Potensi darurat energi di Uni Eropa (UE) tetap bisa menjadi nyata. Hal ini bergantung pada sikap UE, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Uni Eropa belum menghadapi darurat energi, baru sekadar potensi. Sejauh ini aliran migas, terutama gas, dari Rusia ke Uni Eropa masih seperti biasa.
Sejauh ini yang terjadi adalah kenaikan harga minyak mentah di atas 101 dollar AS per barel dan gas di atas 3 dollar AS per galon. Kenaikan harga terjadi termasuk karena reaksi pasar terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Adalah hal biasa harga migas naik jika ada nuansa perang, apalagi menyangkut Rusia sebagai salah satu pemilik cadangan migas terbesar dunia.
Potensi darurat energi di Uni Eropa (UE) tetap bisa menjadi nyata. Hal ini bergantung pada sikap UE, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dan Amerika Serikat (AS) terhadap Rusia. UE dan AS menyusun 11 langkah untuk mengurangi ketergantungan pada Rusia. Sebelas langkah ini tidak masalah karena bagus juga untuk menghindari ketergantungan energi pada Rusia dengan pelaksanaan sekitar 10 tahun. Isinya, antara lain, memperdalam efisiensi energi, inovasi energi terbarukan, hingga mencari alternatif energi di luar Rusia.
Akan tetapi, situasi darurat bisa muncul kalau UE dan AS terus bersikap memusuhi Rusia. Hal ini terkait pada seberapa keras sanksi dari UE ke Rusia, termasuk keharusan Rusia untuk menerima pembayaran dengan mata uang non-rubel. Rusia menekankan pembayaran harus dalam mata uang rubel jika sikap bermusuhan terjadi. Rusia terbuka juga untuk menerima pembayaran di luar rubel, seperti dikatakan Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov pada 30 Maret lalu.
Potensi darurat energi paling mungkin terjadi jikalau UE menghentikan impor migas dari Rusia. Jika ini terjadi, efeknya bukan hanya ke Eropa, melainkan ke seluruh dunia, seperti dekade 1970-an saat perang Arab-Israel terjadi.
Jika ini terjadi, efeknya bukan hanya ke Eropa, melainkan ke seluruh dunia, seperti dekade 1970-an saat perang Arab-Israel terjadi.
Masalahnya, UE adalah pengimpor neto energi setara 909,1 juta ton minyak (Mtoe). UE hanya mampu memproduksi migas setara 617,52 Mtoe. Khusus untuk gas, UE mengimpor 155 miliar meter kubik gas alam dari Rusia atau 45 persen dari total impor UE pada 2021. Jika impor gas ini dihentikan, darurat energi dengan efek global bisa terwujud.
Inggris, Belanda, dan Jerman tidak mengambil pilihan ini. Rusia menyatakan tidak akan bertindak gegabah dan tetap memenuhi kontrak ekspor migas, seperti dikatakan Nikolai Kobrinets, Direktur Kerja Sama Eropa di Kementerian Rusia, 12 Maret lalu. Sanksi Barat terhadap Rusia disusun secara berhati-hati untuk mencegah embargo (CNBC, 8/3/2022).
Emosi tinggi dan langkah geopolitik yang terpeleset memungkinkan UE mengalami darurat. Untuk mencegah langkah yang terpeleset, pada 5 Maret lalu Robert H Wade, Profesor Ekonomi Politik Global dari London School of Economics, menyatakan agar UE, NATO, dan AS memahami akar invasi Rusia ke Ukraina, yang bernuansa geopolitik. Akar invasi adalah penisbian harkat Rusia. Ia meminta UE dan AS belajar dari kesalahan Traktat Versailles yang melahirkan Perang Dunia II, dan mendengarkan nasihat pakar, termasuk George F Kennan (AS), agar berhati-hati menghadapi Rusia.