Umat Islam di Indonesia dengan sukacita menyambut Ramadhan 1443 Hijriah. Selain sebagai ritual ibadah, momen ini diharapkan dapat menyuntikkan energi positif bagi bangsa Indonesia yang dirundung berbagai masalah.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Umat Islam di dunia, termasuk di Indonesia, menyambut Ramadhan tahun 2022. Momen spiritual ini diharapkan memberikan keteduhan bagi bangsa.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, di Jakarta, Jumat (1/4/2022) sore, menyampaikan, 1 Ramadhan 1443 Hijriah di Indonesia jatuh pada Minggu (3/4/2022). Keputusan diambil melalui sidang isbat yang antara lain diikuti pejabat terkait, Komisi VIII DPR, perwakilan organisasi Islam, dan pakar astronomi.
Keputusan itu sejalan dengan ketetapan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Sebelumnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan jatuh pada Sabtu (2/4/2022). Terjadi perbedaan pandangan terkait kapan umat Islam di Tanah Air mulai berpuasa. Sebagian memulai puasa pada Sabtu, sebagian lainnya pada Minggu.
Bukan pertama kali ini terjadi ketidakseragaman dalam mengawali Ramadhan. Sejauh ini, umat Islam terbiasa menerima dan menghargai satu sama lain. Puasa dan Lebaran berjalan baik dalam suasana rukun. Toleransi yang patut diapresiasi dan semoga terus mewujud sampai ke akar rumput.
Puasa tahun 2022 berlangsung di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang masih dirundung berbagai masalah. Hingga kini, pandemi Covid-19 belum usai meskipun jumlah kasusnya telah melandai. Perang Rusia-Ukraina, yang diikuti perang energi global, memicu kenaikan harga minyak mentah dunia. Di Tanah Air, harga Pertamax pun naik. Harga minyak goreng juga masih tinggi. Semua pihak tengah bekerja keras untuk memulihkan ekonomi pascapandemi.
Saat bersamaan, jagat politik diwarnai beberapa polemik. Salah satunya soal penundaan pemilu serta wacana jabatan presiden tiga periode. Sebagian elite politik beradu narasi sesuai kepentingan individu, partai, atau kelompoknya. Suasana agak gaduh.
Dalam suasana demikian, puasa diharapkan memberikan energi meneduhkan. Banyak literatur menyebutkan, hakikat puasa(shaum)adalah menahan diri (imsak). Dengan tidak makan-minum selama seharian, orang dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu. Jika khusyuk berpuasa, seseorang akan dapat mengelola hati, pikiran, ucapan, dan seluruh perilakunya sehingga menjadi lebih positif, produktif, dan bermanfaat bagi sesama dan kehidupan.
Semangat ritual keagamaan ini patut juga dirembeskan dalam kehidupan bangsa. Dalam momen puasa, semua elemen bangsa diharapkan mau lebih jernih dalam melihat berbagai persoalan, mencermati duduk perkaranya, dan bersama-sama mencari solusi terbaik. Terbaik tidak hanya sesuai dengan kepentingan diri atau kelompok, tetapi terutama bagi kebaikan bangsa Indonesia yang majemuk ini.
Elite politik patut tampil sebagai teladan dalam memanfaatkan amanat jabatan untuk sebesar-besarnya kemaslahatan rakyat. Bagaimanapun, kekuasaan yang diberikan rakyat melalui pemilu itu memiliki takaran waktu sesuai konstitusi dan prinsip demokrasi yang disepakati.
Kita berharap umat Islam dapat menjalankan ibadah puasa sebulan penuh dan kehidupan bangsa semakin teduh.