Bank Indonesia perlu berhati-hati ketika hendak menaikkan suku bunga acuan. Di sisi lain, pemerintah perlu melanjutkan insentif dan mendengarkan aspirasi politik mereka di tengah situasi yang tidak menguntungkan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kelas menengah menjadi tumpuan di dalam pertumbuhan ekonomi. Mereka mempunyai pengaruh yang kuat dalam konsumsi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2022 sebesar 5,01 persen secara tahunan. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,43 persen secara tahunan dan 0,19 persen secara triwulanan. Kontribusinya terhadap produk domestik bruto sebesar 53,56 persen.Geliat konsumsi atau belanja pada masa Ramadhan-Lebaran 2022 akan mengungkit pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2022. Hal itu terindikasi dari indeks belanja sepanjang Ramadhan 2022 yang tumbuh 31 persen menjadi 179,4, jauh di atas ambang batas indeks yang sebesar 100.Vice President for Industry and Regional Research Office of Enonomist Group PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani, Kamis (12/5/2022), mengatakan, kenaikan indeks belanja Ramadhan 2022 terjadi di semua kelompok penghasilan. Masyarakat berpenghasilan menengah berbelanja paling tinggi (Kompas, 13/5/2022).
Dalam konteks ini, maka pemerintah perlu mengelola potensi dan kekuatan kelas menengah. Ada beberapa kriteria tentang kelas menengah. Salah satunya adalah mereka yang mengeluarkan 2 dollar AS-20 dollar AS per hari. Apabila patokan ini yang dipakai, maka jumlah kelas menengah di Indonesia sekitar 100 juta jiwa.
Melihat proporsi yang besar, maka kelas menengah merupakan sebuah kekuatan yang signifikan. Langkah yang bisa dilakukan pemerintah adalah memberikan keyakinan atau setidaknya sinyal kepada mereka bahwa pemerintah telah mengambil langkah tepat dalam mengelola ekonomi bersama otoritas keuangan lainnya. Sinyal ini dibutuhkan agar mereka tetap percaya diri dalam menghadapi sejumlah masalah sebagai akibat dari kenaikan harga pangan, kenaikan harga energi, penanganan pandemi, dan perang di Ukraina.
Apabila kita bertanya di sekitar kita, maka kelompok kelas menengah ini sebenarnya masih melakukan aktivitas konsumsi dengan berbelanja. Meski demikian, mereka sebenarnya sudah mulai ancang-ancang untuk mengerem karena harga-harga dirasa mulai mengalami kenaikan.
Apabila pemerintah salah memberi sinyal, mereka akan langsung panik dan semakin memunculkan ketidakpastian. Implikasinya bisa sangat luas. Salah satunya konsumsi kelas menengah akan anjlok. Untuk itu, pemerintah dan otoritas moneter lebih berhati-hati mengambil kebijakan. Bank Indonesia perlu berhati-hati ketika hendak menaikkan suku bunga acuan. Di sisi lain, pemerintah perlu melanjutkan insentif dan perlu mendengarkan aspirasi politik mereka di tengah situasi yang tidak menguntungkan.
Semua upaya itu pada intinya adalah mengelola kelas menengah secara hati-hati dan tenang. Mereka bisa diajak untuk bertindak, tetapi pemerintah sebaiknya tidak melakukan langkah blunder.