Dokter Juanli membuat terobosan vaksinasi. Dengan kursi beroda dan troli berisi perlengkapan medis dia menyuntik penerima vaksin yang duduk berbaris rapi. Vaksinasi berjalan cepat, tak sampai 20 detik sekali suntik.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·5 menit baca
Bersenjata jarum, kursi beroda, dan troli pink, dokter Juanli (41) menyuntikkan vaksin Covid-19 ke ratusan lengan tanpa lelah. Sebagai salah satu sukarelawan vaksinator di Jakarta, ia bisa mencatat rekor suntikan hingga lebih dari 600 orang dalam sehari. Juanli sedang berkejaran dengan waktu sebab kecepatan vaksinasi belum mengimbangi kecepatan penyebaran Covid-19.
Di tengah kekalutan akibat kasus Covid-19, asa baru terbit setelah sebuah video vaksinasi viral di dunia maya. Dalam video itu, Juanli dengan tangkas menyuntik sekitar 530 akseptor vaksin dari total 560 akseptor dalam waktu kurang dari enam jam di Casa Jardin Residence, Jakarta Barat, pada 24 Juni 2021.
Video itu menarik perhatian warganet. Jika biasanya akseptor yang berpindah, justru si dokter yang berpindah menggunakan kursi beroda dan troli berisi perlengkapan medis ke sisi akseptor yang telah duduk berbaris rapi. Alhasil proses vaksinasi berlangsung lebih cepat. Sekali suntik tak sampai 20 detik.
Mantan Ketua Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf bahkan mengunggah video itu di akun Instagram-nya. Video ini telah ditonton lebih dari 208.000 kali per Jumat (13/08/2021). Kepala Staf Presiden Moeldoko dan Menko Kemaritiman dan Investasi Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan juga menyempatkan diri untuk melihat metode yang dilakukan Juanli itu di Sentra Vaksinasi Serviam, Jakarta Pusat, awal Juli ini.
”Kalau boleh dibilang ini namanya vaksinasi kreatif gerak cepat atau gercep dan suntikan tanpa bayangan. Untuk prakteknya, saya pakai peralatan sendiri dari rumah. Saya bawa troli pink punya putri saya dan kursi dental unit punya istri saya yang dokter gigi,” kata Juanli tentang metode vaksinasinya lewat panggilan video di Jakarta, Kamis (15/7/2021).
Juanli menjadi relawan vaksinator demi membantu penanganan Covid-19 di Tanah Air. Pada Maret 2021, ia mendaftar sebagai vaksinator dan menjalani pelatihan di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Batam. Setelah lulus, ia mulai melakukan vaksinasi di Sentra Vaksinasi Serviam, Jakarta Pusat, sejak bulan April.
Rutinitas vaksinasi awalnya berlangsung seperti biasa. Juanli merasakan bagaimana prosedur vaksinasi diperbaiki agar lebih cepat. Dari sistem empat meja dengan observasi selama 30 menit, pemerintah memangkasnya menjadi sistem dua meja dengan observasi 15 menit. Namun, ia belum puas karena proses vaksinasi ternyata masih berjalan lambat.
Di bulan Juni, Juanli akhirnya berinisiatif membuat metode vaksinasi baru setelah terinspirasi dari sebuah video vaksinasi di Jepang. Proses awal vaksinasi masih sama, yaitu calon akseptor mendaftar dan menjalani penyaringan (screening).
Yang berbeda adalah para akseptor selanjutnya duduk di kursi-kursi yang telah diatur berbaris rapi. Dengan menggunakan kursi beroda dan troli, Juanli kemudian mulai memvaksin akseptor secara berurutan. Setiap satu akseptor selesai, ia akan menggeser kursi dan troli ke akseptor berikutnya hingga ujung baris.
Selama proses itu berlangsung, setiap akseptor yang telah divaksin berpindah ke tempat observasi. Kursi kosong itu akan diganti oleh akseptor lainnya. Setelah Juanli menyelesaikan satu putaran, Juanli akan melanjutkan penyuntikan vaksin akseptor yang baru duduk itu. Bisa dibilang Juanli bergerak maju mundur bak setrika.
Menurut Juanli, metode ini lebih efisien dan efektif. Buktinya sudah terlihat di beberapa lokasi vaksin yang dilakukan Juanli, termasuk di Sentra Vaksinasi Serviam, Casa Jardin Residence, MNC Vision Tower di Jakarta Barat, dan Kampus 3 Unika Atma Jaya di BSD.
”Metode ini membuat proses vaksinasi jadi menghemat waktu dan jumlah petugas, mengurangi exposure, serta menambah kapasitas akseptor. Dalam satu menit, saya bisa suntik empat orang dengan catatan semua alat sudah siap. Di MNC Vision, misalnya, saya menyuntikkan sekitar 670 akseptor dari total 853 akseptor sehari,” tutur Juanli yang meyakinkan metode ini aman.
Selama April hingga pertengahan Juli 2021, Juanli telah memvaksin 6.210 akseptor dalam 25 kali pertemuan. Juanli menghitung-hitung, metode ini bisa membuat penyelenggaraan vaksinasi hanya membutuhkan sekitar 27 petugas, terdiri dari satu atau dua vaksinator, untuk memvaksin 500 orang. Meskipun, konsekuensinya adalah badan si vaksinator pasti sedikit merasa pegal.
Gerakan tabung oksigen
Selain menjadi relawan vaksinator, Juanli juga menginisiasi Gerakan Tabung Oksigen untuk Kemanusiaan bagi pasien isolasi mandiri di rumah yang kesulitan mendapatkan rumah sakit. Gerakan ini bermula ketika Juanli mendapat pesan WhatsApp bahwa ibu dari kenalannya membutuhkan oksigen. Satu dari tiga tabung oksigen di klinik istrinya akhirnya dipinjamkan.
Hati Juanli terketuk. Ia teringat masih ada beberapa tabung oksigen di tempatnya melakukan pelayanan sosial di Klinik Bintang Laut, Susteran Puteri Kasih, Cilincing, Jakarta Utara. Setelah meminta izin dari susteran, ia pun menginfokan gerakan peminjaman sembilan tabung oksigen ini ke grup Whatsapp rekan-rekannya.
Inisiatif itu disambut baik. Semakin banyak pihak ikut terlibat sebagai sukarelawan ataupun menyumbangkan tabung atau sekadar berdonasi. Gerakan Tabung Oksigen untuk Kemanusiaan akhirnya terus berkembang, terutama sejak gelombang kedua Covid-19 berlangsung, Juni lalu.
Gerakan ini kini memiliki sekitar 50 sukarelawan dan 274 tabung oksigen yang tersebar, antara lain di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Bekasi, BSD, dan Bandung. Sukarelawan-sukarelawan ini dibagi menjadi tiga tim, yakni tim hotline, skrining, dan tim penghubung antara warga yang membutuhkan bantuan oksigen dan titik sukarelawan terdekat.
Setiap tabung dinomori untuk memudahkan pelacakan. Tabung juga ditempelkan tulisan ”Mohon Jaga Aku, Aku Akan Menjaga Kamu” agar dirawat peminjam dengan baik. Sudah sekitar 350 pasien isoman yang mendapatkan manfaat dari gerakan ini.
Juanli menyebutkan, segala upaya yang dia lakukan itu bertujuan untuk membantu penanganan dan pencegahan penyebaran Covid-19. Ia juga berharap, metode vaksinnya bisa diimplementasikan lebih luas demi membantu Indonesia mencapai dua juta vaksinasi per hari dan pewujudan kekebalan kelompok dalam waktu yang lebih cepat.
“Dulu kita berperang pakai bambu runcing, sekarang kita berperang pakai jarum runcing untuk memulihkan Indonesia. Kita memang harus melakukan cara yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang berbeda,” kata Juanli.
Juanli
Lahir: Sungai Bakau Besar Laut, Pontianak, 16 Juni 1980
Pendidikan:
Sarjana Kedokteran di FKIK, Unika Atma Jaya Jakarta (lulus 2003)
Profesi Kedokteran di FKIK, Unika Atma Jaya Jakarta (lulus 2005)
Pengalaman:
Bidang Kerja Sama Pengurus Ikatan Alumni Unika Atma Jaya, 2019-2021
Bidang Organisasi Pengurus Ikatan Alumni FKIK UAJ, 2020-2023
Advisor Jaringan Muda Vinsensian Keluarga Vinsensian Indonesia, 2017-sekarang
Tim Medis Bencana Gempa Bumi Lombok, Agustus 2018
Tim Medis dan Psikososial Bencana Gempa Bumi, Tsunami, Likuifaksi Palu, September 2018
Koordinator Bidang Pelayanan DPH Paroki Kapuk, 2020-2023
Pekerjaan:
Dokter untuk Pelayanan Sosial di Klinik Bintang Laut, Susteran Puteri Kasih, Cilincing, Jakarta Utara (2000-sekarang)
Founder DRJ Academy (2012)
Agency Director PT Prudential Life Assurance
Inisiator Gerakan Tabung Oksigen untuk Kemanusiaan (2021)