Chloé Zhao menjadi perempuan Asia pertama yang meraih penghargaan Oscar.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·5 menit baca
Kesan Oscar yang seksis dan diskriminatif perlahan memudar. Chloé Zhao (39) berhasil membawa pulang Piala Oscar sebagai sutradara terbaik pada tahun 2021. Sineas dari China ini menjadi perempuan bukan kulit putih pertama yang meraih penghargaan dalam kategori bergengsi tersebut.
Dengan gaun nude dan sepatu sneakers putih dari Hermès, Zhao maju ke panggung pergelaran Academy Awards ke-93 di Los Angeles, Amerika Serikat, Minggu (25/4/2021), waktu setempat. Zhao tampak tidak percaya berhasil menang sebagai sutradara terbaik untuk film Nomadland (2020), sebuah film drama semifiksi tentang kehidupan seorang perempuan nomaden di era modern.
”Ini untuk siapa saja yang memiliki keyakinan dan keberanian untuk berpegang pada kebaikan dalam diri mereka sendiri dan untuk berpegang pada kebaikan satu sama lain, tidak peduli betapa sulitnya untuk melakukan itu. Kalian menginspirasi saya untuk terus maju,” kata Zhao yang sebelumnya mengutip puisi klasik China dalam pidatonya.
Zhao mencatat sejarah baru bagi representasi sineas perempuan di Hollywood. Selama 93 tahun perhelatan Academy Awards, hanya tujuh sutradara perempuan mendapat nominasi, termasuk Zhao. Kathryn Bigelow menjadi sutradara perempuan pertama yang menang lewat The Hurt Locker pada 2010. Sebelas tahun berlalu, Zhao kini menjadi sutradara perempuan kedua yang memenangi kategori ini.
Namun, pencapaian Zhao bukan hanya bagi kaum perempuan. Berasal dari China, Zhao menjadi perempuan bukan kulit putih pertama yang memenangi kategori itu. Zhao membuka pintu bagi perempuan minoritas, khususnya Asia, di Hollywood.
Kemenangan Zhao semakin lengkap karena Nomadland, yang mendapat total enam nominasi, memboyong Piala Oscar untuk kategori Film Terbaik dan Aktris Terbaik. Nomadland sebelumnya juga telah membawa pulang piala dari berbagai ajang penghargaan lainnya. Zhao mencatat sejarah serupa sebagai perempuan sutradara bukan kulit putih pertama yang menang di Golden Globe Awards, Februari lalu, dan British Academy Film Awards (BAFTA), April lalu.
”Saya sangat beruntung bisa melakukan apa yang saya sukai untuk mencari nafkah dan ini berarti lebih banyak orang bisa mewujudkan impian mereka, saya sangat bersyukur,” tutur Zhao.
Karier Zhao mulai mencuri perhatian sejak perilisan film independen Songs My Brothers Taught Me (2015) dan The Rider (2017). Songs My Brothers Taught Me bercerita tentang dilema dan mimpi remaja Indian Amerika. Film ini memberikannya beberapa nominasi di festival film.
Sementara, The Rider menjadi terobosan bagi kariernya. The Rider, membahas kehidupan seorang pengendara rodeo, berhasil menang dalam Gotham Independent Film Award, National Board of Review, dan National Society of Film Critics. Film ini masuk dalam daftar film 10 besar berbagai kritikus dan daftar film favorit Barack Obama pada 2018.
Zhao kini menjadi salah satu sineas ternama China dengan pengakuan internasional. Zhao disejajarkan dengan nama-nama besar, seperti Zhang Yimou, Chen Kaige, Jia Zhangke, Gong Li, dan Zhang Ziyi.
Terlepas dari itu, karier Zhao tak luput dari kontroversi di China. Salah satunya akibat kritik lamanya terhadap kehidupan di China kembali muncul sehingga memicu sentimen negatif para nasionalis. Ia pun dikecam setelah menang dalam Golden Globes tahun ini. Pembahasan Nomadland di medsos sempat disensor dan status perilisannya di China tidak jelas.
Beberapa pujian untuk Zhao mulai muncul kembali setelah keberhasilannya memboyong Oscar. Salah satunya berkat pidato kemenangannya yang merujuk pada budaya China. Di Weibo, warganet menyebutnya sebagai ”Cahaya China”. Media Global Times juga membahas kemenangannya di Twitter.
Multi-identitas
Zhao menjadi contoh bagaimana ”orang luar” bisa menjadi pembuat sejarah dalam Hollywood. Zhao lahir dengan nama Zhao Ting di Beijing, China, pada 1982. Ayahnya adalah seorang pebisnis sukses dan ibunya seorang pekerja di rumah sakit. Ibu tiri Zhao adalah aktris komedi terkenal China, Song Dandan.
”Saya memiliki orangtua yang menarik. Mereka hanya sedikit berbeda dari orangtua umumnya di Beijing. Mereka memberontak, aneh, dan tidak pernah berhenti membiarkan saya menjadi diri sendiri,” kata Zhao.
Kecintaannya pada film dimulai sejak masa kanak-kanak, sebagian terinspirasi film Happy Together (1997) oleh Wong Kar-wai, budaya pop Barat, dan era Old West. Dalam sebuah wawancara dengan Vogue, Zhao menggambarkan dirinya sebagai ”remaja pemberontak, malas di sekolah” yang menemukan kedamaian lewat menggambar manga dan menulis fiksi.
Ia pun nekat hijrah ke negara Barat, meskipun waktu itu kemampuan bahasa Inggris-nya terbata-bata. Zhao pindah untuk belajar di Inggris pada usia 14 tahun. Selanjutnya, ia menempuh pendidikan dan menetap di AS pada tahun 2000. Di New York, ia sempat menjadi murid dari sutradara Spike Lee.
Berbagai pengalaman ini memberi Zhao perspektif kemanusiaan yang beragam. Namun, tinggal di New York membuat Zhao kesulitan mencari lokasi shooting di New York sebagai mahasiswa tingkat akhir. Tak lama, ia jatuh cinta dengan lanskap AS yang luas dan liar, terutama di wilayah bagian barat, seperti Dakota.
Hasilnya, karya-karya Zhao kerap menyajikan potret kehidupan manusia yang memikat di pinggiran AS. Zhao mengaku memiliki alasan tertarik pada cerita semacam itu. ”Kemanapun saya pergi dalam hidup, saya selalu merasa seperti orang luar. Jadi saya secara alami tertarik pada orang lain yang hidup di pinggiran atau tidak menjalani gaya hidup arus utama,” ujar Zhao.
Salah satu ciri khas Zhao dalam membuat film adalah kebanyakan karakter film diperankan oleh orang biasa, seperti orang nomaden asli yang tampil di Nomadland. Menurut dia, tidak ada pemeran yang lebih tepat memerankan karakter tertentu daripada orang itu sendiri.
Sutradara ini sebentar lagi akan terjun ke pasar arus utama melalui film blockbuster Marvel, Eternals. Namun, Zhao memastikan, membangun dunia film yang kaya dan meyakinkan adalah hal terpenting, entah itu film tentang rodeo atau pahlawan buku komik. (BBC/BLOOMBERG/AFP)
Chloé Zhao
Lahir: Beijing, 31 Maret 1982
Pendidikan: New York University Tisch School of the Arts
Profesi: Sutradara
Prestasi: 2 Academy Awards, 2 Golden Globe Awards, dan 2 BAFTA