Selama ini kita melihat tempe dan tahu kedelai sebagai sumber protein murah. Namun, kita perlu memperhitungkan lagi dengan cermat, apakah ke depan kedelai tetap akan murah.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Setelah minyak goreng sempat hilang dari penjualan eceran, kini tahu dan tempe menjadi langka. Kita perlu strategi pangan untuk menghadapi perubahan.
Perajin tahu dan tempe di sejumlah tempat bersama-sama berhenti produksi selama tiga hari. Mereka memprotes kenaikan harga kedelai hingga hampir 50 persen, dari Rp 8.000-an menjadi Rp 12.000 per kilogram. Kenaikan harga ini mengancam keberlangsungan usaha banyak perajin. Perajin tahu dan tempe menginginkan pemerintah menurunkan harga kedelai, menstabilkan harga, dan menangani tata niaga kedelai.
Naiknya harga kedelai terjadi dari waktu ke waktu, tergantung dari pasokan dan nilai tukar rupiah. Saat ini sekitar 80 persen kebutuhan kedelai dipasok melalui impor.
Menghadapi kenaikan harga kedelai dan bahan pangan lain saat ini kita memerlukan strategi baru pangan. Banyak perubahan terjadi beberapa waktu terakhir. Perubahan iklim mengubah pola produksi pangan, termasuk kedelai. Pandemi Covid-19 menyebabkan kendala logistik. Jumlah penduduk terus bertambah meningkatkan kebutuhan pangan. Ke depan kita harus bersiap menghadapi kenyataan harga pangan tidak bisa murah lagi.
Pangan berkualitas tetap harus tersedia dan dapat diakses masyarakat, sebab kita ingin membangun sumber daya manusia. Dalam hal kedelai sebagai sumber protein nabati, kita memiliki pilihan terus bergantung pada impor, memproduksi sendiri kedelai di dalam negeri, atau meragamkan sumber protein kita. Selama ini kita melihat tempe dan tahu kedelai sebagai sumber protein murah. Namun, kita perlu memperhitungkan lagi dengan cermat, apakah ke depan kedelai tetap akan murah dan terjamin pasokannya mengingat ketergantungan yang tinggi pada impor.
Solusi jangka pendek adalah mengatasi kenaikan dan gejolak harga kedelai melalui campur tangan pemerintah langsung. Meskipun demikian, besar kemungkinan harga tahu dan tempe berbahan kedelai sulit menjadi murah.
Namun, kita punya pilihan lain. Mahalnya harga kedelai adalah peluang mengembangkan sumber protein lain yang lebih mudah diakses masyarakat setempat serta menumbuhkan agroindustri pangan lokal. Negara kita luas dan memiliki aneka ragam sumber protein hewani dan nabati, mulai dari telur ayam, ikan laut dan ikan darat, hasil tambak, unggas, serta kacang-kacangan lokal. Selain itu, mendorong konsumsi pangan lokal juga memberi manfaat lain, yaitu menumbuhkan ekonomi perdesaan.
Cara lain, mengembangkan tahu dan tempe nonkedelai, meskipun memerlukan waktu mengubah selera masyarakat, serta mengembangkan teknologi pangan. Bila ingin tetap mengonsumsi tempe-tahu kedelai, kita harus konsisten menghasilkan varietas kedelai lokal dengan produktivitas tinggi.
Menjadi tugas dan tanggung jawab Badan Pangan Nasional, yaitu bukan hanya menjaga stabilitas harga komoditas pangan, tetapi merumuskan strategi dan kebijakan pangan nasional.