Saat ini, kita tengah menghadapi masa-masa sulit akibat pandemi. Seruan Presiden Joko Widodo untuk terus mengembangkan toleransi menjadi kian relevan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Presiden Joko Widodo menyampaikan pesan tersebut saat memberikan sambutan secara virtual pada perayaan Imlek 2573 Tingkat Nasional, Sabtu (5/2/2022).
Toleransi adalah sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat, pandangan, dan kepercayaan antarsesama manusia yang boleh jadi bertentangan dengan diri sendiri. Dalam bahasa Latin, tolerare, berarti sabar dan menahan diri. Karena itu, sikap toleran pun kerap menuntut kesabaran, bahkan pengekangan diri untuk tidak mudah melakukan penghakiman, apalagi merendahkan pihak lain.
Dalam kehidupan beragama, sikap toleran menjadi penting. Kehidupan beragama apabila dimaknai secara sempit dan dangkal justru dapat melahirkan sikap intoleransi. Antarumat beragama bukan saling menyatukan, tetapi malah mengotak-ngotakkan. Bukannya mendorong untuk saling mengasihi dan membantu, tetapi sebaliknya menjadi saling membenci dan memusuhi. Agama yang sejatinya melahirkan perdamaian akhirnya justru memicu konflik dan peperangan.
Baca juga:
Kelenteng Talang Cirebon, dari Masjid hingga Simbol Toleransi
Toleransi sesungguhnya juga merupakan warisan budaya adiluhung bangsa Indonesia yang sudah berabad-abad mengakar di negeri ini.
Bhinneka Tunggal Ika yang diusulkan Mohammad Yamin kepada Presiden Soekarno di sela-sela sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan kemudian ditetapkan menjadi semboyan negara pada 17 Oktober 1951 adalah titik kulminasinya.
Seabad sebelumnya, 1851, semboyan Bhinneka Tunggal Ika ini ditulis Empu Tantular dalam kakawin Sutasoma. Tulisan bahasa Jawa Kuno beraksara Bali itu mengajarkan makna toleransi antarumat beragama yang dianut pemeluk agama Hindu dan Buddha dalam menciptakan kerukunan di antara rakyat Majapahit dalam kehidupan beragama.
Sebagai bangsa, kita terkadang lupa atau kurang menghargai warisan budaya negeri sendiri, yang di banyak negara justru kerap dikagumi sebagai sebuah kekuatan bangsa Indonesia.
Karena itu, upaya Presiden dan Kementerian Agama terus merawat dan menyuburkan toleransi patut diapresiasi.
Baca juga:
Menelisik Tingkat Toleransi di Indonesia
Uni Emirat Arab bahkan dengan sangat bangga menyatakan diri sebagai negara paling toleran di dunia. Mereka pun gencar mengampanyekan keberhasilan negerinya tersebut. Buku berjudul Celebrating Tolerance, Religious Diversity in The United Arab Emirates karya Andre Thompson adalah salah satunya. Buku itu mengisahkan keragaman agama di sana, mulai dari Islam, Armenian, Komunitas Bahai, agama Buddha, hingga Hindu yang hidup berdampingan. ”UEA is a land of a tolerance, charity, and peace,” mereka bangga.
Pandemi Covid-19 pun menyadarkan kita semua bahwa siapa pun kita, terlepas dari agama, kepercayaan, dan keyakinan, semuanya bisa terinfeksi, bahkan terenggut jiwa. Ini saatnya umat manusia saling menghargai dan membantu.