Musa Pedro Afgana, Animator Otodidak dari Bengkulu
Musa Pedro Afgana adalah animator muda dari Bengkulu yang meraih banyak prestasi. Dia yang belajar otodidak juga sudah memiliki banyak klien dari luar negeri.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·5 menit baca
Berawal dari hobi menggambar, Musa Pedro Afgana (19) berhasil menyabet berbagai penghargaan baik di tingkat daerah maupun nasional. Pemuda asal Bengkulu ini lalu melangkah lebih jauh. Pedro mengembangkan bakat menggambarnya itu untuk menjadi seorang animator lepas hingga bisa mendapatkan klien dari luar negeri.
Pedro hobi menggambar sejak usia empat tahun. Hobi ini muncul sejak dia menonton serial anime Dragon Ball di televisi. Melihat bakatnya, guru TK Pedro menyuruhnya mengikuti lomba menggambar. Sejak itu, Pedro rajin mengikuti lomba menggambar selama duduk di bangku SD hingga SMA. Berbagai penghargaan tingkat kabupaten dan nasional berhasil direbutnya.
Perjalanan itu mengantar Pedro ke dunia animasi di kelas XII SMA Negeri 1 Bengkulu Selatan. Proyek besar pertama Pedro adalah sebuah video animasi hadiah perpisahan untuk sekolahnya pada tahun 2020. Video yang diunggah di Youtube itu mendapat sambutan hangat dari teman-temannya.
”Di Instagram, video itu di-share sampai akhirnya ada orang dari Turki yang menghubungi. Dia minta dibuatkan animasi tentang produk parfum, terus bayar sekitar 35 dollar AS. Aku senang banget karena bisa menghasilkan uang dari karya sendiri,” kata Pedro saat dihubungi di Manna, Bengkulu Selatan, Selasa (27/7/2021).
Pedro akhirnya mulai menawarkan jasa pembuatan animasi dua dimensi (2D) di Fiverr, sebuah platform penjualan jasa lepas. Ada tiga paket pembuatan animasi yang ditawarkannya, yaitu paket basic seharga 20 dollar AS, paket standar seharga 50 dollar AS, dan paket premium seharga 310 dollar AS. Sejak itu, semakin banyak klien menghubungi Pedro, baik lewat Instagram maupun Fiverr.
Mayoritas klien Pedro berasal dari luar negeri ketimbang dalam negeri, antara lain Australia, Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Nigeria, dan Korea Selatan. Mereka biasanya adalah youtuber, musisi, atau kreator konten digital. Sejak membuka jasa tahun lalu, Pedro telah menerima total sekitar 100 proyek. Beberapa proyek harus ia tolak apabila terlalu rumit atau kurang cocok dengan gayanya.
Pendapatan Pedro sebagai animator lepas bervariasi. Setiap bulan, ia dapat memperoleh 100 dollar AS-500 dollar AS atau berkisar Rp 1,4 juta-Rp 7,2 juta. Lama pengerjaan bisa berkisar delapan hari hingga dua minggu, tergantung dari kerumitan dan durasi animasi yang dipesan. Saat ini, pemuda ini tengah mengerjakan enam proyek. Salah satunya adalah video pembelajaran untuk klien dari Papua.
Menjadi animator adalah hasil belajar Pedro secara otodidak. Pedro mulai mengenal variasi teknik menggambar itu setelah terekspos berbagai lomba menggambar waktu SMP. Pemuda ini mengawalinya dengan menjajaki pembuatan gambar digital, seperti gambar berformat GIF atau Webtoon, menggunakan PhotoScape.
Saat mulai banyak waktu luang di kelas XII SMA, ia mencoba lebih banyak jenis aplikasi untuk berkarya, seperti Adobe Photoshop dan Medibang Paint. Uniknya, Pedro enggan belajar animasi lewat tutorial di Youtube. Menurut dia, lebih seru untuk mengulik-ulik aplikasi sendirian.
Masih banyak hal yang perlu Pedro pelajari untuk menjadi seorang animator yang baik. Namun, Pedro terus berusaha mengasah kemampuannya. Pedro memperbanyak referensi dengan banyak menonton film atau memperhatikan detail gerakan sehari-hari.
Sebagai animator pemula, Pedro ibarat menyelam sambil minum air. Semakin banyak dirinya mendapatkan tawaran pekerjaan, semakin terasah kemampuannya membuat animasi. Pedro belajar untuk menyesuaikan gaya menggambarnya mengikuti permintaan klien sembari menjaga orisinalitas.
Keberaniannya untuk menawarkan jasa membuat animasi turut memberi Pedro kenalan baru dari luar negeri meskipun kemampuan bahasa Inggris-nya pas-pasan. Salah satu klien Pedro dari Australia bahkan mengiriminya sebuah tablet grafis setelah mengetahui Pedro menggambar animasi dengan mouse pada akhir tahun lalu.
”Untuk yang mau terjun di dunia animasi, lakukan aja karena mau jelek atau bagus gambarmu, bakal ada orang yang suka walaupun memang gak semua,” kata Pedro yang mengidolakan Makoto Shinkai, Masashi Kishimoto, dan Nur Alif Ramadhan.
Tak menyangka
Orangtua Pedro tak menyangka hobi menggambarnya bisa menghasilkan uang. Namun, mereka tidak keberatan selama ia mampu membuktikan dirinya bisa berprestasi. Pedro aktif mengikuti berbagai lomba menggambar ataupun akademis di tingkat kabupaten, provinsi, dan nasional.
Contohnya, ia mengikuti Festival Kompetensi dan Kreativitas TK dan SD Tingkat Nasional, Lomba Robotik SMP Tingkat Provinsi Bengkulu, dan Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) Tingkat SMA. Gelar juara dan medali sering ia raih dalam kompetisi-kompetisi tersebut.
Selain itu, jiwa berwirausaha Pedro sudah bergelora sejak SMP. Pedro suka mengunggah gambarnya di blog dan mendapat uang dari jumlah klik pengunjung. Memasuki SMA, Pedro dan temannya, Bintang Ramadhan Prakasa, membuat jenama Venom Art yang menjual jasa pembuatan gambar vektor dan komik untuk dicetak.
Sekarang, Pedro juga sudah bisa menabung dari pendapatannya sebagai animator. Kadang-kadang, ia juga mentraktir keluarga. Ia pernah membelikan ponsel pintar untuk kakaknya dan alat penanak nasi untuk orangtua.
Pemuda ini yakin masa depannya berada di dunia animasi. Ini juga yang menjadi alasannya untuk melanjutkan pendidikan di Jurusan Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) mulai September 2020. Berkuliah di ITB adalah impiannya setelah bertemu dengan seorang juri lomba menggambar yang adalah seorang dosen ITB pada 2018.
Pedro menjadi alumnus SMA Negeri 1 Bengkulu Selatan pertama yang lulus masuk ITB. ”Aku satu-satunya alumnus sekolah yang kuliah di sana. Sebelumnya gak ada. Guruku juga kaget, padahal kami sekolahnya di kampung,” ujarnya bangga.
Di kampus pun, Pedro tetap berusaha meraih prestasi. Berkat prestasinya di berbagai lomba menggambar dan lomba akademis selama sekolah, Pedro berhasil mendapatkan Beasiswa Unggulan Kemendikbud 2020.
Ke depan, Pedro bercita-cita ingin membuat studio animasi sendiri. Ia juga berharap, semakin banyak masyarakat, khususnya di Bengkulu, mengenal pekerjaan di dunia animasi. Semoga ketika ia menceritakan pekerjaannya sebagai animator di Bengkulu Selatan, tidak ada lagi yang kebingungan.
Musa Pedro Afgana
Lahir: Manna, Bengkulu Selatan, 25 Mei 2002
Pendidikan:
Mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (2020-sekarang)
Animator lepas
Pengalaman:
Ketua Umum Organisasi Science Club SMAN 1 Bengkulu Selatan, 2018-2019
Prestasi:
Peraih medali perunggu Bidang Desain Grafis Kategori Rintisan Lanjutan Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) Tingkat SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019
Juara III Desain Poster Putra Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) SMA Tingkat Provinsi Bengkulu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Bengkulu, 2019
Peraih medali perunggu Bidang Ilmu Sosial dan Humaniora Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
Juara Lomba Poster pada Lomba Sains Kimia (LSK) VIII Tingkat Provinsi Bengkulu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Bengkulu, 2018
Finalis Bidang Cipta Komik Festival Literasi Sekolah (FLS) Tingkat SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
Peraih Favorit II Bidang Desain Grafis Kategori Apresiasi Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) Tingkat SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018