Persaingan besar tengah terjadi di Asia Pasifik. Persoalannya, bagaimana kita mengelolanya agar tidak pecah menjadi konflik bersenjata yang ujungnya tak menentu.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Pakta Keamanan antara China dan Kepulauan Solomon memicu ”kepanikan” Amerika Serikat dan sekutunya. Adu pengaruh kekuatan besar terus berlangsung.
Situasi mutakhir itu menegaskan, saat ini merupakan era Asia Pasifik, seperti yang berulang kali disampaikan para ahli geopolitik. Selain ditandai dengan kontribusinya terhadap ekonomi global yang kian besar, era Asia Pasifik juga diindikasikan dengan tampilnya kawasan itu sebagai sumber titik konflik utama di dunia.
Ukraina mudah dikenali sebagai titik konflik penting sekarang. Gara-gara pertempuran di Ukraina, harga komoditas melambung tinggi. Negara-negara di berbagai belahan dunia sibuk mengatasinya.
Namun, kemunculan China sebagai kekuatan besar baru yang dapat menyaingi Amerika Serikat (AS) membuat titik konflik sesungguhnya berada di Asia Pasifik. Klaim teritorial di Laut China Selatan yang memperhadapkan China dengan sejumlah negara ASEAN menjadi sinyal kuat betapa perairan ini sangat penting. Bagi China, laut itu krusial untuk memastikan keandalan pertahanan negara. Pergerakan pesawat dan kapal militer serta armada kapal selam asing dapat ditangkal jika Laut China Selatan di bawah kendali Beijing.
Hal ini dinilai mengancam prinsip kebebasan berlayar. AS dengan mengusung hendak membela prinsip kebebasan berlayar berulang kali mengirim pesawat dan kapal militer ke perairan Laut China Selatan yang sebagian besar diklaim oleh Beijing. Pentingnya aspek geografis di tengah dinamika persaingan AS-China muncul pula dalam Pakta atau Kesepakatan Keamanan Kepulauan Solomon-China. Dilaporkan, salah satu klausul kesepakatan memungkinkan China untuk mengirim petugas keamanan ke Solomon.
AS, Australia, dan Selandia Baru gusar. Pejabat tinggi mereka segera berkomunikasi dengan pemimpin Solomon dan meminta pakta dibatalkan. Di sisi lain, pemimpin Solomon meminta pihak asing menghormati kepentingan negara itu, sekaligus menegaskan, pakta tidak mengancam negara lain.
Solomon menempati posisi strategis. Berada di timur laut Australia, wilayah Solomon berada tak jauh dari jalur laut Pasifik yang menghubungkan Australia, AS, dan Jepang. Pada masa Perang Dunia II terjadi pertempuran besar di Guadalcanal, salah satu pulau di Solomon, untuk memastikan titik strategis itu dikuasai sekutu. Sekarang, arti strategis Solomon tak berkurang di tengah rencana Australia membangun pangkalan kapal selam nuklir lewat skema AUKUS.
China menyebut Barat merespons berlebihan kerja sama China-Solomon yang bertujuan demi kesejahteraan bersama. Namun, siapa pun tak bisa menutup mata bahwa persaingan besar tengah terjadi di Asia Pasifik. Kenyataan ini patut menjadi perhatian, termasuk oleh Indonesia. Persaingan merupakan keniscayaan. Persoalannya, bagaimana kita mengelolanya agar tidak pecah menjadi konflik bersenjata yang ujungnya tak menentu.