Dominasi Eropa sebagai kiblat sepak bola dunia makin kukuh seiring tampilnya Chelsea sebagai juara dunia klub 2021. Di sisi lain, pamor Amerika Latin meredup.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Sejak perdana digelar di Brasil pada 2000, sudah 18 kali Piala Dunia Klub digelar hingga Februari 2022. Dari 18 pergelaran itu, klub-klub Eropa memenangi 14 gelar, menyisakan empat gelar juara bagi klub Amerika Selatan.
Keempat trofi juara klub Amerika Latin itu kebetulan semua diraih klub Brasil, yakni Corinthians pada 2000 dan 2012, Sao Paulo (2005), dan Internacional pada 2006. Selebihnya, dari 14 gelar klub Eropa, yang terbanyak klub Spanyol, Real Madrid, yang juara empat kali (2014, 2016, 2017, 2018), disusul sesama klub Spanyol, Barcelona, yang tiga kali menjadi kampiun, pada 2009, 2011, dan 2015.
Dari 18 pergelaran itu, klub-klub Eropa memenangi 14 gelar, menyisakan empat gelar juara bagi klub Amerika Selatan.
Selain kedua klub Spanyol itu, klub Eropa yang pernah juara meliputi Bayern Muenchen (Jerman) pada 2013 dan 2020, lantas AC Milan (Italia, 2007), Inter Milan (Italia, 2010), Manchester United (Inggris, 2008), Liverpool (Inggris, 2019), dan klub Inggris, Chelsea, sebagai juara dunia 2021.
Piala Dunia Klub ibarat metamorfosis Piala Toyota atau Piala Interkontinental, yang diinisiasi Asosiasi Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) dan Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan (CONMEBOL). Ajang ini mempertemukan dua juara, yakni juara Liga Champions Eropa dan juara Copa Libertadores (kompetisi antarklub Amerika Latin).
Dalam kurun waktu tertentu, tim-tim Amerika Selatan mendominasi. Sebut saja pada 1979 hingga 1984. Dalam enam tahun itu, klub Amerika Selatan selalu juara, yakni Olimpia (Paraguay) pada 1979, Nacional (Uruguay, 1980), Flamengo (Brasil, 1981), Penarol (Uruguay, 1982), Gremio (Brasil, 1983), dan Independiente (Argentina, 1984).
Setelah itu tim-tim Amerika Latin tak lagi mendominasi.
Seiring waktu, klub-klub Eropa mengimbangi dan bahkan kini mendominasi persaingan dengan klub-klub Amerika Selatan, yang banyak diwakili Brasil dan Argentina.
Dominasi klub Eropa dilatarbelakangi sejumlah faktor. Pertama, manajemen klub yang jauh lebih profesional. Karena itu, talenta-talenta hebat di liga-liga terkemuka Eropa, seperti Jerman, Italia, Spanyol, Perancis, dan Inggris, terpoles oleh profesionalisme klub, juga profesionalisme liga. Salah satu tolok ukur profesionalisme itu tak lain penerapan ilmu pengetahuan keolahragaan (sport science).
Kedua, liga secara profesional menghadirkan kompetisi dengan persaingan terketat di dunia, dengan kapital yang bergulir pun amat besar. Tak heran, pemain-pemain terbaik dunia menuju Liga Inggris, Liga Spanyol, dan Liga Italia, serta liga-liga lain di Eropa, karena penghasilan menjanjikan. Termasuk, pesepak bola asal Amerika Selatan. Di Chelsea yang juara dunia klub, misalnya, bek andalan mereka Thiago Silva asal Brasil.
Wajar jika daftar klub-klub sepak bola terkaya di dunia didominasi klub Eropa. Daftar penghasilan klub terbitan majalah Forbes menyebutkan, 20 klub terkaya di dunia semua dari Eropa. Dari Barcelona di posisi pertama hingga Ajax Amsterdam (Belanda) di tangga ke-20.
Klub-klub Amerika Latin perlu segera berbenah. Kini, di era mahadata, tak bisa hanya mengandalkan talenta pemain. Bakat-bakat kelas dunia juga harus dilatih, dipoles, dan dikembangkan dengan benar supaya benar-benar tampil sebagai bintang kelas dunia.