SEA Games Vietnam 2021 telah menjadi simbol kebangkitan Asia Tenggara dan ajang atlet muda Indonesia menampilkan kemampuan terbaik mereka.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ekspresi kegembiraan perenang Indonesia, Flairene Candrea, seusai meraih medali emas renang nomor 100 meter gaya punggung putri SEA Games Vietnam 2021 di Stadion My Dinh Water Sport, Hanoi, Vietnam, Selasa (17/5/2022). Dua perenang muda, Flairene (17) dan Masniari Wolf (16), menjadi ujung tombak tim renang Indonesia dengan menyumbang masing-masing satu emas.
Setelah tertunda karena pandemi Covid-19, pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara, SEA Games 2021, yang berpusat di Hanoi, Vietnam, akhirnya usai digelar. Dengan segala keterbatasan akibat terkungkung pandemi, lebih dari 5.000 atlet dari 11 negara bertarung menjadi yang terbaik di 40 cabang olahraga yang mempertandingkan 526 nomor.
Penyelenggaraan SEA Games 2021 memperlihatkan kekompakan negara-negara Asia Tenggara untuk bersama-sama bangkit mengatasi dampak pandemi Covid-19. Antusiasme warga Vietnam dan warga sejumlah negara yang datang ke Vietnam untuk menyaksikan para atlet berlaga memberi asa akan situasi yang lebih baik dan kembali normal.
Bagi Indonesia, penampilan para atlet muda di SEA Games 2021 memunculkan harapan untuk melihat mereka berprestasi di tingkat Asia dan dunia. Diperkuat 499 atlet, yang oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga diklaim lebih dari separuhnya adalah atlet muda, mereka mampu mengoleksi 69 emas, 91 perak, dan 81 perunggu, hanya tertinggal dari tuan rumah Vietnam dan Thailand.
KOMPAS/KELVIN HIANUSA
Pebasket debutan tim nasional bola basket Indonesia, Derrick Michael Xzavierro (kanan), menangis haru setelah mengantar Indonesia menjadi juara SEA Games Vietnam 2021 di Thanh Tri Indoor Stadium, Hanoi, Minggu (22/5/2022).
Jumlah 499 atlet adalah kontingen SEA Games terkecil Indonesia dalam satu dekade terakhir. Namun, perjuangan mereka mampu menempatkan Indonesia di posisi ketiga, yang menjadi hasil terbaik sejak Naypyidaw 2013. Hal ini memperlihatkan, langkah untuk hanya memberangkatkan atlet dan cabang olahraga yang berpotensi, dan menjadikan SEA Games sebagai batu loncatan menuju prestasi yang lebih tinggi sesuai Desain Besar Olahraga Nasional, berada di jalur yang benar.
Tanpa program latihan dan pendanaan yang kontinu, bibit atlet muda ini tak akan bisa mencapai potensi terbaik mereka.
Hasil yang dicapai atlet muda, termasuk para debutan, memang membangun asa. Alih-alih perenang senior yang telah bertahun-tahun menghuni pelatnas, dua medali emas cabang renang justru diperoleh dua perenang putri berusia 16 dan 17 tahun, yakni Masniari Wolf dan Flairene Candrea. Di cabang wushu, muncul nama Alisya Mellynar (20) yang meraih medali emas nomor taolu taijiquan.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Aksi atlet wushu Indonesia, Alisya Mellynar. pada nomor taolu taijiquan cabang wushu SEA Games Vietnam 2021 di Cau Giay Gymnasium, Hanoi, Vietnam, Sabtu (14/5/2022).
Cabang angkat besi yang tak henti mengharumkan nama Indonesia di Olimpiade menelurkan Muhammad Zul Ilmi, peraih emas kelas 89 kilogram putra. Peran pebasket jangkung Derrick Michael Xzavierro (19) juga tak kalah penting membantu tim bola basket putra Indonesia meraih medali emas untuk pertama kali dalam sejarah SEA Games.
Bulu tangkis yang selalu menjadi andalan Indonesia di Olimpiade, memiliki pasukan muda ganda putra yang mulai teruji dan beberapa tunggal putri yang menjanjikan, salah satunya Putri Kusuma Wardani (19). Cabang menembak juga melahirkan Dewi Laila Mubarokah (23) yang meraih medali emas 10 meter senapan angin putri.
HUMAS PP PBSI
Tunggal putri Indonesia, Putri Kusuma Wardani, mengepalkan tangan seusai meraih poin saat melawan pemain Thailand peringkat ke-10 dunia, Pornpawee Chochuwong, pada laga semifinal bulu tangkis SEA Games Vietnam 2021 di Bac Giang Gymnasium, Sabtu (21/5/2022). Putri kalah 16-21, 9-21 dan harus puas dengan medali perunggu.
Namun, asa ini akan padam jika tak ada kebijakan yang jelas dari pemangku kebijakan. Pembinaan dan latihan harus dilakukan dengan kontinu, tanpa terhambat kebijakan anggaran yang hanya turun jika akan mengikuti ajang muticabang. Atlet juga harus mendapat kesempatan seluasnya untuk mengikuti turnamen internasional untuk menguji kemampuan dan belajar dari kelebihan atlet dunia.
Terkait pendanaan, pengurus cabang dan pemerintah perlu bekerja sama mencarikan sponsor atau beasiswa sekolah yang bisa mendukung atlet untuk mengikuti pertandingan seluas mungkin. Tanpa program latihan dan pendanaan yang kontinu, bibit atlet muda ini tak akan bisa mencapai potensi terbaik mereka.