Tan Novita dan Ovy Sabrina, Pendaur Ulang Sampah Saset
Sampah plastik saset itu sampahnya sampah. Tidak banyak orang yang mau mendaur ulangnya. Tan Novita dan Ovy Sabrina merintis gerakan untuk mendaur ulang sampah tak berharga ini.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
Sampah plastik kemasan makanan mengancam lingkungan. Padahal, sampah jenis ini paling banyak dibuang dan sedikit didaur ulang. Tan Novita (34) dan Ovy Sabrina (34) membangun gerakan untuk mendaur ulang sampai jenis ini menjadi batu bata dan paving block.
Februari 2020, sebuah pesan beredar melalui Whatsapp. ”Coba deh ingat-ingat seberapa sering kita memproduksi sampah saset setiap hari? Seiiap makan camilan pasti ada bungkusnya dan buang. Makan mi instan, bungkusnya buang. Minum kopi saset, bungkusnya buang,” begitu bunyi pesan tersebut.
Si pembuat pesan lantas menjelaskan bahwa sampah saset bisa didaur ulang jadi batu bata dan paving block. ”Ada anak-anak muda yang tergerak untuk mengolahnya menjadi brick karena mereka concern untuk mengolah sampah plastik menjadi barang yang berguna,” lanjut pesan itu merujuk pada Rebricks, gerakan daur ulang sampah yang dibangun Tan dan Ovy.
Ternyata pesan di WA itu punya efek menggerakkan. Banyak orang datang mengikuti pelatihan mengolah sampah saset yang diadakan Rebricks di kawasan Jakarta Selatan. Ada pula yang sekadar menyerahkan sampah ke rumah Tan Novita atau Ovi Sabrina.
Jumat (16/10/2020), tumpukan kardus dan karung berisi aneka bungkusan plastik dari warga terus berdatangan. Sampah plastik itu nantinya akan dipilah. Sebagian besar menjadi materi batu bata dan paving block.
”Bagi saya, (penulis WA) itu seperti ’utusan Tuhan’. Kita, tuh, enggak tahu juga siapa yang mengirim pesan WA yang sampai sekarang viral. Tetapi siapa pun, kamu orang yang sangat baik,” ujar Tan Novita yang biasa disapa Novi.
Nyaris menyerah
Novi dan Ovy berteman selama kuliah. Mereka berjalan bersama merintis Rebrick karena memiliki visi yang sama dalam gerakan hijau. Sebelum mendirikan Rebricks, Novi telah terlibat dalam kegiatan pengembangan masyarakat, termasuk mengajarkan cara mengolah sampah. Sementara Ovy membantu orangtuanya mengelola usaha batu bata dan paving block. Ovy tergelitik memberi nilai tambah pada produk paving block.
Bulan Juni 2017, mereka sepakat berjalan-jalan ke beberapa warung dan tempat pengumpulan sampah plastik untuk mengumpulkan beberapa jenis sampah plastik yang bisa didaur ulang. Dalam perjalanan itu mereka bertemu seorang pengepul yang menantang mereka untuk mengolah sampah plastik kemasan makanan.
Ini sampahnya sampah, beda sama botol plastik yang pasti ada harganya.
”Ini sampahnya sampah, beda sama botol plastik yang pasti ada harganya,” kata si pengepul. Maksud si pengepul, sampah plastik susah didaur ulang dan tidak ada harganya.
Novi dan Ovy terusik dengan tantangan itu. Dari berbagai bacaan, mereka tahu sampah kemasan plastik memang jadi masalah besar di berbagai negara. ”Perlu ada solusi massal untuk mencari terobosan mengolah sampah plastik jenis ini,” ujar Novi.
Mereka pun mencoba beberapa metode pengolahan. Awalnya mereka mencoba melelahkan sampah plastik kemasan di sebuah tong besar. Namun, percobaan itu gagal. Tidak semua sampah plastik bisa meleleh. Kalaupun meleleh, menghasilkan kepulan asap hitam yang mengerikan untuk kesehatan lingkungan. ”Di awal-awal kami sempat putus asa,” tambah Novi.
Ovy mencoba cara lain, yakni memotong kemasan plastik dengan gunting menjadi serpihan kecil. Ia melibatkan pekerja di bengkel batu bata milik keluarganya. Serpihan plastik lantas dijadikan materi paving block. Cara ini juga masih gagal karena serpihan plastik masih terlihat jelas dan mudah terlepas.
Ia mencoba cara terakhir, yakni mencacah plastik dengan mesin sampai halus. Cacahan dicampur pasir dan semen, lalu dicetak menjadi paving block. Jika gagal, Ovy mengaku akan menyerah saat itu.
Ternyata hasilnya lebih baik. Metode itu kemudian diuji berbulan-bulan hingga lolos uji tekan dan memenuhi Standar Nasional Indonesia dari Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Kementerian Perindustrian. Dari hasil uji, produk Rebricks kuat menahan beban hingga 250 kilogram per sentimeter persegi.
Ovy mengatakan, formula paving block buatan Rebricks tidak sembarangan. Formula didapat dengan perhitungan yang melibatkan dosen peneliti dari sebuah universitas di Jakarta. Hasil perhitungan sang dosen dan pengalaman keluarga Ovy dalam membuat batu bata disatukan. ”Istilahnya, kami punya pengalaman, dosen punya teorinya.”
Buat Novi dan Ovy yang terpenting sebenarnya bukan produk jadinya, melainkan gerakan kecil yang mereka rintis bisa menggugah kesadaran masyarakat. Oleh karena itu, pada November 2019, mereka secara terbuka meminta sampah plastik saset dari siapa pun yang mau memilahnya.
Tak disangka, empat bulan kemudian orang berbondong-bondong mengumpulkan sampah jenis ini dan menyerahkannya pada Rebricks. Mereka juga menyatakan terima kasih karena Novi dan Ovy mencetuskan solusi alternatif untuk mengolah sampah plastik kemasan makanan.
”Thank you banget, karena elu sudah mau recycle sampah plastik. Gue enggak mau buang sampah plastik yang akhirnya hanya menumpuk di TPA atau bahkan hanyut ke sungai atau laut,” kata Novi menirukan pesan yang disampaikan pengguna media sosial.
Melalui Instagram, mereka mengapreasi para pengguna Rebricks. Salah satunya, pengguna Rebricks yang melapisi garasi terbuka mobilnya seluas 25 meter persegi dengan paving block hasil daur ulang puluhan ribu lembar plastik kemasan makanan.
Novi dan Ovy berharap produk Rebricks bisa diterima masyarakat agar gerakan daur ulang yang mereka rintis dua tahun lalu bisa berkelanjutan. Ke depan, mereka akan membuat produk lain seperti batako. Batako dipilih karena akan lebih banyak menyerap material serpihan plastik itu.
Tan Novita
Lahir: Jakarta, 27 November 1985
Pendidikan
SMA Tarakanita (2000-2004)
Jurusan Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta (2004-2009)
Karier
Pendiri dan CEO Rebricks Indonesia (2018-sekarang)
Founder Cimaro and Soybons (2016-2018)
Community Development Coordinator World Vision Indonesia (2010-2016)
Ovy Sabrina
Lahir: Jakarta, 12 Juni 1986
Pendidikan
SMA Tirta Marta (2000-2004)
Universitas Katolik Atmajaya Jurusan Psikologi (2004-2009)
Karier
Co-Founder COO Rebricks Indonesia (2018-sekarang)
Founder Cimaro (2016-2018)
Sales and Marketing Coordinator PD Serba Guna Block (2012-2014)