Mawakhat diambil dari inti ajaran Nabi Muhammad, yakni jika seseorang punya sepotong roti, sebagian roti itu milik orang yang tak punya. Saqib mengatakan, nilai-nilai Mawakhat sudah ada pada masyarakat sejak dulu.
Oleh
Budi Suwarna
·5 menit baca
Bertahun-tahun Muhammad Amjad Saqib (64) mengembangkan program keuangan mikro untuk mengangkat derajat orang miskin. Kini, program yang diberi nama Akhuwat itu telah membantu sekitar 4 juta orang miskin tanpa memandang agama, kasta, dan jender.
Pendirian Akhuwat diinspirasi pertemuan Saqib dengan seorang perempuan yang baru saja kehilangan suaminya. Itu terjadi sekitar 20 tahun yang lalu. Perempuan itu bilang, sejak suaminya meninggal, tidak ada yang mencari nafkah untuk anak-anaknya. Hidup menjadi begitu sulit. Tapi, perempuan itu menegaskan, ia datang kepada Saqib bukan untuk mengemis.
”Saya ingin berdiri tanpa tanda sebagai peminta-minta di wajah saya pada hari pembalasan,” katanya seperti ditirukan Saqib. Ia lantas mengajukan pinjaman uang untuk modal usaha jahit. Syaratnya, pinjaman tidak boleh disertai dengan bunga yang diharamkan dalam Islam.
Meski perempuan itu miskin dan tampak menderita, Saqib melihat ada binar cahaya di matanya yang menunjukkan ia seorang pemberani. Saqib tersentuh melihat kesungguhan perempuan itu. ”Saya berikan pinjaman 10.000 rupee (sekitar Rp 800.000) yang saya kumpulkan dari teman-teman saya,” ujar Saqib.
Dengan uang pinjaman itu, perempuan tersebut membeli dua mesin jahit. Dia bekerja keras siang dan malam demi menafkahi keluarga. Dalam waktu siangkat, ia tidak hanya memperoleh uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari, tapi juga bisa menikahkah anak perempuannya. Enam bulan kemudian, dengan bangga dan penuh hormat, ia mengembalikan uang pinjaman sebesar 10.000 rupee seperti yang ia janjikan.
Kisah itu terus diulang-ulang oleh Saqib di berbagai forum dan wawancara dengan media. Buat dia, pertemuannya dengan perempuan itu tampak seperti peristiwa kecil. Tetapi, dari situlah ia terinspirasi membuat sebuah gerakan.
”Pinjaman pertama itu menginspirasi kami untuk berpikir, jika kami punya dana untuk pinjaman bebas bunga, kami bisa membantu ribuan orang miskin di Pakistan yang ingin maju dan mengukir masa depannya sendiri tanpa meminta-minta,” katanya.
Pada 2001, Saqib yang berpendidikan tinggi dan bekerja sebagai konsultan pembangunan itu mengundang teman-temannya yang terdiri dari para profesional dan pebisnis sukses. Ia mempresentasikan rencananya untuk membuat program keuangan mikro bebas bunga, lengkap dengan desain, organisasi, dan cara menjalankan program itu. Teman-teman Saqib antusias menyambut rencana tersebut dan berjanji akan mendukung program itu.
Dua tahun kemudian, berdirilah Akhuwat, lembaga keuangan mikro bebas bunga, di Lahore, Pakistan. Lembaga ini dijalankan dengan prinsip persaudaraan, saling berbagi, dan saling percaya berdasarkan nilai-nilai Islam yang disebut Mawakhat.
Mawakhat diambil dari inti ajaran Nabi Muhammad, yakni jika seseorang punya sepotong roti, sebagian roti itu milik orang yang tak punya. Saqib mengatakan, nilai-nilai Mawakhat sudah ada pada masyarakat sejak dulu. ”Kami hanya melembagakannya,” tambah Saqib.
Akhuwat dirancang sebagai lembaga yang inklusif dengan melayani semua kalangan tanpa memandang agama, kasta, warna kulit, dan jenis kelamin. Lembaga ini juga mendorong volunterisme di kalangan staf dan mitra. Akhhuwat mendorong para peminjam untuk menjadi donor suatu hari.
Lembaga ini memanfaatkan tempat ibadah, seperti masjid, gereja, dan kuil, untuk menyalurkan pinjaman. Selain untuk menghemat biaya, strategi ini juga dipilih untuk menanamkan tanggung jawab di kalangan anggota jemaah.
Pelan tapi pasti, Akhuwat berkembang menjadi lembaga keuangan mikro bebas bunga terbesar yang menawarkan paket pinjaman kepada kaum miskin di Pakistan. Sejauh ini, Akhuwat telah mendistribusikan 4,8 juta pinjaman tanpa bunga dengan nilai setara 900 juta dollar AS (sekitar Rp 12,8 triliun). Yang mengagumkan, tingkat pengembalian pinjaman rata-rata 99,9 persen.
Kemiskinan
Gerakan yang diinisiasi Saqib ini menjadi angin segar dalam perang melawan kemiskinan yang merupakan realitas nan sulit diatasi di Pakistan dan banyak negara lain. Di Pakistan sendiri masih ada sekitar 50 juta warga Pakistan yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Saqib menunjukkan bahwa gerakan pengentasan rakyat miskin perlu ditunjang dengan lembaga keuangan mikro bebas bunga. Ia telah membuktikan, Akhuwat tidak hanya memberikan dana pinjaman kepada orang per orang, tapi juga ikut mengembangkan institusi sosial yang amat penting, seperti pendidikan dan kesehatan.
Bermitra dengan pemerintah dan pihak lain, Akhuwat mengadopsi ratusan sekolah umum yang terbengkalai dan tidak berfungsi. Lembaga itu juga mendirikan tempat belajar di permukiman, salah satunya untuk perempuan. Bahkan, Akhuwat mendirikan universitas khusus untuk orang miskin dengan bayaran semampunya.
Di bidang kesehatan, Akhuwat menjalankan program layanan kesehatan, membantu ratusan ribu pasien, dan mengoperasikan ”bank pakaian” yang telah membagikan lebih dari 3 juta pakaian untuk kaum miskin. Selama pandemi Covid-19, Akhuwat memberi dana hibah darurat, bantuan makanan, dan bantuan lain di lebih dari 1.00 kota di Pakistan. Di luar itu, Akhuwat memberi dukungan ekonomi, kesehatan, dan psikososial pada komunitas marjinal dan terdiskriminasi, seperti transjender.
Meski ada pihak-pihak yang skeptis dengan keberlanjutan lembaga pinjaman tanpa bunga seperti Akhuwat, banyak pula pihak yang mengapresiasi gerakan Saqib ini. Akhir Agustus 2021, ia mendapat penghargaan Ramon Magsaysay 2021 yang disebut-sebut sebagai ”Nobel versi Asia”. Sebelumnya, ia juga menerima penghargaan internasional, antara lain Commonwealth’s 31st Point of Light Award dari Ratu Elizabeth II dan Sitara-e-Imtiaz dari Presiden Pakistan.
Saqib mengatakan, ia berhasil bukan hanya karena keahliannya di bidang keuangan mikro, tetapi karena apa yang ia lakukan didasari panggilan iman. ”Akhuwat adalah sebuah filosofi dan sekaranag jadi misi jutaan orang. Sampai tercipta masyarakat yang bebas dari kemiskinan, kami tidak akan melepaskannya. Selama ada unsur kebaikan dan empati di masyarakat, Akhuwat akan terus berlanjut,” ujarnya.
Muhammad Amjad Saqib
Lahir: Kamalia, Pakistan, 1 Februari 1957
Pendidikan:
S-1 kedokteran King Edward Medical College, Lahore (1982)
S-1 University of Punjab, Lahore (1984)
Hubert H Humphrey Fellowship bidang administrasi publik (1994)
Master bidang administrasi publik dari School of International Studies, American University, Washington DC, AS (1995)