Penari Kadek Puspasari mengenalkan budaya Indonesia di Perancis.
Oleh
Putu Fajar Arcana
·5 menit baca
Kadek Puspasari (41) pernah hampir menyerah. Seorang siswa sekolah dasar mengejek bahasa Perancisnya yang belepotan. Selain itu siswa yang lain mempertanyakan untuk apa mereka belajar menari, mereka tidak akan hidup karena tari. Sebagai penari dan koreografer berbasis tari tradisi Jawa dan Bali, Kadek tersinggung berat. “Tapi saya hanya menangis…” tuturnya.
Peristiwa yang terjadi di Paris saat Kadek hamil tahun 2010 itu, ia kenang sampai kini. Suaminya, Christophe Moure, lelaki berdarah Perancis-Jawa, terus membesarkan hatinya. Bahwa di Perancis protes itu hampir setiap saat bisa terjadi, baik oleh orang tua maupun anak-anak. “Kalau mereka tidak mau belajar menari, tidak boleh dipaksa. Ya saya berangkat dari mereka yang mau saja akhirnya,” kata Kadek, akhir Oktober 2020 dari Paris.
Pekerjaan sebagai guru seni di SD, SMP, dan SMA di Perancis dijalani Kadek bukan semata karena kebutuhan hidup. Ia menjalaninya sebagai semangat untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia di Eropa. “Kebetulan ada peluang mengajar di sekolah-sekolah, terutama sekolah yang terkenal karena anak-anaknya nakal dan berasal dari berbagai bangsa,” katanya.
Negara seperti Perancis, tambah Kadek, sejak lama memasukkan program kesenian di sekolah-sekolah “anak bandel” sebagai pendidikan karakter. “Kebayang kan, kalau bahasa kita buruk mereka akan ejek habis-habisan. Padahal, itu anak-anak lho. Begitulah Perancis,” tutur perempuan kelahiran Bali tahun 1979 ini.
Bersama Christophe, tahun 2012 Kadek kemudian mendirikan Asosiasi Pantcha Indra, sebuah sanggar seni yang mengajarkan seni tradisi Indonesia seperti wayang, tari, dan tembang. Christophe sendiri seorang dalang wayang langgam Jawa yang pernah belajar di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Sebelum belajar wayang dan gamelan Jawa, Christophe menguasai permainan gitar untuk musik jazz di Perancis.
Kadek ingat betul, ketika pertama mendirikan Pantcha Indra ia harus berpindah-pindah studio dan meminjam gamelan dari KBRI Paris. “Sangat menyedihkan. Gamelan di KBRI disimpan di gudang yang terpisah-pisah, kami harus bersihkan dan melarasnya lagi,” kenang Kadek.
Basis universitas
Peminjaman gamelan KBRI tak berlangsung lama, karena Christophe dan Kadek kemudian membeli gamelan dari Jawa. Panctha Indra kemudian memperoleh studio latihan di Universitas Paris X-Nanterre, di mana Christophe menjadi direktur ensamble gamelan tradisi. Kebetulan universitas ini terdapat program studi etnomusikologi. “Kami mendapatkan studio untuk menaruh gamelan dan berlatih di sana,” kata Kadek.
Di Panctha Indra sendiri, Kadek dan Christophe mengasuh dua grup gamelan Jawa dan dua grup gamelan Bali. Selain itu, pasangan ini juga terus aktif menyebarkan musik tradisi Indonesia di sekolah-sekolah di Paris dan sekitarnya.
Kamis (5/11/2020) pagi Kadek dan Christophe sibuk mengajar gamelan dan tari kepada anak-anak di sebuah sekolah dasar. “Kami bawa gamelan di studio dekat sekolah karena Perancis sedang lockdown parsial,” tutur Kadek.
Perancis memberlakukan lockdown untuk kedua kalinya, setelah sebelumnya dilakukan pada bulan Maret 2020 lalu. Tetapi kali ini, kata Kadek, pemerintah memberlakukan lockdown parsial, sekolah-sekolah tetap boleh dibuka. Di tengah-tengah lockdown karena pandemi korona yang makin gawat, Kadek tetap menjadwalkan mengajar di sekolah-sekolah di sekitaran Paris.
Tak hanya itu, penari lulusan ISI Surakarta ini, melakukan aktivitas berekspresi dari rumahnya. Seminggu sebelum lockdown pertama diberlakukan pemerintah Perancis bulan Maret lalu, ia sakit yang memiliki ciri-ciri seperti Covid-19.
“Tubuh saya demam dan pilek, saya pikir saya harus melakukan sesuatu untuk diri saya,” ujar Kadek. Karena ia penari, maka menari adalah pilihannya.
Sejak hari keempat lockdown, Kadek mengunggah tarian dari bilik karantina di IG TV @puspasari.kadek, yang ia beri tanda: Video 1. Day 4 –Self quarantine-Lokcdown 14-3-2020, 21h00. Home dance improvisation. Sejak itu setiap hari ia menggunggah aktivitasnya menari, terkadang di jendela, dapur, ruang tamu, ruang kerja, dan sudut-sudut apartemennya. Hal yang sama ia ulangi kembali saat lockdown parsial sejak 29 Oktober 2020 sampai nanti akhir masa lockdown 1 Desember 2020.
“Saya mengajarkan tari untuk membentuk karakter kepada anak-anak, jadi harus bisa juga menjadikannya terapi bagi diri sendiri,” kata Kadek. Benar saja, tanpa minum obat gejala sakit korona yang ia derita perlahan-lahan memudar.
“Saya sakit dua kali, tapi akhirnya sembuh sampai sekarang…” katanya.
Seni bagi Kadek, bukan sekadar keterampilan, tetapi lebih-lebih adalah energi kebaikan (kesembuhan) yang terus bekerja jika ditekuni secara serius. Banyak orang Perancis kini lebih mengerti posisi Indonesia di peta dunia melalui seni tradisi yang ia sebarkan bersama suaminya. Para murid Kadek berasal dari berbagai profesi, yang sama sekali tidak profesional di bidang seni. Mereka umumnya juga belum pernah datang ke Indonesia.
Seni tradisi Jawa dan Bali yang mereka pelajari di Perancis kemudian mengantarkan mereka sampai ke Indonesia. “Bukan itu sih yang utama, tetapi yang terpenting mereka kemudian mengerti bahwa Indonesia itu negara yang memiliki kekayaan kebudayaan luar biasa. Dan itu kemenangan awal dari sebuah diplomasi,” kata Kadek.
Bersama Panctha Indra, Kadek dan Christophe telah mengisi perhelatan-perhelatan penting di Eropa. Mereka berdua “diam-diam” dan tanpa lelah telah menjadi duta kebudayaan Indonesia di daratan Eropa. “Menekuni seni tradisi berarti sekaligus memperkenalkan karakter orang Indonesia, dan kami bangga melakukannya,” ujar Christope yang tiba-tiba menyela pembicaraan kami lewat panggilan video.
Kadek Puspasari
Lahir: Bali tahun 1979, besar di Solo, dan bermukim di Paris
Pendidikan:
- Pasca Sarjana (S2) ISI Surakarta 2004-sekarang
- S-1 ISI Surakarta 2004
Karya:
- Sanghara Sang (2004)
- Metro B (2014)
- Sidartha Hermann Hesse (2015)
- Empat (2017)
- Panji’s Uchrony (2018)
Prestasi:
- Koreografer Terpilih dalam Asian Young Choreographer Project dari World Dance Aliance Taiwan dan Singapura
- Koreografer Terpilih Kennedy Center AS untuk belajar kepada koreografer Marta Graham, Mercy Cunningham, dan Broadway City Center.
- Residensi Cloud Gate Dance Theatre di Indonesia dan Taiwan