Gelar Liga Champions ke-14 bagi Real Madrid atau ”Decimocuarta” menempatkan Carlo Ancelotti sebagai pelatih Italia tersukses di Eropa. Tidak ada juru taktik lain yang bisa merengkuh empat trofi ”Si Kuping Besar”.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
Gelar Liga Champions ke-14 bagi Real Madrid atau Decimocuarta menempatkan Carlo Ancelotti sebagai pelatih Italia tersukses di Eropa. Tidak ada juru taktik lain yang bisa merengkuh empat trofi ”Si Kuping Besar”, lambang supremasi di kompetisi antarjuara Eropa itu.
Ancelotti memang bukan sosok revolusioner dalam sepak bola Italia, seperti Arrigo Sacchi yang mengeluarkan calcio dari kesan permainan bertahan. Akan tetapi, pelatih berjuluk ”Don Carlo” itu telah membuktikan dirinya lebih baik dari Sacchi, sang senior dan mentor. Pasalnya, Sacchi hanya meraih dua gelar Liga Champions.
Dari pendekatan melatih, Ancelotti lebih menyerupai pelatih Italia kebanyakan yang mengedepankan taktik dan cenderung pragmatis alias mementingkan hasil di atas permainan indah. Tiga pelatih Italia lain yang pernah mempersembahkan trofi Si Kuping Besar untuk tim asuhannya juga berpegang pada prinsip itu, seperti Nereo Rocco, Giovanni Trapattoni, dan Marcelo Lippi.
Hanya saja, Ancelotti jauh lebih baik dari empat pelatih legendaris itu. Berbeda dengan empat seniornya itu yang cuma bisa menjadi juara Eropa bersama tim Italia, Don Carlo telah memberikan dua gelar Eropa untuk Real Madrid, raksasa Spanyol. Adapun dua gelar lainnya ia raih ketika menangani AC Milan.
”Dengan bermain baik, Anda memiliki kesempatan menang lebih baik, tetapi Anda tidak bisa mengontrol segalanya di sepak bola. Saya ingat semua partai final Liga Champions, sulit menerima kenyataan ketika satu-satunya tim saya memainkan sepak bola terbaik justru menjadi satu-satunya kekalahan yang saya terima (AC Milan vs Liverpool di final 2005),” kata Ancelotti seusai merayakan gelar Liga Champions bersama Real di Stadion Bernabeu, Spanyol, Minggu (29/5/2022), dilansir Marca.
Gelar Liga Champions kedua bersama Real adalah titel ke-22 selama 26 tahun Ancelotti terjun di dunia kepelatihan. Secara akumulasi, ia telah menjalani 1.184 laga sebagai pelatih dengan persentase kemenangan mencapai 66 persen. Artinya, ia mencatatkan 702 kemenangan sebagai juru taktik di 11 klub yang tersebar di lima liga terbaik Eropa.
Dalam filosofi sepak bolanya, Ancelotti selalu memiliki banyak rencana di setiap pertandingan. Namun, lanjutnya, rencana itu tidak terpaku pada sistem permainan tertentu.
Ia mengakui tidak terlalu menyukai timnya banyak menguasai bola. Hal itu tecermin jelas dari rerata penguasaan bola ”Los Blancos” yang hanya 50,4 persen di Liga Champions musim ini. Jumlah itu amat jauh dari koleksi tiga tim Inggris yang Real kalahkan, yaitu Chelsea, Manchester City, dan Liverpool, yang mencatatkan rerata penguasaan bola sekitar 59 persen.
”Ketika Anda menguasai bola, Anda memiliki lebih banyak masalah karena ada kerumitan dalam mengkreasikan peluang. Maka itu, bagi saya, lebih baik menghancurkan (serangan lawan) karena itu membutuhkan organisasi dan disiplin yang bisa diajarkan kepada semua orang,” ucap Ancelotti dalam bukunya bertajuk Quiet Leadership: Winning Hearts, Minds, and Matches (2016).
Meski mengutamakan hasil, Ancelotti bukan pelatih yang monoton. Ia bisa menghadirkan revolusi taktik yang menyesuaikan pemain di dalam skuad.
Ketika menangani Milan, Ancelotti dikenal dengan taktik ”pohon natal” atau 4-3-2-1. Kemudian, ia rela menggunakan taktik 4-3-3 di periode pertamanya bersama Real pada 2013 hingga 2015. Padahal, ia belum pernah menerapkan formasi itu di enam klub sebelum berlabuh di ibu kota Spanyol.
”Saya belum pernah memainkan sistem 4-3-3, tetapi saya mencoba itu agar Cristiano (Ronaldo) bisa bermain di posisi yang sesuai dengan talentanya. Sebab, terpenting, saya harus mencari cara untuk memaksimalkan talenta setiap pemain demi meningkatkan tim,” kata Ancelotti yang menjadi satu-satunya pelatih yang pernah memuncaki lima liga top Eropa.
Karim Benzema, penyerang Real, mengakui Ancelotti adalah pelatih yang bisa menghadirkan mental juara sekaligus membantu pemain mengeluarkan kemampuan terbaik.
”Seluruh prestasi kami musim ini tidak lepas dari pengaruh Carlo (Ancelotti). Ia pelatih terbaik di dunia dan dengan kehadirannya di sisi kami, capaian musim ini bisa terwujud,” kata Benzema dikutip laman UEFA.
Pada musim ini, Benzema mencatatkan produktivitas terbaik dalam kariernya. Ia menghasilkan 44 gol dari 46 laga bersama Real. Catatan gol itu membantu Real meraih trofi Liga Spanyol, Liga Champions, dan Piala Super Spanyol.
Jaga sikap
Don Carlo lahir di kota kecil, Reggiolo, yang masuk bagian Provinsi Reggio Emilia yang berada di Italia bagian utara. Sifat masyarakat Reggiolo yang pekerja keras dan tidak banyak bicara terwujud jelas dari watak Ancelotti selama 16 tahun sejak berkarier sebagai pemain hingga beralih menjadi pelatih.
Pelatih berusia 62 tahun itu lebih dikenal sebagai sosok yang sunyi. Jarang sekali ia berteriak memberikan instruksi kepada pemainnya. Ia tidak suka pula mengeluarkan emosi berlebihan untuk merayakan gol timnya.
Ancelotti menuturkan, itu adalah watak yang diajarkan oleh keluarganya. Menurut dia, menjaga sikap itu jauh lebih baik ketimbang menjadi sosok yang terlalu mudah emosional.
”Dalam beberapa kesempatan, Anda mungkin bisa berperilaku buruk dan menang atau berperilaku baik dan kalah. Namun, Anda akan memenangkan lebih banyak pertandingan dengan perilaku lebih baik,” ujar pelatih kelahiran 10 Juni itu.
Bagi dia, pemain adalah sosok teman. Tak ayal, Ancelotti dikenal sangat dekat dengan para pemainnya. Kemampuan bergaul dengan anak asuhnya itu membuat Don Carlo dianggap sebagai salah satu pelatih dengan kualitas manajemen manusia terbaik.
”Bukan ide bagus bagi manajer untuk selalu berbicara tentang kedisiplinan. Pemain bisa menampilkan permainan terbaik ketika merasa nyaman sehingga saya selalu berusaha berkomunikasi dan memberikan perhatian di luar pertandingan dan latihan,” ujar pelatih yang rerata menghabiskan 14 permen karet setiap laga demi menghapus ketegangan.
Oleh karena itu, Ancelotti selalu bisa ”menaklukan” pemain dengan karakter kuat di tim asuhannya, terutama dua klub yang ia bawa menduduki takhta Eropa, AC Milan dan Real Madrid. Di Milan, ia memiliki pemain berkarakter istimewa, seperti Paulo Maldini, Gennaro Gattuso, Andrea Pirlo, Andriy Shevchenko, dan Kaka.
Ketika menangani Real, Ancelotti kenyang pengalaman menangani Benzema, Cristiano Ronaldo, Luka Modric, Toni Kroos, dan Sergio Ramos.
Presiden Real Florentino Perez menilai Ancelotti adalah sosok representasi ”wajah” Real yang sesungguhnya. Tenang, elegan, dan berprestasi menjadi tiga karakter Real yang ada dalam diri Don Carlo.
”Banyak orang mengkritik Carlo. Orang-orang itu tidak tahu bahwa Carlo memahami dengan sempurna nilai-nilai dan sikap yang penting dimiliki seorang pelatih Real Madrid,” kata Perez kepada Marca.
Ancelotti dan Real telah menemukan keserasian. Ancelotti pelatih dengan gelar Liga Champions terbanyak, sedangkan Los Blancos adalah ”raja” Eropa yang sulit ditandingi.
Carlo Ancelotti
Lahir: Reggiolo (Italia), 10 Juni 1959
Klub kini: Real Madrid
Gelar: 4 Liga champions, 1 Liga Italia, 1 Liga Inggris, 1 Liga Perancis, 1 Liga Jerman, 1 Liga Spanyol