga tahun 2045.
Kondisi ini menyiratkan semakin banyak penduduk lansia yang memutuskan untuk menghabiskan masa tuanya di perkotaan.

Tenaga kesehatan melayani vaksinasi penguat untuk warga lanjut usia di RPTRA Matahari, Kelurahan Cempaka Putih Timur, Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kamis (13/1/2022). Warga lansia yang sudah menerima tiket vaksin di aplikasi Peduli Lindungi bisa mendaftar dan mendapatkan vaksinasi ketiga di tempat tersebut.
Saat ini saja, dari seluruh penduduk lansia (26,82 juta jiwa) yang ada di Indonesia, lebih dari separuh menetap di perkotaan (52,95 persen). Alasannya beragam, mulai dari faktor keluarga hingga tuntutan untuk bekerja di usia senja. Artinya, terbuka kemungkinan jumlah dan persentase ini akan semakin membesar.
Di tengah kondisi ini, pertambahan jumlah penduduk lansia di perkotaan tentu menjadi tantangan tersendiri, baik bagi penduduk lansia, keluarga, maupun pemerintah. Bagi penduduk lansia, menua di kota besar pada satu sisi memberi manfaat karena ragam fasilitas yang tersedia, terutama fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan ini menjadi begitu penting mengingat kemungkinan penyakit degeneratif hingga penyakit menular yang menjangkiti seiring penurunan daya tahan tubuh.
Namun, di sisi lain, ragam fasilitas tersebut tentu juga berbanding lurus dengan kebutuhan dana di hari tua yang harus dipersiapkan. Persoalannya, tidak semua penduduk lansia di Indonesia siap dengan dana di hari tua. Sebagian penduduk lansia di Indonesia bahkan masih tetap bekerja meski telah berusia di atas 60 tahun untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Kondisi ini tergambar dalam Survei Angkatan Kerja Nasional dari BPS pada Agustus 2020. Sebanyak 44,01 persen warga lansia di perkotaan saat itu masih bekerja. Dari semua warga lansia yang bekerja di perkotaan, separuh di antaranya bekerja pada sektor jasa.
Pada satu sisi, kondisi ini menggambarkan perpanjangan usia produktif sehingga warga lansia tetap berkontribusi pada perekonomian. Namun, di sisi lain, kondisi ini juga mengindikasikan warga lansia tetap harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup karena tidak memiliki cukup dana saat pensiun.
Dari sisi keluarga, tantangan banyaknya penduduk lansia adalah semakin besarnya rasio ketergantungan. Berdasarkan catatan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2020, rasio ketergantungan penduduk lansia yang tinggal di perkotaan di Indonesia mencapai 14,42 persen. Jawa Tengah menjadi daerah dengan rasio ketergantungan penduduk lansia di perkotaan tertinggi di Indonesia, yakni sebesar 20,77 persen. Artinya, setiap 100 penduduk yang tinggal di daerah perkotaan di Jawa Tengah harus menanggung 20 penduduk lansia.
Jika melihat tren dalam satu dekade ke belakang, rasio ketergantungan penduduk lansia di Indonesia terus mengalami kenaikan dari 11,95 persen pada tahun 2010 menjadi 15,54 persen pada tahun 2020. Artinya, besar kemungkinan rasio ketergantungan di perkotaan juga semakin meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.

Backpacker Jakarta mengunjungi warga lansia di panti jompo Dinas Sosial Jakarta Barat, Minggu (12/5/2019).
Di samping itu, rumah tangga yang dihuni oleh warga lansia di perkotaan juga cukup besar. Di daerah perkotaan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Sulawesi Utara bahkan terdapat sekitar sepertiga rumah tangga lansia. Kondisi ini tentu menjadi tantangan bagi keluarga untuk menjaga kualitas kehidupan warga lansia di tengah hiruk-pikuk dan kesibukan masyarakat perkotaan.
Jaminan sosial
Dari sisi pemerintah, banyaknya penduduk lansia di Indonesia, khususnya di perkotaan, tentu menjadi tantangan tersendiri dari sisi kebijakan, utamanya kebijakan terkait perlindungan sosial. Dari sisi kesehatan, belum semua penduduk lansia di perkotaan memiliki Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pada tahun 2020, satu dari lima penduduk lansia di perkotaan tidak memiliki akses jaminan kesehatan seperti BPJS hingga asuransi swasta. Kondisi ini tentu perlu menjadi perhatian khusus mengingat pentingnya akses penduduk lansia pada layanan kesehatan.

Kader posyandu mengukur lingkar perut warga lansia di tempat tinggalnya di Kampung Gandaria, kawasan Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Pelayanan jemput bola dari rumah ke rumah ini telah dilakukan kader posyandu selama masa pandemi. Meski layanan posyandu lansia di balai RW telah dibuka, sebagian besar warga lansia masih urung mendatanginya karena beberapa faktor, seperti kekhawatiran akan penularan Covid-19 dan tidak adanya anggota keluarga yang mengantar.
Sementara untuk jaminan sosial, hanya dua dari 10 rumah tangga lansia di perkotaan yang memiliki akses jaminan sosial seperti jaminan hari tua, pensiun, ataupun asuransi lain. Kondisi ini menyiratkan bahwa masih ada pekerjaan rumah untuk mendukung kesejahteraan warga lansia di usia tua mereka.
Di tengah laju kenaikan jumlah dan persentase penduduk lansia di perkotaan, masih adanya penduduk lansia yang belum memiliki akses jaminan sosial tentu perlu memperoleh perhatian khusus. Di usia yang sudah tidak begitu produktif, sudah selayaknya penduduk lansia memperoleh berbagai akses terhadap jaminan sosial untuk menunjang kesehatan dan keberlanjutan hidup yang berkualitas. (LITBANG KOMPAS)