Roy Nurdin Menebar Semangat Peduli Lingkungan
Roy Nurdin mengajak semua orang untuk ikut peduli lingkungan.
Bara semangat Roy Nurdin (58) tidak pernah padam mengompori orang-orang untuk bergabung dalam kepedulian terhadap lingkungan. Dia mengumpulkan niat baik dari orang-orang dalam satu simpul sehingga membuat gerakannya menjadi lebih kuat dan terdengar.
Semangat masih terpancar jelas saat Roy menikmati kegiatan sambung pucuk bibit anggur di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Jombang, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP), Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Selasa (26/10/2021). Keringat yang membasahi baju abu-abunya pun tidak dihiraukan.
Bagus (45), salah satu temannya, heran melihat energi Roy yang tidak habis-habis. Padahal, pria berkaus abu-abu ini lebih tua 10 tahun lebih darinya. ”Om Roy ini enggak ada capeknya. Heran saya,” ucapnya. Sontak Roy tertawa dan menjawab dengan logat Betawinya, ”Udah diem lu!”
Roy kembali berkonsentrasi di tengah udara hangat yang menyelimuti kota saat itu, meski langit berwarna abu-abu. Bagus menuturkan, Roy adalah salah satu penggerak Komunitas Anggur Tangsel (KAT) yang berhasil mengumpulkan para peminat tanaman anggur melalui media sosial.
Awalnya, Roy yang hobi berkebun ini tertarik melihat budidaya anggur. Setelah melihat di media sosial, dia melihat banyak peminat tanaman merambat ini berasal dari Tangerang Selatan. Sebagai orang yang kerap berkegiatan konservasi alam, dia melihat potensi yang bagus untuk melestarikan anggur di Tangsel untuk pelestarian lingkungan.
”Sekitar tahun 2019, saya mulai tertarik dengan anggur. Saat melihat banyak peminat anggur berasal dari Tangsel, mengapa tidak kita bikin komunitasnya? Kalau semua bergerak bersama, pasti kegiatannya akan lebih terlihat dan terdengar untuk masyarakat,” ujarnya.
Roy pun bergerak dengan pola khasnya, mengompori di media sosial. Dia menyambangi satu per satu akun yang aktif dan konsisten dalam budidaya anggur. ”Saya, sih, hanya kompor saja. Nanti mereka yang menyalakan apinya. Ternyata, ada banyak yang tertarik,” ujar Roy.
Bagus adalah salah satu anggota perintis yang dikompori. ”Padahal, saya tidak kenal dengan Om Roy. Dia langsung private chat (pesan pribadi) di medsos. Ajak ketemuan membentuk komunitas agar semua bisa berkumpul dan berbagi ilmu. Semua diajak seperti keluarga sendiri, padahal sebelumnya tidak kenal,” ujarnya sambil tersenyum.
Komunitas yang telah terbentuk tiga tahunan ini pun berkembang. Sekarang anggotanya lebih dari 200 orang dan aktif menanam anggur di pekarangan rumah mereka. Sebagian anggota bahkan rutin mengunjungi rumah kaca di kawasan BPP Jombang, Tangsel yang disulap menjadi kebun anggur oleh KAT.
”Di sini kami memproduksi bibit anggur, baik untuk anggota maupun dibagikan ke warga. Biasanya kalau BPP mengadakan kegiatan, kami juga ikut membagikan bibit-bibit anggur. Dengan begini, kami bisa meng-anggur-kan Tangsel,” ujar Roy.
Menebus dosa
Tidak hanya di Tangsel, Roy pun mengompori sejumlah orang untuk aktif dan peduli terhadap lingkungan serta melakukan konservasi. Baginya, hal ini menjadi salah satu caranya menebus dosa masa mudanya sebagai pencinta alam.
”Saya sadar, ternyata dulu itu hanya sebagai penikmat alam, tetapi ngaku-ngaku pencinta alam. Begitu tua, jadi berasa dosa,” ujarnya.
Perasaan bersalah itu muncul saat dia bersama para alumni organisasi mahasiswa pecinta alam (Mapala) dari sejumlah universitas Muhammadiyah di Tanjung Burung, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Roy yang ikut ke dalam rombongan tersebut miris dengan kondisi muara Sungai Cisadane yang penuh dengan sampah.
Bahkan, sampah yang ada menumpuk membentuk sedimentasi dan menjadi dataran baru bersama hutan mangrove. Melihat hal tersebut, Roy bersama sejumlah alumni berinisiatif untuk melestarikan kembali hutan mangrove di kawasan tersebut.
”Itu sekitar tahun 2016. Saya benar-benar prihatin, jadi setelah kegiatan itu, saya kumpulkan lagi anak-anak untuk konservasi di sana dengan menanam Mangrove,” papar Roy.
Selang beberapa bulan dari kegiatan tersebut, Roy kembali mengunjungi Desa Tanjung Burung dan kembali mengompori remaja di sana untuk peduli lingkungan. Dia pun memberikan edukasi untuk melestarikan mangrove, menanam, merawat hingga pembibitan pohon penahan ombak tersebut.
”Kalau memang sampah-sampahnya tidak bisa kita bersihkan karena terlalu banyak, ya, perbanyak saja mangrovenya. Akarnya bisa mengikat sampah-sampah yang ada sehingga tidak terlepas ke laut,” ujar Roy.
Selain itu, Roy bersama sejumlah alumni Stacia, nama mapala Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), membentuk Kelompok Stacia Hijau (KSH). Organisasi ini nantinya akan fokus kepada kepedulian lingkungan, dimulai dari konservasi mangrove di Tanjung Burung.
Ahmad Marbawi (28), yang akrab dipanggil Bawi, menjadi salah satu pemuda yang kerap dipanggil berkegiatan. Pemuda ini awalnya menjadi pemandu kegiatan alumni dan menjelaskan kondisi pantai yang penuh sampah kepada Roy dan teman-temannya.
”Awalnya saya ikut mereka bukan karena tertarik, tetapi lebih kepada malu kepada diri sendiri. Kenapa Om Roy dan teman-temannya yang notabene bukan orang sini malah lebih peduli daripada kami warga sini. Padahal, ini untuk kebaikan kami,” ujarnya.
Bawi yang selalu mengikuti kegiatan pun perlahan sadar pentingnya mangrove di desanya. Bahkan, dia diangkat menjadi petugas penyuluh dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Banten untuk menjelaskan manfaat mangrove bagi masyarakat di sekitarnya.
Ajak semua
Roy memang sengaja mencari pemuda dan mengajak mereka lebih peduli kepada lingkungan. Namun, bukan berarti dia tidak peduli terhadap golongan usia lainnya. Selama peduli dan ingin berkontribusi terhadap lingkungan, Roy siap membantu mereka.
Kegigihan ini terlihat saat Roy menyambangi beberapa rumah yang memiliki pohon anggur di atasnya. Pemiliknya adalah warga lanjut usia yang perlahan berjalan menghampiri Roy sambil mendiskusikan kondisi pohon anggur mereka.
Baca juga : Purwo Santoso, Hutan Wisata untuk Kesejahteraan Warga
Yayo (67), yang tinggal di Kelurahan Ciputat, Tangsel, senang mendapatkan beberapa bungkus pupuk yang diberikan oleh Roy saat kunjungannya. ”Awalnya tidak kenal, tiba-tiba saja mengetuk rumah karena di depan (pekarangan) ada pohon anggur, terus ngebantu nanem anggur. Aneh dia,” ujar Yayo terkekeh.
Roy berujar, sebagian peminat tanaman adalah warga lansia yang sulit mengakses teknologi informasi. Jadi, di sela-sela waktu, dia kerap mencari warga yang menanam anggur dan mencoba membantunya. ”Kalau yang lansia susah pakai gadget. Jadi, saya coba samperin satu per satu,” ujarnya.
Roy berharap, dengan tenaga dan pemikiran yang dia berikan, orang-orang menjadi lebih peduli lingkungan dan mau kembali bercocok tanam. Tidak hanya sekadar hobi, kegiatan ini juga bisa menjadi bentuk pelestarian lingkungan yang hijau dan lestari.
”Terutama para pemuda, karena mereka generasi penerus. Kalau mereka sudah peduli terhadap lingkungan, alam ini kembali lestari. Tugas saya, ya, hanya mengompori,” ujar Roy sambil tersenyum.
Roy Nurdin
Lahir: Jakarta, 17 Maret 1963
Pendidikan: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta (lulus 1993)
Kegiatan:
- Komunitas Anggur Tangsel (Ketua, 2019-sekarang)
- Kelompok Stacia Hijau (Kepala Kebun Bibit, 2016-sekarang).