Taylor Swift dan Senandung Imajinasi Pandemi
Album ”Folklore” sekaligus menandai pergeseran musik Taylor Swift. Ia menjauh dari pop kontemporer menuju rock yang lebih kaya atmosfer. Hasilnya, ia mendapat Grammy untuk Album Terbaik tahun ini.
Ketika industri musik melambat karena pandemi, Taylor Swift bergerak cepat menulis dan merekam album. Album Folklore yang ia buat di sela-sela masa karantina berhasil merebut Piala Grammy untuk salah satu kategori paling bergengsi, yakni Album Terbaik.
Swift mencetak sejarah sebagai penyanyi solo perempuan pertama yang memenangi Album Terbaik sebanyak tiga kali di ajang Grammy. Musisi lain yang pernah mencatat prestasi serupa semuanya laki-laki, yakni Frank Sinatra, Paul Simon, dan Stevie Wonder.
Swift pertama kali merebut Grammy untuk Album Terbaik saat berusia 20 tahun lewat album Fearless (2010). Saat itu, ia tercatat sebagai penyanyi termuda yang meraih penghargaan tersebut. Rekor ini dipecahkan Billie Eilish tahun lalu pada usia 18 tahun. Grammy Album Terbaik kedua direbut Swift lewat 1989 (2015). Album Terbaik ketiga ia peroleh lewat Folklore pada ajang Grammy Awards ke-63 tahun ini.
Wajah penyanyi kelahiran Pennsylvania itu tampak amat cerah saat naik ke panggung untuk menerima Grammy, secerah gaun bermotif bunga-bunga yang ia kenakan. Ia menerima piala bersama dua rekan penulis dan co-producer album Folklore, Aaron Dessner dan Jack Antonoff.
Dalam wawancara dengan Entertainment Weekly, Swift menjelaskan bahwa ia sebenarnya tidak berencana membuat album. Namun, sejak terbit kebijakan karantina di banyak negara, ia terisolasi. Untuk mengisi waktu, ia menonton film yang kemudian membuka ruang imajinasinya. Di kepalanya muncul karakter orang-orang yang belum pernah ia temui dan ia kenal. Imajinasi itu lantas menjadi lagu.
Dalam isolasi, imajinasi saya menjadi liar dan album ini adalah hasil dari kumpulan lagu dan cerita yang mengalir seperti aliran kesadaran.
”Dalam isolasi, imajinasi saya menjadi liar dan album ini adalah hasil dari kumpulan lagu dan cerita yang mengalir seperti aliran kesadaran,” tulisnya melalui Twitter.
Menulis lagu menjadi cara Swift melarikan diri dari pandemi ke dalam fantasi dan sejarah. Dalam lagu ”Epiphany”, misalnya, Swift menuliskan kisah tentang kakeknya yang berjuang pada Perang Dunia II. Ia menggambarkan seorang rekan yang berdarah-darah. Namun, melalui suara merdunya yang lembut dan penuh empati, ia seolah menjadikan perang sebagai metafora dari pandemi di mana banyak orang kehilangan kerabat.
Angka keberuntungan
Swift meluncurkan album perdana pada 2006 dengan namanya sendiri. Album country itu dirilis pertama kali ketika ia berusia 16 tahun. Kehadirannya dengan cepat disambut oleh penggemar musik dan kritikus kontemporer yang memuji bakat Swift. Setelah sekitar 14 tahun berlalu, ia menghasilkan delapan album dan mencapai ketenaran tingkat superstar, ditandai dengan meraih 11 dari 41 nominasi Grammy Awards. Ia juga berhasil menjual album rekaman lebih dari 200 juta keping di seluruh dunia.
Swift mengatakan, sejak usia 13 tahun, ia sangat antusias menyambut usia 31 tahun yang jatuh pada 13 Desember 2020 karena itu angka keberuntungannya. Benar saja, di usia ini, ia berhasil membuat dua album sekaligus dalam satu tahun yang sama, yakni Folklore dan Evermore. Folklore dirilis pada Juli 2020. Kurang dari lima bulan kemudian, keluar album Evermore yang ia sebut ”saudara perempuan” dari Folklore.
Keduanya diproses lewat proses kreatif yang tak biasa. Album ini merupakan hasil kolaborasi di masa karantina. Swift menghubungi Dessner untuk mengajak berkolaborasi meskipun tidak dapat melakukan rekaman di studio musik.
Album ini diproduksi di studio Long Pond dan Swift merekam suara dari studio di rumah. Kepada The New York Times, Dessner mengatakan, bagi Swift, Folklore adalah rakit kehidupan bagi musisi, baik secara emosional maupun kreatif.
Saya pikir itulah keindahan saat ini, cara komunitas musisi beradaptasi dan dapat bekerja dari jarak jauh.
”Saya pikir itulah keindahan saat ini, cara komunitas musisi beradaptasi dan dapat bekerja dari jarak jauh. Jadi semua orang ada di kamar mereka dengan mikrofon dan Anda sebenarnya dapat menyelesaikan banyak hal dengan sangat cepat,” katanya.
Folklore sekaligus menandai pergeseran musik Swift. Ia menjauh dari pop kontemporer menuju rock yang lebih kaya atmosfer. Swift yang dulu menulis lagu dengan gaya penulisan lagu introspektif kini menulis lewat perspektif orang lain. Ia bercerita seperti gaya para penulis lagu folk Amerika, yakni John Prine, Bruce Springsteen, dan Bob Dylan.
Seperti banyak penyanyi lainnya, Swift dulu memperlakukan album sebagai siklus musim yang berganti dan demi mengalihkan perhatian penggemar dari album lama ke album baru. Kini, ia mengerjakan dua album nyaris bersamaan. ”Sederhananya, saya hanya tidak bisa berhenti menulis lagu,” ujar Swift.
Posisi teratas
Keberhasilan Folklore sudah terasa sejak album ini dirilis. Label Republic Records yang merilis album ini mencatat, Folklore terjual 1,3 juta kopi hanya dalam waktu 24 jam. Alhasil, album ini menempati posisi teratas pada Billboard 200 selama delapan minggu berturut-turut dan menjadi album pertama yang terjual satu juta kopi tahun lalu.
Di ajang Grammy, Folklore mendapat lima nominasi, termasuk nominasi untuk Lagu Terbaik lewat ”Cardigan”. Swift juga mendapat tambahan satu nominasi pada kategori Lagu Terbaik untuk Media Visual lewat ”Beautiful Ghosts” dari film From Cats. Meski akhirnya ia hanya membawa pulang satu Grammy kategori Album Terbaik.
Pencapaian ini melanjutkan kesuksesannya pada ajang American Music Awards (AMA) 2019 di mana ia meraih enam piala. Jika ditotal, sepanjang 15 tahun terjun di industri musik, ia sudah meraup 29 penghargaan di AMA. Pencapaiannya melampaui kesuksesan bintang pop Michael Jackson yang meraih 24 piala.
Di Grammy Awards 2021, Swift tidak hanya naik ke atas panggung untuk menerima piala. Ia juga tampil membawakan medley lagu dari Folklore, yaitu ”Cardigan”, ”August”, dan ”Willow”. Lewat penampilannya, ia menghidupkan kisah-kisah dongeng menjadi sesuatu yang seolah-olah nyata.
Ia membawakan lagu di dalam pondok kayu yang ada di tengah hutan. Sinar berwarna putih menembus sela-sela daun dan batang pohon, sementara sinar kuning laksana kunang-kunang mengelilingi Swift. Suaranya yang manis menyihir penikmat musik hanyut ke dalam dunia fiktif yang ia ciptakan. Sebelum pentas, pembawa acara Trevor Noah mengatakan, album yang dirilis Swift itu seperti obat bagi banyak orang. (HEI)
Taylor Swift
Lahir: West Reading, AS, 13 Desember 1989
Profesi: penyanyi, penulis lagu, produser rekaman, aktris
Penghargaan:
- 11 Grammy
- 29 American Music Awards
- 100 orang paling berpengaruh di dunia versi Time (2010, 2015, 2019)
- Celebrity 100 versi Forbes (nomor satu pada 2016 dan 2019)