Dunia saat ini menanti bagaimana Rusia dan Ukraina menyelesaikan perbedaan di antara mereka tanpa harus menyebabkan korban jiwa terus berjatuhan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Serangan militer Rusia terhadap Ukraina menuai kecaman dari banyak pihak. Di tengah tekanan agar Rusia menghentikan operasi militer, negosiasi pun dimulai.
Perundingan pertama antara Rusia dan Ukraina berlangsung di perbatasan Belarus-Ukraina pada Senin (28/2/2022). Penasihat Presiden Vladimir Putin, Vladimir Medinsky, memimpin delegasi Rusia. Delegasi Ukraina dipimpin Menteri Pertahanan Alexey Reznikov.
Tidak ada hasil konkret dari pertemuan pertama. Ukraina dikabarkan menuntut penghentian total serangan dan penarikan mundur seluruh kekuatan militer Rusia. Di sisi lain, Rusia berada pada posisi untuk terus melakukan demiliterisasi pada Ukraina dan memastikan negara itu netral. Tidak mudah mempertemukan kedua kepentingan tersebut.
Bagi Rusia, kehadiran militernya di Ukraina tak terhindarkan. Ukraina, yang selama ini dinilai sangat pro-Barat dan mengancam langsung eksistensi Rusia, perlu ditekan agar mau mengubah sikap. Jika sampai terjadi penumpukan aset militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Ukraina dan seandainya Ukraina bergabung dengan organisasi itu, keberadaan Rusia sungguh terancam. Sebaliknya, Ukraina sebagai negara berdaulat tidak mau wilayahnya dimasuki militer asing. Serangan terhadap negara merdeka dan berdaulat sulit diterima siapa pun. Tindakan itu secara prinsip jelas tak dibenarkan.
Perbedaan tajam di antara Rusia dan Ukraina bukan berarti keduanya mengemohi meja perundingan. Meskipun pertemuan pertama tidak memberikan hasil konkret, kedua pihak menyiapkan pembicaraan kedua. Ukraina dan Rusia rasanya sama-sama tak ingin perang berlarut-larut.
Hal itu memberikan harapan bagi banyak negara di dunia mengingat dampak konflik bersenjata di Ukraina begitu menyakitkan. Harga energi melejit. Rakyat di banyak negara, termasuk Indonesia, menanggung harga bahan bakar yang tinggi. Optimisme di bidang ekonomi di tengah menurunnya keparahan akibat Covid-19 harus pupus. Ada beban berat keuangan yang harus ditanggung banyak pemerintahan.
Khusus bagi Rusia, tekanan dari banyak pihak di bidang ekonomi, keuangan, dan perdagangan gara-gara operasi militer di Ukraina tidak dapat diabaikan. Perusahaan negara itu kesulitan bertransaksi. Bisnis berhenti akibat langkah perusahaan Barat yang keluar dari kongsi. Rubel dan pasar saham Rusia anjlok. Ukraina pun tak bisa berlama-lama menanggung serangan. Kehancuran infrastruktur militer dan sipil menyengsarakan rakyat. Belum lagi, lebih dari 600.000 penduduk Ukraina telah mengungsi.
Konflik bersenjata di Ukraina tidak bisa berlarut-larut. Rusia harus mau bersikap lebih terbuka terhadap tetangganya. Dialog yang mengutamakan kepentingan bersama hanya dapat terwujud jika sikap saling menghormati dominan. Dunia saat ini menanti bagaimana kedua negara bertetangga itu menyelesaikan perbedaan di antara mereka tanpa harus menyebabkan korban jiwa terus berjatuhan.