Hidilyn Diaz, Pahlawan Olahraga Filipina
Keberhasilan Hidilyn Diaz merebut emas Olimpiade Tokyo membuka jalan bagi Filipina untuk memulai era emas di ajang Olimpiade. Sebelumnya, selama hampir satu abad, Filipina belum pernah mendapat emas Olimpiade.
Hidilyn Diaz menahan barbel seberat 127 kilogram sejajar bahu. Lalu, dengan tolakan cepat, ia mengangkat beban itu dan berdiri dengan sempurna. Momen singkat itu mengakhiri penantian Filipina sepanjang hampir satu abad untuk merebut medali emas pertama di ajang Olimpiade.
Tidak mengherankan jika momen itu disambut dengan sangat emosional. Setelah sukses mengangkat beban kemenangan itu, Diaz yang tampil di nomor angkat besi kelas 55 kg putri menangkupkan tangan di dada dan menangis bahagia.
Tangis bahagia yang diselingi teriakan rasa syukur berlanjut di belakang panggung angkat besi di Tokyo International Forum, Tokyo, Jepang. Diaz dan pelatihnya sesenggukan melepas haru. Tangis bahagia juga pecah di tengah keluarga Diaz yang menyaksikan momen emas itu melalui televisi di Zamboanga, Filipina selatan.
”Kegembiraan kami meledak, kami berteriak, dan beberapa dari kami menumpahkan air mata bahagia.... Kami tidak tahu lagi bagaimana perasaan kami karena kami benar-benar gembira,” ujar Emelita Diaz, kakak Diaz, kepada AFP, dengan mata berkaca-kaca, Senin (26/7/2020).
Dalam waktu singkat, momen bersejarah itu menjadi topik utama pemberitaan televisi dan cuitan media sosial di Filipina. ”Ini kemenangan besar bagi Filipina! Terima kasih membuat kami bangga,” kata Wakil Presiden Leno Rober.
Ucapan serupa datang dari Manny Pacquiao, petinju legendaris Filipina yang sedang berlatih di AS untuk persiapan laga melawan petinju AS, Errol Spence. ”Terima kasih Hidilyn Diaz untuk emas Olimpiade pertama bagi Filipina. Kami bangga padamu,” tulis Pacquiao melalui akun Twitter-nya.
Saat berdiri di atas podium dan menyaksikan bendera Filipina dikibarkan dengan iringan lagu kebangsaan ”Lupang Hinirang” (Tanah Terpilih), air mata Diaz kembali tumpah. Momen ini mengingatkan kita pada air mata Susy Susanti yang mengalir di atas podium kehormatan seusai merebut medali emas pertama bagi Indonesia pada Olimpiade Barcelona 1992.
Sulit dipercaya, ini mimpi yang jadi kenyataan.... Usia saya sudah 30 tahun dan saya pikir penampilan saya akan turun, tetapi saya terkejut saya bisa melakukannya.
”Sulit dipercaya, ini mimpi yang jadi kenyataan.... Usia saya sudah 30 tahun dan saya pikir penampilan saya akan turun, tetapi saya terkejut saya bisa melakukannya,” ujar Diaz yang juga anggota Angkatan Udara Filipina seperti dikutip AFP.
Penampilan Diaz pada Olimpiade Tokyo 2020 memang luar biasa. Ia bertarung mati-matian melawan lifter China, Liao Oiuyun, yang lebih diunggulkan untuk merebut emas. Pada angkatan snatch, Diaz dan Liao sama-sama mampu mengangkat beban 97 kg. Kemudian, pada angkatan clean and jerk, Liao sempat menggebrak dengan mencatat rekor Olimpiade 123 kg. Diaz menjawabnya dengan mengangkat beban 124 kg. Liao kembali unggul dengan 126 kg pada angkatan terakhir.
Diaz, yang memiliki satu kesempatan terakhir, membalikkan keadaan dengan mengangkat beban 127 kg dan mencatat total angkatan 224 kg atau unggul 1 kg dari angkatan Liao. Angkatan clean and jerk dan total beban yang berhasil diangkat Diaz merupakan rekor baru Olimpiade.
Keberhasilan Diaz sekaligus membuka era medali emas bagi Filipina di ajang Olimpiade yang dinanti hampir satu abad. Sebelumnya, sejak berpartisipasi di ajang Olimpiade Paris tahun 1924, medali tertinggi yang pernah diraih atlet Filipina adalah perak. Salah satunya perak yang disumbangkan Diaz pada Olimpiade Rio 2016. Saat itu, ia mengakhiri paceklik medali selama 20 tahun bagi Filipina di ajang Olimpiade.
Kini, dengan medali emas dalam genggaman, Diaz dianggap sebagai pahlawan dari kalangan atlet, bersanding dengan petinju legendaris Manny Pacquiao. ”Kami akan mencatat nama Hidilyn Diaz dalam sejarah Filipina.... Seluruh bangsa Filipina bangga kepada Anda karena memberikan kebanggaan dan kemuliaan bagi negeri ini,” ujar Juru Bicara Kepresidenan Harry Roque, Selasa (27/7).
Ditanya wartawan soal kepahlawanannya, Diaz hanya menjawab, ”Saya tidak tahu apakah saya pahlawan nasional. Namun, saya bersyukur kepada Tuhan yang menggunakan saya untuk menginspirasi semua generasi muda dan semua rakyat Filipina untuk berjuang selama pandemi ini.”
Selain mencatatkan sejarah baru bagi Filipina, kemenangan Diaz menjadi penghiburan tersendiri bagi rakyat Filipina yang kian tertekan akibat memburuknya situasi pandemi Covid-19 belakangan ini.
Mengubah nasib
Jalan yang ditempuh Diaz untuk merebut medali emas Olimpiade seiring sejalan dengan perjuangannya dalam mengubah nasib keluarganya yang sederhana. Ayah Diaz hanyalah seorang tukang becak. Untuk membantu keuangan keluarga, Diaz yang ketika itu masih kecil berjualan ikan di pasar. Di sela-sela kegiatan itu, anak bungsu dari enam bersaudara itu berlatih angkat besi dengan barbel terbuat dari beton dan batang dari pipa plastik.
Kegigihannya berlatih sejak usia 11 tahun membuka jalan bagi Diaz untuk menjadi lifter yang sesungguhnya. Ia bertekad akan mengubah nasib keluarga lewat jalan angkat besi. Karena itu, di awal-awal kariernya ia mengikuti kejuaraan secara rutin demi berburu hadiah. Tentu saja, ia juga membangun mimpi menjadi atlet kenamaan Filipina.
Kini, setelah menjadi pahlawan olahraga bagi negaranya, hadiah yang dulu diburu mengalir deras dengan sendirinya. Berkat keberhasilan merebut sekeping medali emas Olimpiade, ia akan menerima bonus setidaknya 33 juta peso atau sekitar Rp 9 miliar dari pemerintah dan swasta.
Selain itu, ia mendapat aneka hadiah lainnya, seperti rumah, tanah, fasilitas terbang gratis seumur hidup dari sebuah maskapai, dan menerima kenaikan pangkat militer satu tingkat dari pangkat dia sebelumnya, yakni sersan.
Saya ingin mengatakan kepada generasi muda di Filipina bahwa kalian bisa mewujudkan mimpi ’emas’ juga.
Diaz membuktikan bahwa tidak ada mimpi yang tak bisa diwujudkan asalkan mau bekerja keras. ”Saya ingin mengatakan kepada generasi muda di Filipina bahwa kalian bisa mewujudkan mimpi ’emas’ juga. Begitulah saya memulai dan akhirnya saya bisa mewujudkannya,” ujar Diaz.
Diaz kini bukan sekadar atlet, melainkan juga sumber inspirasi bagi banyak orang Filipina, terutama perempuan, yang ingin mengubah nasib di bidang apa pun. Lewat barbel yang diangkatnya, perempuan mungil bertinggi badan 150 cm itu juga telah meruntuhkan stigma negatif di Filipina bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah. (AFP/REUTERS)
Hidilyn Diaz
Lahir: Zamboanga, Mindanao, 20 Februari 1991
Prestasi antara lain:
- Medali Emas Olimpiade Tokyo 2020
- Medali Perak Olimpiade Rio 2016