Batu Uji Pemda Menangani Pandemi Gelombang Ketiga
Pengalaman menghadapi gelombang Delta dan cakupan vaksinasi menjadi modal penting bagi pemerintah daerah dalam menghadapi Covid-19 galur Omicron. Mampukah pemerintah melakukannya?
Untuk pertama kalinya sejak pertengahan tahun 2021, semua provinsi di Indonesia mengalami penurunan skor Indeks Pengendalian Covid-19. Setelah melalui gelombang Delta, Covid-19 galur Omicron menjadi batu uji selanjutnya bagi pemerintah daerah dalam pengendalian pandemi.
Berhasil mengarungi gelombang pandemi pada pertengahan tahun 2021, kini Indonesia kembali diuji oleh merebaknya galur Omicron yang berdampak pada rekor baru penambahan kasus harian.
Persis seperti saat berhadapan dengan varian Delta, lonjakan kasus tidak hanya terjadi di Pulau Jawa, tetapi juga mulai menyebar ke daerah-daerah di luar Pulau Jawa.
Kenaikan kasus secara signifikan di luar Jawa salah satunya terjadi di Provinsi Sumatera Utara. Pada 15 Februari lalu, terdapat 1.444 penambahan kasus baru dalam sehari, rekor tertinggi sejak pertengahan Agustus 2021.
Sementara di Indonesia bagian timur, pada waktu yang sama lonjakan kasus salah satunya terjadi di Papua yang mencapai 1.000 kasus dalam sehari. Inilah rekor tertinggi penambahan kasus dalam setahun terakhir di tanah Papua.
Kenaikan jumlah kasus di berbagai daerah turut berdampak pada kondisi pengendalian pandemi di Indonesia. Hal ini terekam melalui Indeks Pengendalian Covid-19 atau IPC Indonesia oleh Kompas. Indeks ini merekam upaya pengendalian pandemi di setiap provinsi sejak 19 Juli 2021 berdasarkan aspek manajemen infeksi dan pengobatan.
Secara nasional, skor IPC pada 14 Februari lalu mengalami penurunan sebesar sembilan poin dari 76 pada pekan sebelumnya menjadi 67. Penurunan skor ini adalah yang terdalam sejak Indonesia berhadapan dengan varian Delta. Selain itu, skor IPC pekan ini setara dengan skor saat Indonesia berupaya menghadapi varian Delta pada awal September 2021.
Di level provinsi, semua daerah mengalami penurunan skor indeks. Dari 34 provinsi, 15 daerah mengalami penurunan skor 10 hingga 13 poin. Inilah pertama kalinya banyak daerah mengalami penurunan skor IPC yang begitu dalam sejak tahun lalu.
Kondisi ini menyiratkan bahwa setiap daerah perlu waspada agar kondisi pengendalian pandemi tidak kembali memburuk seperti saat berhadapan dengan varian Delta. Pengalaman di waktu lalu tentu memberi pelajaran untuk situasi yang dihadapi sekarang.
Provinsi Jawa Tengah menjadi daerah dengan penurunan skor IPC-19 paling tajam (minus 13 poin) dibandingkan daerah lain di Indonesia. Kecuali vaksinasi, penurunan skor ini didorong oleh memburuknya seluruh indikator pada aspek manajemen infeksi dan manajemen pengobatan.
Manajemen infeksi meliputi indikator rata-rata kasus terhadap maksimal kasus, rata-rata perbandingan jumlah kasus dengan tes yang dilakukan atau tingkat kepositifan (positivity rate), dan persentase vaksin dua dosis terhadap jumlah penduduk.
Sementara manajemen pengobatan menggunakan indikator total sembuh terhadap total kasus, rata-rata kematian terhadap total kasus, dan rata-rata tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit khusus Covid-19.
Baca juga : Antisipasi Darurat Omicron di Indonesia
Antisipasi perburukan
Jika melihat kondisi saat ini, perburukan situasi masih menjadi ancaman. Apalagi, jumlah penambahan kasus harian secara nasional masih menunjukkan tren meningkat. Bahkan, pada 16 Februari lalu penambahan kasus harian menembus angka 64.718 kasus, rekor tertinggi sepanjang pandemi.
Di satu sisi, kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi setiap daerah, khususnya daerah-daerah yang mencatatkan perburukan skor cukup dalam, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, Lampung, dan Papua.
Jika terlambat mengantisipasi, hal ini dapat berdampak pada kondisi kehidupan ekonomi masyarakat sekitar akibat pembatasan aktivitas yang harus dilakukan.
Di sisi lain, di tengah ancaman perburukan, pemerintah daerah setidaknya telah memiliki dua modal utama dalam pengendalian pandemi, yakni modal pengalaman saat berhadapan dengan varian Delta serta vaksinasi dosis lengkap yang mulai banyak diterima oleh masyarakat.
Dari sisi modal pengalaman, di tengah tingginya laju penambahan kasus yang dapat memperburuk aspek manajemen infeksi, pengendalian pandemi bisa mengandalkan aspek manajemen pengobatan.
Penambahan ruangan khusus pasien Covid-19 hingga penyediaan obat-obatan untuk menekan angka kematian dan menambah angka kesembuhan menjadi hal yang mutlak perlu dilakukan demi menjaga kualitas pengendalian pandemi saat ini.
Sayangnya, belum semua daerah siap menghadapi kondisi saat ini. Hal ini tergambar dari skor indeks pada aspek manajemen pengobatan di sejumlah daerah yang bahkan lebih rendah dibandingkan saat daerah tersebut berhadapan dengan varian Delta. Salah satu daerah yang mengalami kondisi ini adalah Provinsi Banten.
Dari skala 0-50, skor indeks pada aspek manajemen pengobatan di Banten pada 14 Februari 2022 menyentuh angka 23. Skor ini jauh lebih rendah saat Banten berhadapan dengan varian Delta pada Agustus 2021.
Selain pengalaman, modal lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk pengendalian pandemi adalah banyaknya masyarakat yang telah menerima vaksinasi dosis lengkap.
Selain Banten, situasi serupa dialami DKI Jakarta, Bali, dan Lampung. Bahkan, skor pada aspek manajemen pengobatan di DKI Jakarta pada 14 Februari 2022 menyentuh level terendah (25 dari 50) sejak Juli 2021.
Artinya, DKI Jakarta berhadapan dengan kondisi yang tidak lebih baik dibandingkan saat berhadapan dengan varian Delta. Kondisi ini menyiratkan perburukan kondisi bisa saja terjadi jika tidak ada tindakan cepat untuk memperbaiki upaya pengendalian pada aspek manajemen pengobatan.
Baca juga : Membendung Laju Virus Varian Omicron
Vaksinasi
Selain pengalaman, modal lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk pengendalian pandemi adalah banyaknya masyarakat yang telah menerima vaksinasi dosis lengkap. Hingga 16 Februari lalu, sebanyak 138,01 juta orang telah menerima vaksinasi dosis lengkap. Jumlah ini setara dengan 51,1 persen dari total populasi.
Di samping karakter varian Omicron yang cenderung tidak menimbulkan gejala seberat Delta, mulai meluasnya cakupan vaksinasi juga berdampak pada penekanan tingkat keparahan pasien Covid-19.
Sebagai perbandingan, saat berhadapan dengan varian Delta, rekor kematian di Indonesia dalam sehari mencapai 2.069 kasus pada 27 Juli 2021. Pada saat itu, baru 19,78 juta jiwa atau 7,3 persen penduduk di Indonesia yang menerima vaksinasi dosis lengkap.
Sementara pada saat menghadapi varian Omicron, hingga 17 Februari 2022 pukul 12.00 WIB, rekor kematian tertinggi tercatat sebesar 167 kasus pada 16 Februari 2022. Hingga hari itu, jumlah penerima vaksinasi dosis lengkap di Indonesia sebesar 138,01 juta atau sekitar separuh populasi.
Angka kematian bisa saja kembali meningkat jika upaya preventif dan kuratif dalam pengendalian pandemi diabaikan.
Namun, mulai banyaknya penerima vaksin Covid-19 bukanlah satu-satunya jaminan. Angka kematian bisa saja kembali meningkat jika upaya preventif dan kuratif dalam pengendalian pandemi diabaikan. Apalagi, masih cukup banyak daerah di Indonesia dengan cakupan vaksinasi yang masih rendah.
Di wilayah Indonesia timur, Papua perlu mendapat perhatian, Pasalnya, hingga 16 Februari lalu baru 27,2 persen dari populasi di Papua yang menerima vaksinasi dosis lengkap.
Sementara di bagian barat, percepatan vaksinasi perlu dilakukan di daerah Aceh yang baru memberi vaksinasi dosis lengkap bagi sepertiga penduduknya. Selain vaksinasi penguat atau booster, vaksinasi dosis lengkap menjadi hal yang tidak kalah penting untuk daerah Aceh dan Papua.
Pengalaman menghadapi gelombang Delta dan cakupan vaksinasi menjadi modal penting bagi pemerintah daerah dalam menghadapi Covid-19 galur Omicron.
Pengalaman menghadapi gelombang Delta dan cakupan vaksinasi menjadi modal penting bagi pemerintah daerah dalam menghadapi Covid-19 galur Omicron. Seharusnya skor IPC akibat varian Omicron ini tidak sampai serendah waktu varian Delta lalu.
Untuk itu, kedua modal tersebut saja tidak cukup. Perlu dibarengi dengan peran aktif masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan agar penularan Covid-19 dapat ditekan. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Memprediksi Puncak Badai Omicron di Indonesia