Jasmine Harrison Menikmati Kesendirian di Samudra Atlantik
Jasmine Harrison merayakan kesendirannya dengan mendayung melintasi Samudra Atlantik selama 70 hari. Di tengah ganasnya gelombang lautan, pelatih renang asal Inggris ini menikmati kesendirian dan kemandirian hidup.
Banyak orang menganggap kesendirian adalah hal yang paling menakutkan dalam hidup. Namun, Jasmine Harrison (21) justru merayakan kesendirannya dengan mendayung melintasi Samudra Atlantik selama 70 hari. Di tengah ganasnya gelombang lautan yang serba tak pasti, pelatih renang asal Inggris ini menikmati kesendirian dan kemandirian hidup.
Pelatih renang asal Thirsk di North Yorkshire (Inggris) ini mendayung secara solo dalam ajang dua tahunan bernama Talisker Whisky Atlantic Challenge. Ajang yang dikenal sebagai ajang perlombaan dayung terberat di dunia ini sudah diadakan sejak 1997.
Tak seperti kebanyakan orang lain yang memilih mendayung dalam tim, Harrison justru menempuh perjalanan menegangkan ini seorang diri. Dalam kesendirian, ia mengatasi kesulitan pada jalur laut yang pernah diambil oleh armada Columbus berabad-abad lalu.
Sebelumnya, wanita termuda yang mendayung menyeberangi lautan adalah Katie Spotz dari AS, yang menyeberangi Atlantik dari timur ke barat pada tahun 2010 pada usia 22 tahun.
“Mereka selalu mengatakan, kesepian adalah masalah terbesar. Namun, saya tidak menemukannya, atau belum menemukannya,” ujarnya, dikutip dari BBC, Minggu (21/2/22).
Harrison berangkat dari La Gomera, di Kepulauan Canaria di sebelah barat laut pesisir Afrika, pada Desember 2020. Sabtu lalu, ia mencapai finish di Antigua, sebuah pulau di Hindia Barat, di Kepulauan Leeward, Karibia, setelah menempuh perjalanan solo sepanjang rute 3.000 mil (4.282) km. Ia mencatatkan waktu perjalanan 70 hari, tiga jam, 48 menit.
“Bagaimanapun, saya sudah cukup mandiri sepanjang hidup. Saya hanya berpikir saya ingin melakukan ini, jadi saya akan melakukannya,” kata Harrison. Ia juga menjelaskan bahwa dirinya sangat suka perasaan yang muncul dari melakukan sesuatu seorang sendiri. “Itu sangat membebaskan saya,” lanjutnya Harrison.
Dalam perjalanan laut ini, Harrison melewati banyak tantangan seperti gejala mabuk laut yang ia rasakan pada hari-hari pertama petualangan yang menyebabkan penglihatannya kabur dan halusinasi. Ia juga hampir bertabrakan dengan kapal pengeboran yang tidak terdeteksi di jalurnya. Selain itu, sekitar 100 mil (sekitar 160 km) menjelang finish kapalnya terbalik.
Melalui telepon satelit, ia juga memberitahu petugas medis kalau siku kirinya mengalami cedera parah. Melalui arahan di telepon, petugas medis membantunya mengatasi sakit. Beberapa jam kemudian, Harrison mampu melanjutkan perjalanan.
Dikutip dari laman pribadinya Rudderly Mad, Harrison menjelaskan ada beberapa alasan yang membuatnya ingin mendayung seorang diri. Pada 2018, ia terinpirasi dari perlombaan dayung di Antigua. Ketika itu, ia selesai melatih renang tidak sengaja melihat seorang pria menyelesaikan perlombaan dayung dan menyalakan suar. Orang bersorak dan mengatakan betapa menakjubkannya perlombaan. Harrison kemudian tertantang melakukan hal serupa.
Harrison juga merasa terpanggil untuk mendayung ke Antigua setelah melihat banyak pulau hancur akibat badai pada September 2017, seperti Dominica yang hampir tidak punya harapan pulih. Ia kemudian ingin mencapai pulau itu untuk memberikan bantuan perbekalan.
Oleh karena itu, Harrison menjadikan perjalanan ini untuk mengumpulkan donasi. Badan amal yang didanai adalah Blue Marine Foundation, yan bertujuan untuk memerangi penangkapan ikan berlebih, dan ShelterBox yang bertujuan memberikan bantuan untuk orang-orang terdampak bencana alam. Hingga Senin ini terkumpul 17.369 poundsterling Inggris (sekitar Rp 342.000.000) dari target 10.000 pounds (sekitar Rp 197.000.000)
Alasan lainnya adalah ia ingin menginspirasi generasi muda, khususnya perempuan untuk mencoba sesuatu. “Saya ingin menginspirasi orang-orang untuk mengubah pola pikir mereka menjadi apa yang bisa Anda lakukan, bukan apa yang tidak bisa Anda lakukan,” katanya.
Dalam perjalanan laut ini, Harrison melewati banyak tantangan seperti gejala mabuk laut yang ia rasakan pada hari-hari pertama petualangan yang menyebabkan penglihatannya kabur dan halusinasi. Ia juga hampir bertabrakan dengan kapal pengeboran yang tidak terdeteksi di jalurnya. Selain itu, sekitar 100 mil (sekitar 160 km) menjelang finish kapalnya terbalik.
Ia melanjutkan, “Kehidupan tempat Anda dilahirkan tidak harus menjadi hidup Anda. Mungkin bagus jika Anda menyukainya, tetapi Anda juga bisa tampil berbeda. Anda tidak harus melakukan apa yang sudah orang tua Anda lakukan. Kita semua orang yang berbeda, temukan apa yang Anda harus lakukan.”
Harrison memahami, ada kalanya impian membuat seseorang merasa takut. Namun, semakin ini membuat takut, semakin banyak prestasi yang bisa diraih. Ia juga mendorong perempuan untuk bisa mengatasi kecemasan mereka. “Saya akan berbohong jika mengatakan saya tidak takut melakukan ini, mengetahui semua hambatan yang akan saya hadapi. Saya meminta dukungan kepada setiap orang sehingga meningkatkan kepercayaan diri,” katanya.
Dalam petualangannya menembus Samudra Atlantik, ia menyulap perahu dayug seberat 250 kg sebagai alat transportasi dan rumahnya. Di perahu sepanjang tujuh meter ini, ia menghabiskan waktu untuk makan, tidur, dan melakukan perjalanan laut. Sebagai sumber energi, Harrison makan cokelat dan biskuit dalam perjalanan. “Saya rasa saya sudah menghabiskan 40 kilogram cokelat dalam perjalanan,” ujarnya, dikutip The Guardian.
Biasanya, Harrison akan mengayuh dayung selama 12 jam setiap hari. Ia akan berhenti untuk membersihkan perahu, istirahat sebentar sambil memandang matahari tenggelam. Kemudian, akan kembali mengayuh dayung menembus gelap malam sebelum ia tidur di kabin perahu.
Perjalanan seorang diri memberinya kebebasan untuk menentukan apa yang ia suka dan apa yang ingin ia lakukan. Contohnya, ketika sedang hujan ia memilih untuk tetap tinggal di dalam kabin perahu. Ia baru melanjutkan perjalanan ketika hari cerah.
Meski mendayung sorang diri, sebenarnya Harrison tidak benar-benar sendirian. Sepanjang perjalanannya ia ditemani oleh berbagai macam satwa liar, seperti paus, marlin bergaris, triggerfish, serta kawanan lumba-lumba yang mengikutinya mendayung berhari-hari. Ikan-ikan berenang di bawah perahunya, dan akan menyapanya setiap pagi.
Dalam perjalanan ini, Harrison juga masih sempat menghubungi keluarga dan teman-temannya melalui telepon satelit. Ibunya, Susan, mengatakan, kadang-kadang ia khawatir dengan kabar putri. Namun, Susan langsung merasa lega begitu mendapatkan telepon dari putrinya yang mengabari bahwa ia baik-baik saja meski baru saja melewati hari menantang.
Ajang Talisker Whisky Atlantic Challenge ini cukup unik karena menyatukan tim dari berbagai lapisan masyarakat dengan tujuan untuk menghadapi tantangan unik menyeberangi lautan dengan perahu dayung. Atmosfernya sangat menarik karena orang-orang saling membantu mempersiapkan diri menghadapi tantangan Samudra Atlantik yang perkasa.
Harrison dan para pedayung lain berjuang melawan kurang tidur, luka gadam, dan kondisi fisik ekstrem selama perlombaan. Mendayung seorang diri juga memberikan tantangan bagi Harrison karena ia dibiarkan hanyut dengan pikirannya sendiri di antara hamparan laut yang ganas. Pada ajang yang sama 2016, pedayung tunggal Daryl Farmer tiba di Antigua setelah 96 hari mendayung perahu tanpa kemudi yang dipakai selama 40 hari terakhir.
Baca juga : 12 Pebalap AHRT Berburu Prestasi Internasional
"Mendayung lautan belum berakhir sampai Anda melangkah dengan aman ke darat, risikonya tetap ada, dan tidak ada waktu untuk bersantai," kata penyelenggara dalam pernyataan pers.
Begitu perahunya mendekati pelabuhan, Harrison berdiri dan merayakan suar. Wajahnya terlihat puas karena berhasil melakukan apa yang ia ingin lakukan sejak lama. “Saya menikmati perjalanan sendirian karena saya mendapat banyak kepuasan. Jika Anda ingin melakukan sesuatu, sekaranglah waktunya!” katanya, dikutip dari USAToday.
Berbicara di Pelabuhan Antigua, di dekat perahunya yang bernama Argo, Harrison berharap pencapaiannya akan menginspirasi orang lain untuk menyadari potensi mereka. Di saat Covid-19 sudah mengurangi peluang banyak orang, ia berharap orang-orang menyadari masih ada dunia di luar sana. (BBC)
Jasmine Harrison
Kota asal: Thirsk, North Yorkshire
Pekerjaan: Pelatih renang dan bartender paruh waktu
Prestasi: Pemegang rekor pedayung perempuan termuda dalam The 2020 Talisker Whisky Atlantic Challenge