Motoo Abiko, Kepergian Setengah Jiwa dari Mangaka Fujiko Fujio
Fujiko A Fujio alias Motoo Abiko, satu dari duo Fujiko Fujio, meninggal dunia. Mangaka asal Jepang ini meninggal banyak legasi di dunia manga dan anime, salah satunya adalah ”Ninja Hattori-kun”.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·5 menit baca
Nama Fujiko Fujio sudah lama malang melintang di dunia manga dan anime, khususnya bagi anak-anak. Ini adalah nama pena masyhur yang melahirkan rentetan karya populer secara global, sebutlah Obake no Q-Taro, Doraemon, Perman, dan Ninja Hattori-kun.
Seperti yang sudah diketahui, Fujiko Fujio sebenarnya terdiri dari Fujiko F Fujio dan Fujiko A Fujio. Dua sosok ini merupakan nama pena dari duo mangaka asal Jepang, yaitu Hiroshi Fujimoto dan Motoo Abiko. Fujimoto menggunakan nama Fujiko F Fujio, sedangkan Abiko mengambil nama Fujiko A Fujio.
Fujimoto telah wafat akibat gagal hati dalam usia 62 tahun pada 1996. Kini, dunia manga harus merelakan kepergian dari Abiko yang ditemukan meninggal dunia di rumahnya di Kawasaki, sebuah kota industri dekat Tokyo, Kamis (7/4/2022). Abiko berusia 88 tahun.
Abiko lahir di Prefektur Toyama pada 10 Maret 1934. Ia adalah putra tertua dari seorang biarawan di sebuah kuil bersejarah di wilayah Toyama tengah. Namun, keluarganya meninggalkan kuil setelah kematian ayah Abiko.
Waktu itu ia masih duduk di kelas lima sekolah dasar. ”Kematian ayah saya paling mengubah hidup saya. Jika dia tidak meninggal, saya pikir saya akan menjadi seorang biarawan,” kata Abiko kepada Asahi Shimbun tahun 2020.
Abiko terkenal di dunia manga hingga anime berkat kolaborasinya dengan Fujimoto. Secara pribadi, ada beberapa karya Abiko yang lebih tersorot, antara lain Ninja Hattori-kun, Ultra B, Kaibutsu-kun (The Monster Kid), dan Warau Salesman (The Laughing Salesman).
Menjadi mangaka
Sejak kecil, Abiko dan Fujimoto memuja Osamu Tezuka yang merupakan mangaka ternama dengan gelar ”Bapak Komik”. Mereka juga bercita-cita menjadi mangaka. Bersama Fujimoto, duo sahabat yang masih remaja ini debut pada 1951.
Lika-liku kehidupan membuat mereka sempat mencari nafkah di luar dunia manga. Abiko bekerja di sebuah surat kabar lokal. Namun, Fujimoto berhasil meyakinkan Abiko yang berusia 20 tahun pindah ke Tokyo pada 1954. Mereka tinggal di Tokiwa-so, sebuah apartemen kayu yang menjadi tempat para mangaka muda berkumpul, termasuk Tezuka pernah tinggal di sana.
Abiko dan Fujimoto tinggal bersama mangaka legendaris lainnya, seperti Shotaro Ishinomori (Kamen Rider) dan Fujio Akatsuka yang terkenal sebagai Raja Gag Manga. Di sana, mereka saling bersaing dengan sehat.
Pada 1964, ia dan Fujimoto memulai serial Obake no Q-Taro di majalah manga Shonen Sunday dengan nama pena bersama, Fujiko Fujio. Manga tentang hantu bandel ini menjadi hit besar karena menggabungkan humor dan fantasi. Q-Taro terkenal di dalam hingga luar negeri.
Namun, setelah Q-Taro, mereka mulai mengerjakan proyek terpisah sembari tetap menggunakan nama Fujiko Fujio. Fujimoto yang ceria fokus pada manga bagi pembaca anak-anak. Sementara itu, Abiko mengeksplorasi banyak genre, mulai dari manga ramah anak hingga pembaca dewasa.
Dari berbagai karya luar biasa mereka, Fujimoto terkenal dengan karya legendarisnya, Doraemon, yang menjadi ikon budaya Jepang modern. Abiko sendiri identik dengan Ninja Hattori-kun, sebuah manga tentang ninja bernama Kanzo Hattori yang berteman dengan Kenichi Mitsuba, si bocah biasa yang keras kepala dan malas.
Selain Ninja Hattori-kun, Warau Salesman juga dianggap sebagai karya terbaik Abiko. Manga ini bercerita tentang seorang salesman misterius yang menawarkan untuk mengisi kekosongan pada jiwa manusia. Karya ini termasuk karya bernuansa gelap dari dia.
Teringat Fujimoto
Abiko dan Fujimoto pecah kongsi pada 1987. Mereka berdua mengadopsi nama pena masing-masing. Abiko memulai awal baru dengan nama pena Fujiko A Fujio, lalu Fujimoto menggunakan nama Fujiko F Fujio.
Meski sudah lama bersahabat dengan Fujimoto, Abiko pernah mengaku enggan terlalu familiar dengan kartun Doraemon. ”Saya menghindarinya sebagai tindakan protektif karena ketika saya membacanya, saya terpengaruh oleh mereka dan berpikir ’Saya tidak bisa menggambar seperti ini’,” kata Abiko sambil tertawa.
Kepada Katsuo Kokaji, wartawan Yomiuri Shimbun, Abiko mengaku bahwa ia selalu ingin melakukan hal yang tidak bisa dilakukan Fujimoto. Ia takut hanya dikenal sebagai bawahan Fujimoto saat Doraemon kian populer.
Namun, Abiko sangat menghormati Fujimoto. Hingga menjelang akhir hayatnya, ia tidak pernah berhenti berbicara sekaligus menyesali kematian mantan partnernya itu. ”Fujimoto adalah seorang jenius,” kata Abiko selalu.
Kiprah Abiko di dunia manga berlangsung selama tujuh dekade. Ia menjadi simbol sejarah manga Jepang pascaperang. Selama berkarya, Abiko yang muda bergaul kerap mendapat inspirasi dari orang-orang di sekitar.
”Teman-teman saya adalah aset saya. Koneksi saya penting bagi saya—tidak hanya di tempat kerja, tetapi juga teman golf dan teman minum saya,” ujar Abiko dalam wawancara dengan Nikkei pada 2002.
Ucapan Abiko terbukti. Ia menggambar kecintaan pada golf lewat Puro Gorufā Saru (Pro Golfer Saru) dan masa kecil pada masa perang dalam Shonen Jidai (Takeshi: Childhood Days). Warau Salesman adalah hasil Abiko menjawab tantangan editor membuat sesuatu yang tidak pernah ia buat.
Abiko turut merekam perjalanannya menjadi mangaka bersama Fujimoto dalam Manga Michi (Manga Road). Manga autobiografi ini menggambarkan kehidupan di apartemen Tokiwa-so yang legendaris itu. Banyak mangaka muda Jepang yang tengah merintis karier memuja karya ini.
Pada 2005, Abiko menerima Penghargaan Menteri Pendidikan, Sains, dan Teknologi dari Japan Cartoonists Association atas karya-karyanya. Tiga tahun kemudian, Abiko mendapat Order of the Rising Sun untuk kelas Gold Rays with Rosette dari Kaisar Jepang.
Abiko pernah mengatakan, moto hidupnya berasal dari kutipan dalam film The African Queen (1951). Never do today what you can put off 'til tomorrow, demikian bunyinya. Ucapan ini dapat diartikan bahwa menunda sesuatu bisa memberi perspektif yang lebih baik.
Pandangan optimistik itu tentu membawa Abiko dalam perjalanan yang panjang di dunia manga. Selamat berjumpa kembali dengan Fujimoto, Abiko. (AFP/AP/The Japan News/Nikkei Asia)