Caitlin Aurelia Wiranata, Menjawab “Tantangan” Beethoven
Caitlin dipilih Maestro Avip Priatna karena permainan pianonya, usianya, dan tafsirnya yang dipandang pas untuk memainkan karya Beethoven.
Oleh
Ninok Leksono
·5 menit baca
Pianis muda Caitlin Aurelia Wiranata (19) tampil dalam Konser “Beethoven Forever untuk merayakan 250 tahun kelahiran sang komposer. Caitlin dipilih Maestro Avip Priatna karena permainan pianonya, usianya, dan tafsirnya yang dipandang pas untuk memainkan karya Beethoven.
Ludwig van Beethoven (1770-1827) dikenal sebagai salah satu “raksasa” musik dengan karya-karya masyhur, mulai dari bagatelle terkenal “Fur Elise”, romansa, sonata, konserto piano dan biola, hingga simfoni yang megah. Jika untuk biola komposer kelahiran Bonn, Jerman, ini hanya mencipta satu konserto, untuk piano ia mencipta lima konserto. Konserto Piano nomor 1 dalam C Mayor opus 15 inilah yang dipilih Maestro Avip Priatna bersama Jakarta Concert Orchestra (JCO) yang ia pimpin dalam Konser “Beethoven Forever” yang ditayangkan secara daring Rabu 31 Maret dan diulang seminggu kemudian, Rabu (7/4).
Avip dalam Konser yang dimaksud untuk merayakan 250 tahun kelahiran sang komposer (yang seyogyanya tahun silam) menampilkan pianis muda yang sangat berbakat, Caitlin Aurelia Wiranata (19 tahun). Menurut Avip, alasan ia memiilih Caitlin adalah karena kemampuannya (dalam permainan piano), karena usianya, juga karena “sentuhan” (touch, atau tafsirnya) yang ia pandang pas untuk memainkan karya Beethoven ini. Avip juga sengaja memberi kesempatan kepada pemusik muda berbakat untuk tampil dalam orkestranya.
Caitlin tampak tidak ingin mengecewakan Avip. Tampil dengan gaun warna hijau yang anggun, jemarinya yang lentik mulai menghadirkan alunan piano yang menggugah, dimulai dari bagian pertama Allegro con brio dengan iringan Orkestra yang hidup bersemangat.
Caitlin yang kini sedang memperdalam musik di Royal Academy of Music, London, seperti dituturkan mamanya, Cisca, memang sudah bercita-cita untuk memainkan sebuah konserto piano sebelum ia berusia 20 tahun. Inilah inspirasi yang mengesankan, bahwa perjalanan musik yang sudah ia mulai dari sejak usia 4 tahun harus berpuncak sebagai concert pianist, pianis yang tampil bersama orkestra untuk memainkan genre musik yang banyak digubah oleh para empu komposer seperti Mozart, Beethoven, hingga Rachmaninov.
Untuk Konserto Piano Nomor 1 Beethoven ini Caitlin mempersiapkannya selama satu bulan,dimulai ketika Avip menawarinya untuk menjadi solois tanggal 15 Februari 2021 hingga rekaman pada tanggal 19 Maret 2021. Selain mematangkan pemahamannya tentang karya, Caitlin juga perlu menyamakan irama permainan pianonya dengan tempo orchestra Avip. Sebelum memutuskan bersedia, Caitlin sempat berkonsultasi dengan Profesornya di London, apakah ia cocok untuk memainkan karya yang belum pernah ia mainkan sebelumnnya itu.
Meski berbakat besar, Caitlin juga memmenuhi tanggung jawab kesediannya untuk memainkan Konserto ini, yaitu dengan berlatih 4 sampai 6 jam setiap harinya, di sela-sela ia studi bidang lainnya, yakni manajemen bisnis di London School of Economics, yang selama pandemi ia jalani secara daring.
Memulai belajar piano pada usia dini di Sekolah Musik Yamaha, Caitlin lalu mencintai suara piano. “Main piano itu hal yang seru dan menyenangkan, karena di situ Caitlin bisa mengeluarkan ekspresi dan ide-ide,” tuturnya kepada Kompas awal pekan ini.
Meski tujuan akhir adalah menjadi concert pianist, Caitlin juga tergerak untuk berbagi. Dalam konser “Build the Future” bersama Alicia Hartono (Februari 2018) di Jakarta, kedua artis muda ini menggalang dana untuk membangun dua sekolah di Jawa Tengah dan untuk membantu korban gempa di Lombok.
Aktivitas berbagi sudah ia perlihatkan sejak ia menjadi siswi Binus, di mana untuk pertunjukan musikal “Superego” ia bertindak sebagai pimpinan musik, sekaligus sebagai pencipta lagu dan penyusun aransemen untuk lagu-lagu bergenre jazz, pop, dan klasik.
Jalan menuju solois Konserto Beethoven dengan demikian sudah berdiri di atas fondamen perjalanan karir yang kokoh, termasuk di antaranya memainkan karya George Gerhswin “Rhapsody in Blue” dalam Konser Simfoni untuk Bangsa 2017.
Kini, pianis muda dengan permainan piano yang menurut Steinway “sincere” (tulus) dan “deep personality” (disertai dengan kepribadian mendalam) itu tengah menapaki jalur untuk masa depannya sebagai concert pianist dan berkarir dalam pembuatan musik film, yang ia lihat besar peluangnya di Indonesia. Sebagai gadis penyuka nonton film, pastilah Caitlin tergerak melihat film seperti La La Land menjadi indah karena musiknya digarap apik oleh Justin Hurwitz.
Mengawali penampilan publik dengan program “All Begin with (Johan Sebastian) Bach”, kini Caitlin juga amat mengagumi Frederic Chopin, yang karya-karyanya ia lihat sangat indah dan megah. Musik Chopin yang menuntut virtuositas tersebut ia anggap sangat seru dan menantang.
Tantangan yang ada bagi sosok milenial seperti Caitlin yang mengambil dua bidang studi sekaligus tentu harus pintar membagi waktu dan fokus. Itu sebabnya ia juga sudah meninggalkan main biola, juga aktivitas vokal, di mana ia dulu juga banyak terlibat dalam lomba-lomba The Resonanz Children Choir yang berhasil memenangi sejumlah kejuaraan internasional.
Kini, panggilan studi mengharuskannya kembali ke London. Ia siap untuk panggilan itu, lebih-lebih setelah ia meninggalkan souvenir manis untuk pencinta musik klasik berupa permainan mengesankan di Konser “Beethoven Forever”. Di antara bekalnya selain semangat adalah berbagai saset hidangan siap saji Nusantara untuk obat kangen dengan Tanah Airnya.
Apakah terpikir untuk berkarir di negeri orang seusai studi, Caitlin mengatakan, “Aku mungkin ingin cari pengalaman selama beberapa waktu jika ada kesempatan, tapi untuk jangka panjang, aku akan kembali ke Indonesia,” jawabnya pasti.
Pilihan karir apa pun sangat didukung orang tua yang hanya mensyaratkan hal itu baik, dikerjakan dengan sungguh-sungguh, dan membuatnnya bahagia. Sejauh ini, harapan itu mewujud, karena Caitlin tidak saja bahagia bias mendalami instrumen yang sangat ia cintai, tetapi dengan itu ia juga membahagiakan pecinta musik dengan tarian jemari lentik yang membuahkan bunyian indah gubahan empu musik dunia.
Konserto Piano Nomor 1 Beethoven telah dimainkan oleh banyak pianis ternama dunia, seperti Martha Argerich yang asal Argenntina, dan dari generasi muda ada Khatia Buniatishvili yang berdarah Perancis-Georgia. Semoga kiprah Caitlin juga menginspirasi pianis muda Indonesia untuk mencapai jenjang tinggi di kancah internasional.
Caitlin Aurelia Wiranata
Lahir: Jakarta, 155 Juni 2002
Keluarga: Anak kedua pasangan Dianto Wiranata – Cisca Djapa.
Pendidikan:
Royal Academy of Music, London
Bachelor degree untuk piano performance; London School of Economics (Manajemen Bisnis)
Pembimbing: Profesor Emeritus Christopher Elton
Guru di Inndonesia: Iswargia Sudarno dan Ruth Wibisono di Jakarta Conservatory of Music
Prestasi:
Young Steinway Artist (20019)
Finalis ASEAN International Chopin Piano Competition, Malaysia (2018)
Finalis Steinway Regional Asia-Pacific, Malaysia (2016)
Juara I Indonesia Steinway Youth Piano Competition (2016)
Juara I Asian Youth Music Competition, Kabalevsky category, Hongkong (2016)
Konser:
Steinway Concert Series, Hari Anak Nasional, Juli 2020
Resital Piano Solo (2019)
Konser Piano Solo, Kedutaan Besar Rusia untuk ASEAN, Jakarta
Konser Simfoni untuk Bangsa, November 2017
Program: Membangun Masa Depan, Jakarta & Bali (2018)
Festival Musik:
Aspen Music Festival, Colorado, USA, 2019
Academie Internationale d’Ete de Nice (2018)
Masterclass: Dr Yoheved Kaplinsky, Akiko Ebi, Albert Tiu, Sam Haywood.