Berkat jasa Bruder Bernardo Fernandes SVD, sebanyak 575 WNI yang menghadapi masalah hukum di Mozambik bisa terbantu.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KORNELIS KEWA AMA
Br Bernardo Fernandes SVD di Biara Bruder Societas Verbi Divini, Beato Gregorius Kupang, Sabtu (30/4/2021).
Tinggi badannya sekitar150 sentimeter dan berat badan 62kilogram. Namun, di balik sosoknya yang mungil, ia memiliki dedikasi yang tinggi di bidang kemanusiaan. Ia berhasil menolong 575 warga Indonesia yang terkena masalah di Mozambik. Sebagian besar yang ditolong adalah para nelayan yang tidak mengerti masalah hukum.
Bruder Bernardo Fernandes SVD yang ditemui di Biara Bruder Societas Verbi Divini (SVD) Kupang, Sabtu(30/4/2022), saat menjalani cuti, tampil amat sederhana. Ia hanya mengenakan kaus oblong hitam dan sandal jepit. Hari itu, ia baru saja selesai membagikan pengalaman karya misionarisnya kepada sejumlah komunitas biarawati di Kupang, sekaligus mengajak mereka bermisi di Mozambik.
Keterlibatannya di Mozambik tidak hanya menyangkut kepentingan misi gereja, tetapi juga terkait upaya membantu sesama warga Indonesia yang mengalami sejumlah persoalan hukum di Mozambik. Perbedaan suku,agama, dan asal-usul itu tidak menghalangi Bernardo untuk membantu mereka.
”Rasa satu saudara, satu tali pusat sebagai warga Indonesia di luar negeri begitu kuat. Itu kunci saya membantu sekitar 575 warga Indonesia yang mengalami sejumlah masalah di Mozambik, sebagian besar nelayan. Meski di Indonesia kami tidak saling kenal, panggilan satu bangsa dan rasa kemanusiaan itulah yang mengikat saya. Apalagi ratusan orang NTT pun menjadi korban saat jadi TKI di luar negeri,” kata Br Bernardo.
Salah seorang WNI yang sedang dirawat di RS Umum Beira, Mozambik.
Sejak tahun 2015, Bernardo menjalankan tugas misionaris di Mozambik. Dia berperan membuka paroki baru, St Fransisco Savier Beira, Keuskupan Agung Beira, yang beranggotakan sekitar 3.000 umat. Beira merupakan kota terbesar kedua di Mozambik setelah ibu kota negara, Maputo. Tahun itu pula, ia mulai membantu WNI apa pun latar belakang suku atau agamanya. Di samping Kedubes RI di Mozambik, para tokoh agama sangat dihormati pejabat berwenang di Mozambik.
Sekitar 575 orang Indonesia di Mozambik mendapat bantuan Bernardo, antara 2015-2021. Karya-karya kemanusiaan terhadap warga Indonesia di Mozambik dijalankan dengan penuh sukacita meski menguras tenaga, pikiran, dan waktu. ”Mereka itu sedang berjuang mencari nafkah buat keluarga. Keluarga sedang menunggu kiriman uang dari mereka untuk biaya pendidikan anak-anak, biaya kesehatan, dan urusan lain. Jika mereka dipenjarakan dan paspor mereka ditahan imigrasi, tentu sangat merugikan,” ujarnya.
Selama 2017-2019, ia antara lain menangani masalah yang menimpa Umar (38), warga Tegal, Jawa Tengah. Umar kedapatan membawa tiga batang gading secara ilegal melalui Bandara Internasional Beira, Mozambik. Umar adalah salah satu dari ratusan nelayan yang menjadi karyawan di PT Pesca-Mos, milik perusahaan perikanan Taiwan.
Umar ditahan lima hari sebelum menjalani sidang perdana di Pengadilan Beira. Kedubes Indonesia di Mozambik meminta Bernardo memantau proses sidang Umar. ”Ia tidak tahu bahasa Inggris dan bahasa Portugis, bahasa nasional di Mozambik. Saya menjadi penerjemah sebelum diambil sumpah oleh hakim Pengadilan Beira,” kata Bernardo.
Putra eks Timor Timur ini mengatakan, seusai sidang, Umar kembali ditahan di Penjara Beira. Kondisi fisik Umar terus menurun. Bernardomencari jalan agar Umar menjadi tahanan luar. Untuk itu, jaksa meminta uang jaminan. Namun berapa jumlah uang jaminan itu tidak disebutkan. Bernardo bergegas ke Pelabuhan Beira, bertemu dengan lebih dari 200 rekan Umar, nelayan asal Tegal di pelabuhan itu.
Secara spontan, mereka mengumpulkan uang senilai 185.000 meticans atau lebih dari 2.000 dollar AS. Uang itu ia setor ke bank, kemudian ia membawa bukti setoran ke jaksa. Bernardo berhasil mengeluarkan Umar menjadi tahanan luar dan menjamin Umar tak melarikan diri dengan menyerahkan dokumen identitas dirinya ke pihak kejaksaan.
Br Bernardo Fernandes SVD bersama anak-anak dan remaja Beira. Ia memberikan pembinaan mental dan karakter anak-anak miskin dan terpinggirkan.
Ia juga berhasil memasukkan kembali Umar ke PT Pesca-Mos, tempat Umar bekerja sebelumnya. Setelah tiga tahun, yakni 2019, tidak ada panggilan dari pengadilan untuk proses sidang lanjutan Umar. Bernardo menghubungi salah satu pengacara lokal di Beira, menanyakan ihwal sidang Umar dan uang jaminan itu.
Ternyata dengan uang jaminan lebih dari 2.000 dollarAS, mestinya Umar sudah bebas. Jika sidang berlanjut, pengadilan diwajibkan mengembalikan uang itu. ”Mereka takut sehingga sengaja tidak melanjutkan sidang,” tutur Bernardo yang berhasil memulangkan Umar ke Indonesia pada 2019.
Maret 2021, KM Mancing-Chiang milik perusahaan Taiwan bersama dua kapal ikan lain tenggelam di Pelabuhan Beira akibat badai Siklon Beira. Pemerintah Mozambik mendesak tiga kapal itu harus dikeluarkan dari pelabuhan. Namun, pihak perusahaan tidak mampu. Sebanyak 18 ABK Mancing-Chiang asal Indonesia ditahan pihak imigrasi Beira. Bernardo mendengar informasi itu dari KBRI, lalu terlibat mengurus nasib 18 nelayan Indonesia itu. Ia bertemu kepala imigrasi guna membebaskan 18 WNI itu.
Duta Besar RI di Mozambik Tito Do Santos menyerahkan penghargaan kepada Br Bernardo Fernandes SVD atas dedikasinya terhadap orang Indonesia dan orang Mozambik, 19 Desember 2019.
Kisah lainnya, pada Agustus 2021, KM Chong-Thay milik perusahaan China mengalami masalah di sekitar Pelabuhan Beira. Sebanyak sembilan nelayan Indonesia yang bekerja di kapal itu, paspornya disita imigrasi Beira. Akibatnya, mereka tidak bisa pergi ke mana-mana.
Salah satu dari mereka, Adisaputra (48), yang sedang sakit keras, sampai meninggal dunia di dalam kapal itu. Bernardo melapor polisi meminta investigasi atas kematian Adisaputra. Jenazah Adisaputra berhasil dievakuasi ke darat.
”Saya cek ke perusahaan, ternyata bukan alasan Covid-19, melainkan biaya pengiriman jenazah mahal, lebih dari 11.000 dollar AS, perusahaan merasa terbebani,” katanya. Jenazah Adisaputra berhasil dikirim setelah Kemenaker RI turun tangan langsung.
Lima bersaudara ini juga menangani nelayan Indonesia yang orang sakit, permasalahan dengan perempuan, pencurian, dan masalah kriminal lain pun mendapat perhatian. ”Saya tidak ingin mereka mendapat masalah di perantauan karena sedang ditunggu anak, istri, dan orangtua,” katanya.
Saat mengunjungi orang sakit di rumah sakit, Bernardo mendoakan mereka agar sembuh. ”Saya berdoa secara Katolik dan mereka menyesuaikan dengan agama mereka, Islam,” ujarnya.
Bernardo ditugaskan Kongregasi SVD di Mozambik sebagai promotor karya-karya karitatif. Dia terlibat aktif mendampingi anak-anak remaja dan kaum muda Mozambik agar bebas dari narkotika, seks bebas, kriminal, dan hidup mandiri secara ekonomi. ”Kemiskinan menjadi masalah utama di sana,” ujar Bernardo yang juga terlibat dalam pendidikan untuk anak-anak muda Mozambik.
Atas jasa-jasanya itu, ia mendapat penghargaan dari Dubes RI di Mozambik, Tito Do Santos, 19 Desember 2021. Terkait penghargaan itu, ia berkata, ”Bukan untuk sebuah penghargaan, tetapi saya mengabdi untuk kemanusiaan. Mereka selamat, saya bahagia.”
DOKUMEN BR BERNARDO FERNANDES
Memberi makan anak-anak yatim piatu dan fakir miskin di Mozambik bersama kaum ibu setempat.
Br Bernardo Fernandes SVD
Lahir:Uatocarbao, Timor Leste, 12 Januari 1979
Pendidikan terakhir: Sarjana Sekolah Tinggi Pastoral Keuskupan Agung Kupang
Orangtua: Alibio Amaral (ayah), Lusia de Jesus (ibu).
