Agung Setiawan, Mendongkrak Kelas Pedagang Keliling
Rasa keprihatinan terhadap nasib para pedagang keliling membuat Agung Setiawan (38) bersama temannya membuat perusahaan rintisan untuk memberikan nilai tambah kepada para pelaku sektor informal ini.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·5 menit baca
Semua berawal dari secangkir kopi hangat di Desa Cisadon, Bogor, beberapa tahun silam. Agung Setiawan (38) kemudian berusaha memperbaiki citra penjual kopi keliling. Bersama rekannya, Agung kini bermimpi lebih besar untuk mendongkrak kelas pedagang keliling, khususnya di Jakarta.
Pada 2017, Agung, yang tengah menjalankan hobi motokrosnya,mampir di Desa Cisadon, Bogor. Di sana, ia mendengar keluh kesah Ibu Farid, penjual kopi luwak liar setempat. Kopi Ibu Farid tak kunjung laris, padahal stoknya masih ada berkilo-kilo.
Agung tergugah dengan cerita itu. Ia pun membuka usaha jualan kopi keliling Kopi Kocang, September 2018. Nama Kocang adalah kependekan dari ”Konco Cangkruk” yang berarti teman nongkrong. Jenis-jenis kopi yang dijual murni buatan petani Indonesia, termasuk kopi luwak liar asli pegunungan Cisadon itu.
Kopi Kocang dijual murah, sekitar Rp 5.000-Rp 7.000 per gelas. Agung biasa mangkal untuk berjualan di sejumlah lokasi di Cibinong seusai kerja kantoran. Usahanya kemudian berkembang menjadi penjualan paket bubuk kopi.
Waktu berlalu, Agung berdiskusi mengenai potensi memberdayakan pedagang kecil dengan temannya, Sumardy (40). Ini lantaran keduanya merasa iba dengan cerita pedagang keliling langganan mereka yang baru terkena razia. Agung dan Sumardy sadar bisnis pemberdayaan pedagang kecil, seperti Kopi Kocang bisa berkembang ke skala lebih besar dengan dampak sosial lebih luas.
Mereka merilis perusahaan rintisan bernama Mantab pada 2019. Keduanya juga bersepakat, Agung akan bekerja di depan layar, sedangkan Sumardy lebih banyak aktif di belakang layar.
Mantab menaikkan kelas pedagang informal dengan menggandeng mereka sebagai mitra. Pedagang keliling diberi aset berupa gerobak, sepeda, produk jualan, dan seragam untuk berjualan. Mereka tak perlu mengeluarkan modal sama sekali. Mantab juga turut memberikan edukasi mengenai teknik pemasaran, etika melayani, kebersihan, dan manajemen finansial.
”Kami ajarkan manajemen finansial dan efektivitas berbisnis. Pedagang tradisional itu sering tidak paham mengenai hal itu, omzet dagang dipakai untuk keperluan pribadi atau saat berjualan suka membawa produk yang tidak perlu,” kata Agung, melalui panggilan video dari Jakarta, Jumat (16/10/2020).
Mantab, yang memiliki logo khas berwarna merah, rupanya masih membawa ’roh’ Kopi Kocang. Selain menjual beraneka permen dan minuman instan, para pedagang keliling mitra ini menjual minuman kopi buatan sendiri dengan harga terjangkau.
Lebih dari 100 mitra pedagang telah terdaftar di Mantab. Berkisar 50-60 orang merupakan pedagang aktif yang berjualan, di mana 20 persen adalah perempuan. Mereka tersebar di seluruh wilayah Jakarta, antara lain Bendungan Hilir, Petojo, Kebon Jeruk, dan Pasar Gembrong. Para pedagang ini diseleksi dengan ketat melalui proses pemeriksaan berkas, wawancara, dan survei rumah.
Mitra pedagang bisa berjualan secara fleksibel dengan minimal 20 hari berjualan. Biasanya, pelanggan dari mitra pedagang adalah pekerja kantoran, pengemudi ojek daring, atau warga setempat di tempat berjualan.
”Kami ingin pedagang keliling bisa seperti profesi lainnya. Kami memiliki misi agar pedagang keliling naik kelas dengan memanfaatkan teknologi sehingga pelayanan mereka lebih baik dan produk lebih higienis serta mendapatkan penghasilan yang lebih banyak untuk keluarga di rumah,” kata Sumardy.
Pekerjaan baru
Mitra pedagang Mantab berasal dari beragam latar belakang, antara lain pensiunan karyawan, mantan pramukantor, mantan petugas keamanan, mahasiswa, dan ibu rumah tangga. Usia mereka berkisar 20-60 tahun. Menurut Agung, pada masa pandemi ini, Mantab diharapkan dapat menjadi cahaya kecil bagi para korban PHK.
Dalam sebulan, mitra Mantab bisa memperoleh untung bersih setara UMR atau gaji pegawai kantoran, yakni hingga Rp 6 juta. Di tengah perlambatan ekonomi karena pandemi Covid-19 ini, mereka masih mendapat untung bersih rata-rata Rp 3 juta-Rp 4 juta per bulan. Mitra yang memenuhi target biasanya akan menerima bonus.
Penjualan para mitra juga lebih mulus berkat menggunakan seragam. Selain memberi rasa bangga atas profesi sederhana itu, para mitra jadi terkesan aman, bersih, dan eksklusif di mata pelanggan.
”Ada mitra di Matraman berjualan di hotel bisa menjual tiga gelas minuman seharga Rp 50.000 karena ada pelanggan yang terkesan dengan keramahannya. Banyak cerita lucu. Dengan seragam mereka merasa pede, konsumen jadi lebih menghargai,” tutur Agung.
Mantab mendapat keuntungan melalui kerja sama dengan produk-produk yang dijual mitra. Mereka juga menerapkan profit sharing dengan mitra pedagang, tetapi dengan margin keuntungan yang tipis.
Menurut Agung, mitra pedagang juga tidak perlu khawatir dengan razia Satuan Polisi Pamong Praja. Mereka sudah memahami titik-titik larangan berjualan untuk pedagang kaki lima. Selain itu, karena sudah berbentuk perusahaan dengan nama PT Merdeka Memang Mantab, perusahaan ini juga telah membayar pajak.
Ke depan, Mantab akan beroperasi layaknya perusahaan ojek daring. Mereka akan merilis aplikasi yang akan menghubungkan calon pelanggan dengan mitra pedagang keliling di dalam radius satu kilometer. Aplikasi ini akan dirilis paling lambat tahun depan setelah ditunda akibat pandemi.
Ditambah lagi, perusahaan itu juga berencana untuk memberdayakan para penjual jamu keliling. Penjual jamu keliling pada umumnya adalah perempuan yang bekerja untuk membantu menghidupi keluarga. Mereka adalah sosok penting bagi perekonomian keluarga.
”Pada intinya, kami ingin menaikan value orang lain dengan memberi pelatihan bisnis profesional. Pedagang keliling sering dipandang sebelah mata, padahal mereka pahlawan untuk keluarga. Kalau bicara soal ekonomi, mereka adalah pahlawan ekonomi Indonesia,” ujar Agung.
Agung Setiawan
Tempat dan tanggal lahir: Blitar, 15 Desember 1982
Pendidikan: SMA Muhammadiyah 1 Blitar
Pekerjaan: Co-Founder dan COO Mantab
Penghargaan: Finalis 20 Besar Pahlawan Digital UMKM 2020 Kementerian Koperasi dan UKM
Nama istri: Devi Junita
Nama anak: Rahmalia Putri Felisya Setiawan dan Fabio Puma Putrabumi Setiawan