Warastuti Any Anggorowati, Memupuk Literasi lewat Griya Baca Jelita
Any dan suaminya memadukan musik dan literasi lewat Griya Baca Jelita di Sumpiuh, Banyumas. Bagi mereka, kehadiran perpustakaan jadi sarana memajukan pendidikan dan juga sarana hiburan masyarakat.
Terletak 33 kilometer arah tenggara dari pusat kota Purwokerto, Griya Baca Jendela Literasi Tanah Air atau disingkat Jelita berdiri di Kelurahan Kebokura, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, sejak 2015. Bersama sang suami, Warastuti Any Anggorowati (47) membuka rumahnya sebagai tempat nongkrong berfaedah.
Di sini, warga lintas usia bisa belajar bermusik sekaligus membuka wawasan lewat membaca. Sekitar 4.000 buku tersedia gratis di sini.
Angin semilir dari hamparan sawah menyelusup lewat jendela mungil menyejukkan teras depan Griya Jelita ini. Tiga anak berseragam pramuka duduk asyik di atas karpet biru dan dikelilingi rak buku. Ketiganya menunduk asyik, tidak membaca buku tetapi menatap layar gawai.
Baca juga: Riza Azyumarridha Azra Memuliakan Singkong Lewat Mocaf
Sesekali mereka berteriak bahkan ada seorang anak yang mengumpat lantaran tokoh di gimnya kalah. Mendengar umpatan dari anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu, Any segera menghampirinya dan menegurnya keras. ”Eee, bilang apa tadi. Jan… saru!” kata Any sambil berkacak pinggang.
Begitulah salah satu tantangan saat ini menanamkan sopan santun serta literasi di tengah kemajuan teknologi informasi yang dihadapi Any, pegiat literasi sekaligus pustakawan bakti sejak 2009 di SD Negeri Banjarpanepen, Banyumas. ”Ini Wi-Fi dulu dipasang karena ada pandemi Covid-19. Anak-anak ke sini untuk belajar bersama dan download tugas. Tapi sekarang (sekolah) sudah tatap muka lagi, anak ke sini main gim,” tutur Any saat ditemui di rumahnya, Sabtu (14/5/2022).
Namun lewat sarana itulah, Any masih bisa menyapa dan juga bercengkerama dengan anak-anak di desanya. Selain itu, dengan adanya sekolah tatap muka, jalan di depan rumahnya kembali ramai dilalui anak-anak sekolah di sekitar Kebokura. ”Saya panggil mereka untuk mampir, ngiyup (berteduh) di sini sambil nunggu dijemput bisa sambil baca buku,” kata Any.
Baca juga: Jumawan, Pelindung Penyu Pantai Sodong Cilacap
Berlatih musik
Any menceritakan, awalnya rumahnya sering dipakai untuk berlatih musik lantaran sang suami, Tri Hartono (54), adalah guru musik di SDN 3 Sumpiuh. Tri memberikan kursus gitar hingga keyboard, baik kepada anak-anak dan remaja maupun ibu-ibu PKK yang berlatih paduan suara menjelang lomba-lomba, seperti 17 Agustusan atau Hari Kartini. ”Sambil menunggu latihan musik mulai, saya ajak mereka baca-baca buku buat menambah wawasan daripada ngobrol atau gibah ngerasanin orang lain,” kata Any.
Dari sana, gerakan literasi Any berkembang. Semula hanya ada 600 buku yang merupakan buku koleksi keluarga serta bahan kuliah Any di jenjang S-1 Ilmu Perpustakaan Universitas Terbuka. Kini sudah ada 4.000-an buku yang terpajang di griya baca itu. “Masyarakat itu butuh hiburan. Selain untuk pendidikan, perpustakaan itu juga hiburan masyarakat,” kata Any.
Di sekolah, Any menggencarkan gerakan ”boks cerdas” dan mengangkat 6 duta baca untuk menyiapkan buku-buku cerita di dalam boks guna dibaca setiap pagi oleh semua siswa, Di desanya, Any membuka rumahnya sebagai griya baca sekaligus merintis berbagai pojok baca di lingkungannya.
”Saya mengajak anak-anak datang ke sini, misalnya dengan iming-iming dikasih es. Kadang kalau ada paketan buku baru datang, saya undang mereka untuk membuka kardus bersama, lalu mereka akan rebutan membaca,” paparnya.
Setiap akhir pekan, Any membuka lapak baca di Taman Kota Sumpiuh. Selain itu, Any juga menjalin kerja sama dengan beberapa instansi dan kantor pemerintahan untuk membuka pojok baca, misalnya Pojok Baca Puskesmas 1 Sumpiuh, Sudut Baca Puskesmas 1 Kemranjen, Gubug Pendidikan di Pendopo Kecamatan Sumpiuh, dan Satuan karya Pustaka (Saka Pustaka) Kwartir Ranting (Kwaran) Sumpiuh.
Lewat Saka Pustaka, Any telah menularkan semangat literasi kepada ratusan anggota pramuka tingkat SMA di sekitar Sumpiuh empat tahun terakhir. Angkatan pertama ada 71 pelajar, angkatan kedua diikuti 43 pelajar, angkatan ketiga mengumpulkan 50 pelajar, dan angkatan keempat merekrut 33 pelajar.
Ilmu perpustakaan
Kepada mereka, Any membagikan ilmu dan keterampilannya tentang pelayanan perpustakaan; pengolahan bahan pustaka, mulai dari pengelompokan hingga pelabelan buku; pengembangan perpustakaan; serta pembuatan kliping. ”Dua angkatan terakhir itu angkatan pandemi. Pertemuannya jika offline setiap hari Minggu jam 09.00 sampai 11.00 di sini setelah saya senam pagi di Taman Kota Sumpiuh,” kata Any yang juga instruktur senam.
Bersama suami, juga kedua anaknya, Esa Pandu Al-Anhar (24) dan Nada Anzila (20), Any juga dipercaya Pustaka Bergerak Indonesia (PBI) untuk membuat lagu ”Mars Penggerak Literasi”. Di dalam syair lagu itu tecermin semangat Any dan juga para relawan penggerak literasi.
Kita penggerak literasi/ siap selalu dengan langkah-langkah pasti/ membawa satu visi untuk negeri tercinta/ berbagi rasa untuk merdeka/mencintai ilmu menjunjung martabat bangsa/bersama PBI kita berjuang/ kibarkanlah gerakan Indonesia mencipta/serentak kita maju bersama/Indonesia negeriku marilah baca buku/Indonesia pasti akan maju …
Any yang telah bertahun-tahun menjadi pustakawan bakti tetap bersemangat meski honornya tidak seperti guru-guru yang sudah diangkat jadi PNS. Bertahun-tahun, honornya per bulan hanya Rp 50.000 lalu naik menjadi Rp 75.000 dan Rp 150.000. Baru tiga tahun terakhir, honornya sekitar Rp 1,2 juta per bulan sesuai UMR Banyumas. ”Yang penting saya mengikuti hati senang, bisa bermanfaat banyak buat orang lain,” kata Any yang juga bersama suaminya sering keliling pentas organ tunggal.
Selain harus mengatasi tantangan modernisasi, Any juga berharap pemerintah memberi perhatian bagi pustakawan. Menurut dia, selama ini yang banyak diangkat menjadi PNS adalah para guru.
Any dan juga pegiat literasi lainnya juga menginginkan supaya kebijakan free cargo literacy kembali diadakan supaya griya baca dan pojok-pojok bacanya bisa kembali mendapatkan kiriman buku-buku baru.
Dari pinggiran Kabupaten Banyumas, lewat Griya Baca Jelita, Any bersama sang suami terus berupaya memadukan musik dan literasi untuk jadi hiburan yang bermanfaat bagi sesamanya. Ora maca, ora eksis atau tidak membaca, maka orang tidak akan eksis. Demikianlah moto Any demi memperjuangkan literasi.
Warastuti Any Anggorowati
Lahir : Kebumen, 15 Mei 1975
Suami: Tri Hartono (54)
Anak: Esa Pandu Al-Anhar (24) dan Nada Anzila (20)
Pendidikan:
- Ilmu Perpustakaan, Universitas Terbuka (2015)
- SMA Taman Siswa, Karanganyar, Kebumen
- SMP PGRI 6, Karanganyar, Kebumen
- SDN 5 Karanganyar, Kebumen
Penghargaan:
- Penghargaan Penggiat Literasi Banyumas 2016
- Griya Jelita Peringkat II Lomba Karya Nyata Pengelola TBM Kabupaten Banyumas 2018
- Diundang PBI untuk buka Bersama dan ngobrol santai dengan Presiden (Mei 2018)
- Menerima Penghargaan Perpustakaan Award Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Banyumas 2019
- Pemenang Nominasi Satuan Karya terfavorit Saka Pustaka dalam Penghargaan Bakti Pertiwi Awards oleh Dewan Kerja Ranting Sumpiuh 2020